Bab 22: Someone Behind

10 6 0
                                    

Sesuai dugaan Nick, Morka tidak akan memberitahu apa pun lagi tentang Janu. Pria itu bilang, daripada menceritakannya, lebih baik mereka langsung saja mengadakan pertemuan dengan Janu. Morka juga berkata kepada Zinnia untuk mengajak Kian.

Besok lusa, hari Minggu, di rumah sakit tempat Janu dirawat, menjadi pilihan waktu dan tempat yang ditetapkan oleh Morka.

Untuk menyelesaikan segalanya.

Semua sepakat, tidak terkecuali Nick, meski ia kesal sekali dengan Morka. Saat ditanya mengapa ia tidak langsung saja menjelaskan semuanya, pria itu menjawab bahwa percuma saja ia menjelaskan sekarang jika nanti akan kembali terulang saat mereka bertemu dengan Janu.

Setelahnya, mereka menghabiskan malam di rumah Keluarga Kananta. Lalu, pagi-pagi sekali, mereka pun berpamitan untuk kembali pulang. Satu hari menjelang akhir pekan sangat-sangat padat, membuat ketiga remaja itu menghabiskan nyaris seharian hanya untuk kembali pulang ke pusat kota.

Nick sempat ditawari oleh Elan untuk menginap di rumahnya saja sampai semuanya terselesaikan. Namun, Nick cukup tahu diri untuk tidak merepotkan. Jadi, ia bersikeras menolak tawaran Elan setelah remaja itu memaksa Nick berkali-kali. Akhirnya, Nick pun kembali ke rumah Keluarga Wilis sambil berharap tidak ada lagi kejadian mengerikan yang akan menimpanya.

Di sinilah Nick sekarang, merebahkan diri di kamar Manu setelah melalui perjalanan yang cukup panjang. Nick sudah mengunci pintu kamar, mengamankan diri. Entah mengapa ia sangat percaya bahwa kamar Manu akan menjadi tempat yang sangat aman. Hari sudah terbilang sore begitu ia tiba dan Nick juga sudah menutup tirai jendela kamar Manu, mengantisipasi munculnya wajah-wajah yang tidak diinginkan, dan tentu agar Nick tidak perlu repot-repot untuk menutupnya lagi ketika hari sudah benar-benar gelap.

Nick sungguh-sungguh akan mengisolasi dirinya sampai pagi, menahan lapar maupun dahaga. Remaja itu merasa paranoid setibanya di rumah, sampai-sampai ia langsung masuk dan mengunci diri di kamar tanpa sempat mengambil makanan atau hal-hal lain yang mungkin ia butuhkan. Nick ingin mengambil sesuatu, mengingat hari masih cukup terang, tetapi ia sudah bergidik ngeri. Ia tidak lagi berani keluar kamar.

Memindai langit-langit atap seperti sudah menjadi kebiasaan Nick sekarang. Pada saat inilah pikirannya akan melalang buana. Nick tidak sabar menunggu esok hari. Dirinya bersama Zinnia dan Elan, serta Dokter Kananta akan bertemu dengan Janu. Nick sudah berencana untuk menghujani kakak Manu itu dengan ribuan pertanyaan.

Nick tahu bahwa Mia sangat membenci Manu, meski tidak tahu kenapa, tetapi kebencian itu membuat Nick merasa wajar jika Mia ingin menyakiti bahkan membunuh Manu.

Akan tetapi, Nick masih tidak percaya jika Janu juga ternyata mencoba untuk membunuh Manu dengan kesadaran penuh, sebab ternyata selama ini ia tidak pernah sakit mental. Ini baru dugaan Nick, sebab dokter dengan nama panggilan Morka itu tidak langsung menjelaskan segalanya. Jika memang benar Janu mencoba membunuh Manu dengan sengaja, maka hanya ada satu pertanyaan yang menghantui Nick.

Kenapa? Bukankah Janu sangat menyayangi Manu?

Apa selama ini pemuda itu hanya pura-pura menyayangi adiknya?

Nick mendengus. Manu punya dua orang kakak, tetapi tidak ada satu pun kakaknya yang berakal sehat. Apa masalah kedua kakak itu sehingga tega sekali menyakiti adik mereka.

Lagi-lagi, Nick teringat bahwa ini baru dugaannya. Bisa saja, Janu memang tidak sengaja menusuk Manu tempo waktu lalu, membuat Manu koma, lalu tiba-tiba jiwanya tertukar oleh Nick.

Ah, Kian.

Lagi, Nick mendengus. Kian, anak sekecil itu punya masalah apa lagi? Apa alasan anak itu menukar-nukar jiwa seseorang sesuka hatinya? Apakah Kian mengira hal ini adalah permainan yang seru? Sungguh, anak-anak memang menyebalkan. Anak-anak tidak mengerti bahwa tidak semua hal bisa menjadi mainan.

SWITCH BUTTON [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang