Nick meletakkan bolpoin di atas buku catatannya. Kemudian, ia membolak-balik buku catatan lain di sampingnya, buku catatan milik Nika. Nick mendengus letih begitu melihat masih ada banyak sekali materi yang belum ia salin. Ketidakhadirannya selama sepuluh hari membuatnya cukup jauh tertinggal. Sebenarnya, Nick tidak mempermasalahkan itu, sebab ada hal yang lebih bermasalah baginya saat ini.
Masalah tentang bagaimana ia bisa terbangun di tubuh Manu tanpa ingatan apa pun.
Tentang semua kebingungan ini.
Nick memang tidak mempermasalahkan dirinya yang tertinggal banyak pelajaran. Lagipula, kehidupan ini bukanlah miliknya. Akan tetapi, Nika berkata bahwa Manu selalu meminjam buku catatannya untuk mengejar materi akibat setiap kali ia tidak hadir. Jadi, Nick, mau tidak mau, harus melakukan semua kebiasaan Manu sebab ia sudah memutuskan untuk menjadi Manu, walau hanya sementara.
Nick menutup semua buku catatan, baik milik Manu maupun milik Nika. Ia memutuskan untuk mengistirahatkan diri sejenak. Nick menumpukan kedua siku pada meja, lalu mengusap wajah. Kemudian, remaja itu menyandarkan tubuh pada sandaran kursi. Kepalanya mendongak, menatap langit-langit kamar Manu.
Ya, aku akan menjadi Manu hanya untuk sementara waktu.
Tapi, sampai kapan?
Nick kembali pada posisi duduk tegak. Memikirkan hal itu hanya akan membuat kepalanya sakit. Nick membuka laci pada meja belajar, lalu mengambil sebuah benda yang sangat ingin ia ambil sejak pertama kali melihatnya. Akan tetapi, ia masih belum berani untuk mengambilnya saat itu.
Smartphone milik Manu.
Jari Nick menekan dan menahan tombol power, menyalakan smartphone yang sudah lama mati, ditinggal oleh pemilik aslinya.
Maaf, Manu, aku izin menggunakan ponselmu, ya.
Begitu ponsel pintar tersebut sudah menyala dengan sempurna, Nick segera menyambungkannya dengan internet.
Seketika, notifikasi langsung menyerbu ponsel itu.
Nick meletakkan ponsel Manu di atas meja, membiarkannya berdenting dan bergetar selama beberapa menit. Notifikasi dari berbagai aplikasi maupun website terus berdatangan. Nick bisa melihat bahwa notifikasi terbanyak datang dari salah satu aplikasi chat. Banyak nama kontak yang muncul di layar, bergantian, membuat Nick pusing hingga ia memejamkan mata, hingga ponsel itu benar-benar berhenti berdenting.
Seluruh notifikasi telah masuk.
Tentu saja Nick lebih tertarik untuk langsung membuka aplikasi chat daripada membuka yang lain. Puluhan kontak yang mengirimnya pesan langsung terpampang, tetapi Nick merasa malas untuk membukanya satu per satu. Secara sekilas, Nick bisa melihat bahwa pesan-pesan yang masuk hanya menanyakan kabar Manu, menanyakan kapan Manu akan aktif kembali, bahkan mengucapkan bela sungkawa yang dikirimkan tepat pada hari ketika Manu dinyatakan meninggal.
Terlepas pada akhirnya, Manu hidup lagi.
Tidak, lebih tepatnya jiwa Nick, yang tiba-tiba terbangun di tubuh Manu.
Nick lebih tertarik untuk membuka chat grup bernama Maniel. Sudah dapat dipastikan bahwa grup tersebut hanya berisi nomor Manu, Nika, dan Elan. Terdapat ribuan pesan di sana.
Nick membaca sekilas pesan-pesan di grup itu. Nika dan Elan membicarakan rencana untuk menjenguk Manu selama di rumah sakit. Satu hal yang membuat Nick heran adalah mengapa keduanya tidak saling mengirim pesan di ruang chat pribadi. Bukankah pada saat itu Manu sedang tidak aktif? Nick tidak mengerti mengapa mereka tetap berkomunikasi di grup itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWITCH BUTTON [Selesai]
HorrorJika seseorang ingin tahu rasanya mati, maka tanyakan saja pada Nick. Remaja itu bahkan tidak menyangka bahwa mati tidaklah seburuk yang ia bayangkan. Namun, dalam hitungan detik, ia baru menyadari bahwa kenyataan yang harus dihadapi setelah ia bang...