18

93 12 2
                                    

"Papa tidak adil!" Ujar Weir kesal membuat Krist mengangkat keningnya bingung dengan ucapan Weir.

"Daddy tidur tidak di marah!" Lanjut Weir dengan wajah tidak puas hatinya, ia berani tidur juga melihat daddynya tidur.

Krist langsung menatap ke arah Singto meminta penjelasan, apa benar apa yang Weir katakan.

Sedangkan Singto yang di tatap langsung gelagapan, memang dirinya sempat terlelap tanpa sengaja dan langsung bangun saat mendengar keributan.

"Mana ada daddy tidur!" elak Singto, kenapa Weir membawa dirinya sekarang?!

Sedangkan Korn masih bingung, papa? Daddy? Apa mereka orang tua Weir?! Tiba-tiba sahaja Korn ingin kejadian pesawatnya delay sehari, tidak heran kalau Weir dapat pesawat pribadi begitu mudah saat itu.

"Papa percaya sahaja pada daddy!! Kalau mahu bukti papa lihat CCTV!" Ujar Weir yang tidak puas hati.

Kenapa hanya dirinya sahaja yang di marah oleh papanya?! Daddynya juga tidur, jadi sepatutnya di marahi juga.

Singto langsung terdiam, jika begini ia memang akan terbukti bersalah nantinya.

"Sayang.. aku tidak sengaja loh," ujar Singto dengan puppy eyes miliknya agar Krist tidak memarahi dirinya.

Krist menghelakan nafasnya, ayah dengan anak sama sahaja.

"Lihat!! Daddy juga tidur, tapi papa tidak marah," ujar Weir saat melihat papanya hanya mengehelakan nafas sahaja.

"Papa tidak adil!! papa tidak sayang Weir! huaa," lanjut Weir yang mendadak menangis sekarang ini.

Seketika semua panik melihat Weir yang tiba-tiba sahaja menangis, air mata Weir terus jatuh tanpa henti di pipinya.

"Sayang," ujar Korn dengan lembut sembari memeluk Weir dari sampingnya, Weir langsung memeluk erat tubuh Korn. 

Korn langsung mengangkat Weir duduk di pangkuannya, mereka saling berhadapan dan berpelukan. Korn memutar otaknya, mencari cara untuk menenangkan sang kekasih.

Tangan Korn setia mengelus punggung Weir, seketika Korn memusingkan kerusinya membelakangkan kedua orang tua Weir.

Sedangkan Weir mengeratkan pelukannya dan menyandarkan kepalanya di bahu Korn.

"Hiks hiks.. papa tidak sayang Weir lagi" rengek Weir pelan dengan masih berjurai air mata.

"Papa sayang Weir," ujar Korn lembut, ia masih mengusap punggung Weir.

"Tapi papa marah Weir.." ujar Weir sembari mengusap wajahnya di bahu Korn sehingga kemeja Korn basah kerana air mata Weir.

"Papa marah kerana sayang.." ujar Korn cuba memberikan pengertian.

"Kamu tidur di saat meeting berlangsung, itu merupakan kesalahan. Tentu saja papamu akan merasa kesal karena itu, kamu sudah dewasa tapi masih melakukan kesalahan. Untungnya kamu tidur di saat meeting bersama papa dan daddymu, bagaimana jika hal itu terjadi dengan orang lain? Pasti kamu akan menjadi pembicaraan orang dan reputasimu akan tercemar. Papa hanya ingin agar reputasimu tetap baik di mata orang lain, itulah sebabnya ia marah," lanjut Korn menjelaskan dengan panjang lebar, sedangkan Weir hanya diam mendengarkan.

"Lagipun, kamu pasti telah berjanji untuk bekerja dengan baik, bukan? Dengan kamu tidur tadi, menunjukkan bahwa kamu tidak serius dalam bekerja, tentu saja papa akan merasa kecewa," lanjut Korn mengakhiri ucapannya.

"Jadi Weir yang salah di sini?" ujar Weir dengan cemberut dan masih menangis.

"Tidak, yang salah di sini Phi. Sepatutnya phi tukar sahaja jadual meeting, phi sebagai kekasih sepatutnya lebih prihatin pada Weir dan memastikan Weir cukup istirahat" ujar Korn sembari menggesekkan hidung mereka membuat Weir terkekeh geli.

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang