17

109 10 6
                                    

Sudah 2 minggu Korn dan Weir kembali ke Thailand yang tentunya rutin biasa mereka kembali.

"Weir, ayo pergi," ujar Korn, mereka ada meeting untuk di hadiri pagi ini.

Weir hanya mengangguk dan mengikuti Korn dari belakang dengan mata yang hampir tertutup.

Bruk

Weir melanggar tubuh Korn yang berhenti di hadapannya, hampir sahaja tubuhnya mencium lantai jika sahaja tidak di sambut oleh Korn.

"Weir? Apa kamu tidak apa-apa?" Tanya Korn khuwatir, apa lagi mata panda Weir terlihat sangat jelas.

"Aku tidak apa phi," ujar Weir yakin, ini salah dirinya yang tidur lewat malam tadi.

"Serius,"

"Serius phi! Aku baik-baik sahaja," ujar Weir meyakinkan.

"Huh, lain kali jangan sampai begadang untuk menyiapkan kerja," ujar Korn menasihati, kerja mereka memang agak banyak akhir-akhir ini.

"Phi juga selalu begitu," ujar Weir sembari cemberut.

"Phi sudah biasa, lihat kamu sekarang." Ujar Korn, Weir sepertinya sangat kacau pagi ini padahal mereka ada meeting.

"Kita boleh membatalkan meeting pagi ini," lanjut Korn memberikan usulan.

Hari ini memang hanya ada satu meeting dan rasanya jika di tunda ke petang tiada masalah sama sekali.

"Tidak apa phi, aku masih sanggup," ujar Weir yakin, lagipun mereka akan meeting dengan kedua orang tua Weir sendiri.

"Ya sudah, ayo pergi sekarang," ujar Korn

Tangannya melingkar di pinggang Weir agar pria itu tidak oleng ke mana-mana lagi kerana mengantuk.

.
.
.

"Selamat datang tuan, ada yang bisa saya bantu?" Ujar resepsionis ramah.

"Saya ada temu janji dengan tuan Singto pukul 9 pagi ini," ujar Korn menjelaskan.

"Baiklah sebentar," ujar resepsionisnya sopan, jarinya dengan lincah menaip di keyboard komputer di hadapan.

"Silakan pergi ke lantai 10, di sana ada ruangan meeting. Sebentar lagi tuan Singto akan ke sana juga," ujar resepsionis tersebut dengan ramah.

"Baiklah, terima kasih," ujar Korn

"Ayo Weir," ujar Korn

Mereka berdua menuju ke arah lift dan naik ke tingkat 10 seperti yang di beritahu.

Ting

Weir langsung berjalan menuju ke arah ruangannya, ia tentunya hafal semua letak ruangan di seluruh kantor. Ia selalu bermain di sini saat kecil dahulu.

Korn hanya mengikuti Weir sehingga mereka tidak di sebuah ruangan yang masih kosong.

Keduanya duduk diam di sana, Weir menyandarkan kepalanya di bahu Korn. Entah kenapa ia makin mengantuk sekarang.

Weir hanya menahan dirinya daripada pergi ke ruangan daddynya dan tidur di kamar pribadi yang tentunya lengkap dengan pelbagai barang.

Ceklek

"Maaf saya sedikit terlambat," ujar Singto yang baru masuk dengan di ikuti oleh Krist di belakangnya.

Namun baru sahaja beberapa saat duduk di kerusinya, Singto bangun dari duduknya dengan menutup mulutnya seperti ingin muntah.

"Kau memakai apa?! Baunya tidak enak!" Ujar Singto sembari menjepit hidungnya sebelum berlari keluar.

Ketiga yang lain berada di dalam hanya terdiam bingung? Mereka tidak bau apa-apa sedari tadi.

"Maaf ya," ujar Krist dan turut keluar menyusul Singto.

Weir memandang bingung dengan kedua orang tuanya? Ada apa dengan mereka? Apa mereka tidak suka Korn? Tapi sebelum ini mereka hanya setuju.

Lagipun, perlakuan daddynya sangat aneh menurut Weir. Baru masuk sudah keluar begitu sahaja.

Weir cuba mencium bau badannya, masih wangi menurutnya. Kemudian Weir mendekat ke arah Korn.

"Weir! Apa yang kau lakukan?!" Ujar Korn kaget saat Weir mendekat ke arah dirinya.

Weir mengirup aroma yang keluar dari badan Korn, rasanya tiada yang salah. Korn masih sahaja wangi dan ia menyukai baunya.

Weir betah duduk meletakkan kepalanya di ceruk leher Korn, aromanya menyenangkan Weir seperti ingin menggigitnya!

Sedangkan Korn hanya membiar sahaja apa yang mahu Weir lakukan pada dirinya.

Tak menunggu lama, pintu ruangan kembali di buka dengan Singto kembali masuk tapi dengan Krist yang berada di gendongannya, Singto menghirup aroma dari Krist.

Ia kembali duduk dengan Krist duduk di pangkuan Singto. Krist sebenarnya malu, tapi ia hanya takut Singto kembali mual dan tidak akan selesai meeting mereka.

Krist bersandar pada Singto dengan Singto yang betah memeluk Krist dengan erat dan tak lupa wajahnya berada di ceruk leher Krist.

"Jadi kita boleh mulakan meeting sekarang?" Tanya Krist setelah ada drama bahkan sebelum Korn mengucapkan sepatah kata.

"Tentu sahaja," Ujar Korn, ia tidak keberatan lagipun siapa yang tidak tahu mereka berdua merupakan pasangan?

Mereka memulakan perbincangan, namun baru 10 minit Weir sudah menguap bahkan sudah terlelap sekarang tanpa di sedari.

Mendengar meeting seperti cerita dongeng sebelum ia tidur apalagi mengingat ia cuma dapat tidur 2 jam hari ni.

Korn menatap horor ke arah Weir, mana tidaknya jika ini adalah kali pertama Weir tidak fokus bahkan tidur di tengah meeting apalagi dengan klien penting yang tentunya Weir tahu akan itu.

Ia hanya berharap tindakan Weir tidak menyebabkan di anggap tidak profesional dan mereka putus kerjasama. Sangat susah untuk bekerjasama malah Weir sepertinya membuat enteng dengan hal ini.

Namun ada hal yang tidak di jangka oleh Korn sama sekali terjadi.

Krist yang menyedari Weir tidur langsung menarik telinga Weir sehingga Weir langsung terjaga dari alam mimpinya kerana rasa sakit.

"Auchh, sakit!!" Teriak Weir, bagaimana tidak jika Krist sedang menarik telinganya dengan kuat.

Sedangkan Korn hanya mampu diam, ia tidak tahu mahu buat apa saat ini. Rasanya sangat canggung.

"Bukan dengarkan meeting! Malah tidur!!" Ujar Krist kesal sedangkan Weir memohon untuk melepaskannya.

Akhirnya Krist melepasnya Weir saat merasakan kasihan pada sang anak. Weir langsung cemberut yang mengusap telinganya yang sudah memerah.

"Kamu kerja atau mahu tidur?!" Ujar Krist tajam, ia tidak lupa dengan janji Weir yang tidak akan main-main semasa bekerja.

"Weir benaran kerja loh pa! Tanya sahaja pada phi Korn," ujar Weir sembari cemberut.

"Iya tuan, Weir memang kerja dengan benar. Hanya kali ini sahaja ia tidur di saat meeting, sebelum ini belum pernah lagi tuan," ujar Korn menjelaskan.

Ia bukan membela Weir, itu memang nyata yang berlaku. Lagipun tak salah bukan jika bela tunangan sendiri?

"Papa dengar sendiri apa yang di katakan oleh phi Korn,"

"Kau tak sedang membelanya bukan?" Tanya Krist menatap Korn dengan mengintimidasi.

Mungkin sahaja Korn membela Weir mengingat hubungan keduanya sudah berubah saat ini.

"Tentu sahaja tidak, kalau ia bermain-main sudah dari awal saya memecatnya tuan," ujar Korn dengan yakin.

Mana mungkin ia membayar gaji Weir tapi Weir hanya bermain dan tidak serius kerja dengannya. Ya walaupun ia perlu hadapi tingkah Weir yang terkadang di luar kendalinya tapi untuk urusan kerja Weir membuatnya dengan betul.








Tbc...

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang