19

92 10 4
                                    

Perlahan mata Weir terbuka, ia langsung menggeliat dan bangun dari tidurnya.

"Papa" panggil Weir, ia melihat papanya baring di sebelah sembari main ponsel.

"Owh, sudah bangun?" ujar Krist sembari meletakkan ponselnya .

"Lapar," rengek Weir, ia memang terbangun kerana lapar. Perut Weir langsung berbunyi setelah mengatakan itu.

"Baiklah, ayo keluar" ujar Krist yang langsung bangun dari kasur dan keluar dari kamar.

Weir langsung mengikuti papanya keluar dari ruangan pribadi. Dia melihat daddynya sedang bekerja di meja, sementara Korn duduk di sofa, juga sibuk dengan pekerjaannya.

Weir langsung berjalan ke arah Korn dan duduk di samping sang kekasih.

"Phi, ayo keluar makan," ujar Weir bergelut manja di lengan Korn.

Fokus Korn langsung buyar, ia langsung menghentikan pekerjaannya dan melihat ke arah Weir di sampingnya.

"Kamu sudah bangun rupanya. Ingin makan apa?" Tanya Korn, tidak aneh rasanya jika Weir lapar mengingat sekarang memang jam makan siang.

Weir terdiam sejenak, berpikir keras tentang apa yang ingin ia makan. Korn, yang melihat kebingungan di wajah Weir, hanya terkekeh. Weir tidak perlu seserius itu hanya untuk memikirkan ingin makan apa.

"Rasanya ingin makan seafood," ujar Weir akhirnya setelah beberapa detik berpikir.

"Seafood, ya? Baiklah, kita cari restoran seafood," balas Korn sambil tersenyum, ia hanya setuju sahaja.

"Sing, kamu juga harus makan!" Ujar Krist, jika tidak di ingatkan pasti Singto lebih memilih bekerja.

"Sebentar," ujar Singto yang masih sahaja fokus membaca berkas.

"Owh, phi mau memberiarkan anak phi berduaan dengan tunangannya?" Ujar Krist

Singto yang mendengar itu, langsung menutup laptop dan mengemasi barang-barangnya. Ia masih tidak rela melihat Weir dengan lelaki lain.

.
.
.

"Ayo turun," ujar Krist saat tiba di restaurant, memang dirinya yang memandu. 

Mereka langsung masuk ke dalam dan langsung di sapa ramah oleh pelayan yang berjaga di depan.

"Selamat datang tuan, apa tuan sudah melakukan reservasi?" Tanya pelayan tersebut dengan ramah, tidak lupa wajahnya yang sentiasa menampilkan senyuman.

"Belum. Bisa kami dapatkan ruangan VIP?" Ujar Krist

Pelayan itu membalas dengan senyum ramah, "Tentu, tuan. Mari saya antar ke ruangan VIP kami."

Pelayan itu langsung menunjukkan jalan dengan Krist, Singto, Weir dan Korn ikut di belakangnya.

"Silakan masuk Tuan," ujar pelayan tersebut sembari membantu mereka menata duduk dan memberikan menu makanan.

Semua memesan makanan yang mereka inginkan dan pelayan tersebut langsung pergi.

"Phi, kamu tidak mual lagi bukan?" Tanya Krist, ada Korn di sini dan Krist baru menyedari itu.

"Tidak," ujar Singto singkat membuat Krist lega, tiada drama lagi yang akan terjadi.

Tak lama kemudian, beberapa pelayan menghantarkan makanan yang langsung memenuhi meja. Aroma lezat segera memenuhi udara, membuat perut Weir semakin berbunyi.

Weir semakin tergoda saat melihat berbagai jenis masakan udang, mulai dari udang goreng tepung, udang goreng kunyit, udang panggang, dan lain-lain. Semuanya terlihat begitu menggiurkan baginya. Weir benar-benar ingin makan udang saat ini, sehingga dia merasa sulit untuk memilih dari menu. Akhirnya, Weir memutuskan untuk memesan semuanya.

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang