23

84 9 3
                                    

Weir meletakkan ponsel Arthit di meja sampingnya dan bangkit dari posisi berbaringnya untuk membuka pintu kamar yang sedang diketuk dengan keras.

Ceklek

Pintu di buka, Kongpop- sang pelaku ketukan berdiri di depan pintu. Rasanya tidak aneh  melihat kongpop di sini mengingat ini adalah kamar kekasih Kongpop.

"Silakan masuk," kata Weir, memberi jalan pada Kongpop sebelum menutup pintu.

"Ternyata phi yang digosipkan," ujar Kongpop lega. Dia mendengar gosip tentang Arthit membawa seorang pria ke dalam kamar.

Tentu saja, mendengar berita itu, Kongpop marah. Dia berlari menuju kamar Arthit dan mengetuk pintunya dengan kasar. Dia ingin melihat sendiri dan memastikan kebenaran berita tersebut.

"Gosip?" Ujar Weir mengerut keningnya bingung, apa yang ia lakukan sehingga menjadi bahan bualan orang-orang di kampus.

Sedikit cerita bagaimana Weir boleh berada di kamar Arthit saat ini.

Flashback on

Weir masih betah memejamkan matanya, ia berpura-pura masih tidak sadarkan dirinya. Ia malas untuk berurusan dengan sesiapa saat ini, suasana hatinya terlalu berantakan sekarang.

Weir hanya berharap bantuan cepat datang kerana ia terlalu malas untuk bergerak saat ini, ia memang sempat memberi signal kecemasan pada anak buahnya dan menyuruh pergi ke lokasi dirinya.

Byurr

Seketika tubuh Weir langsung basah dan terasa sejuk, Weir mengepalkan tangannya menahan kesal. Ia langsung membuka matanya dan menatap tajam pria di hadapannya. 

"Takutnya.." ujar pria itu dengan nada mengejek dan tertawa, saat melihat Weir menatap dengan tajam.

Pria itu memegang dagu Weir, "Kamu tidak menakutkan cantik," ujarnya.

"Kau tahu, sebentar lagi Korn akan mendengar semua ucapanku hanya kerana agar kamu selamat,"

"Itu tidak mungkin," ujar Weir datar, Fah sudah kembali pada Korn mungkin ia sudah tidak di anggap sekarang.

"Kau sepatutnya menangkap cinta pertamanya, orang yang paling ia sayang. Dia sudah tidak memperdulikan aku," ujar Weir

"Iyakah? Aku salah orang maksudnya? Aku akan mencari tahu tentang hal itu," ujar pria itu, informasi yang sangat menarik menurutnya.

"Tapi, di sebabkan aku sudah menangkap kau. Apa kata habiskan masa dengan mereka," ujar  pria itu menunjukkan beberapa pria yang ada di sekelilingnya. 

Weir semakin kesal, dalam sekejap tangan Weir mendarat di pipi pria itu dengan keras membuat semua di situ terkejut.

Bercak merah tercetak jelas di pipi pria itu, ia mengerang sakit.

"Sejak kapan," ujar pria itu, ia sudah mengikat Weir dengan kuat di kerusi. Bahkan Weir sudah berdiri sekarang menatapnya dalam.

Weir yang dihantui kemarahan memukul pria itu lagi, kali ini dengan lebih keras sehingga pria itu jatuh ke lantai.

Weir maju menendang perutnya dengan keras, ia kembali melayangkan pukulan di wajah pria itu. Weir memukulnya dengan brutal dan membuat pria itu langsung tidak berdaya. 

Semua rasa kesalnya ia lampiaskan pada pria itu, sedangkan beberapa pria yang lain hanya mematung melihatnya. Tiada siapa yang berani membantu tuannya.

"Apa kau tidak mencari latar belakang orang yang ingin kau culik?!" ujar Weir melihat pria itu sudah tidak berdaya di bawahnya. Pria itu benar-benar salah pilih lawan. 

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang