Bab 1: Kamar Mayat

41 10 0
                                    

Nick tersentak.

Seseorang mengejutkannya.

Bukan, bukan seseorang.

Sesuatu, sesuatu telah mengejutkannya.

Tapi, apa?

Nick tidak tahu, tapi ia benar-benar terkejut, hingga sepasang matanya terbelalak. Jantung Nick berdetak dengan sangat cepat, hingga ia merasa dadanya tengah digedor-gedor dengan kuat oleh benda itu. Nick secara spontan turut mengembang-kempiskan rongga dadanya, berusaha meraup oksigen sebanyak mungkin, begitu menyadari betapa sesak paru-parunya.

Masih sambil mengatur laju napas dan detak jantungnya, Nick bisa menangkap langit-langit atap di balik kain putih transparan yang menutupi pandangannya. Nick masih belum bisa mengira-ngira. Pikirannya masih kosong. Ia tidak tahu mengapa segala sesuatu, entah apa itu, terasa seperti terjadi secara tiba-tiba.

Nick berusaha bergerak. Ia merasa tubuhnya begitu kaku. Nick berupaya mengangkat tangan kanannya yang terasa amat berat. Perlahan, ia menarik dan menyibak kain putih yang menutupi kepalanya. Aroma ruangan yang aneh seketika menusuk indera penciumannya. Nick sedikit mengangkat kepala dan mendapati tubuhnya terbalut kain putih yang sama. Ia segera menarik kain itu dan menjatuhkannya, membiarkannya tergeletak di lantai.

Masih dalam posisi berbaring, Nick mengedarkan pandangan menuju sudut atap ruangan. Ia bisa menangkap secercah sinar matahari yang menembus celah ventilasi. Setelahnya, Nick menoleh ke sebelah kiri. Ia mendapati seonggok tubuh berselimut kain putih yang sedang terbaring di atas ranjang, sama seperti dirinya beberapa waktu lalu. Kemudian, Nick menoleh ke sebelah kanan dan mendapati hal yang sama.

Nick mengernyitkan dahi, masih tidak mengerti. Ia tampak berusaha keras untuk menginterpretasikan apa yang sedang terjadi.

Butuh beberapa detik bagi Nick sampai akhirnya ia menyadari bahwa dirinya terbangun di kamar mayat.

Sontak, Nick bangkit dari posisi tidurnya.

Nick mengusap-usap kedua mata, masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ia berharap bahwa dirinya sedang bermimpi.

Sayangnya, dengan penuh kesadaran, Nick tahu bahwa dirinya sedang tidak bermimpi.

Napas Nick memburu, seiring dengan kepanikan dan ketakutan yang menguasai dirinya. Sepasang matanya terus memindai ke sekeliling, melihat jajaran mayat terbujur kaku di atas ranjang mereka masing-masing. Nick buru-buru beringsut turun dari ranjang. Ia langsung menggerakkan kaki sesaat berhasil menemukan pintu keluar. Nick berjalan tertatih melewati barisan mayat dengan degup jantung yang tidak beraturan. Ia berharap bisa menghilang seketika atau minimal berlari dengan cepat. Sayangnya, entah mengapa, Nick merasa tubuhnya terasa berat, seperti sudah lama tidak digunakan untuk bergerak. Kabar baiknya, harapan Nick mulai terbit seiring langkah kakinya yang semakin mendekati pintu.

Pintu di depan Nick tiba-tiba terbuka, membuatnya kembali terkejut setengah mati hingga tubuhnya menegang.

Seorang pria paruh baya dengan seragam khas petugas rumah sakit berdiri di ambang pintu. Pria itu tertegun menatap Nick sejenak, lalu ia seketika berteriak histeris. Nick bisa memastikan bahwa mulut petugas itu menganga lebar di balik masker medisnya.

Petugas itu segera lari tunggang-langgang meninggalkan Nick yang mematung di tempat. Nick kembali berjalan tertatih keluar dari ruangan. Ia menoleh ke sisi kanan dan mendapati tembok keramik yang menjulang tinggi, menutup akses jalan. Nick berbalik, melihat mayat-mayat itu yang masih terlelap di dalam sana. Kemudian, ia mendongak dan melihat tulisan Ruang Jenazah di atas pintu. Bulu kuduk Nick berdiri tatkala mengingat bahwa dirinya ditidurkan di dalam sana beberapa saat yang lalu. Berkali-kali, ia bergantian menatap tulisan Ruang Jenazah dan mayat-mayat di dalam sana.

SWITCH BUTTON [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang