Bab 10: An Additional Nightmare

11 6 0
                                    

Menghabiskan waktu di luar rumah adalah pilihan terbaik bagi Nick untuk melewati hari ini.

Sendirian.

Pulang untuk beristirahat adalah alasan yang Nick utarakan pada Nika agar gadis itu berhenti mencemaskannya dan terus mengikutinya. Sebenarnya, menghabiskan waktu bersama Nika pun tidaklah masalah bagi Nick. Justru ia merasa senang.

Nick merasa senang.

Tapi, Nick juga merasa takut disaat yang bersamaan.

Bagaimana pun, Nick merasa bahwa dirinya bukanlah Manu. Sementara itu, Nika justru memikirkan hal yang sebaliknya. Gadis itu tentu saja menganggap Nick yang dilihatnya sebagai Manu.

Nika pasti tidak pernah menganggap Nick ada.

Memikirkan hal itu, membuat Nick merasa bahwa memilih untuk menyendiri adalah keputusan yang tepat. Usai mengutarakan alasan dan meyakinkan Nika, gadis itu pun setuju. Nika akhirnya membiarkan Nick untuk pulang sendiri, tanpa tahu bahwa remaja laki-laki itu tidak menjadikan rumah sebagai tujuan pulangnya setelah mengantar Janu ke rumah sakit jiwa.

Seharian adalah waktu yang sangat kurang bagi Nick untuk mengeksplor ibu kota. Ia pergi ke berbagai tempat. Ia berpindah dari satu pusat perbelanjaan menuju pusat perbelanjaan yang lain, tanpa membeli apa pun tentunya. Nick terus berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

Hingga akhirnya, Nick, mau tidak mau, harus kembali ke rumah itu lagi.

Nick mematung, tampak masih enggan untuk membuka pintu di hadapannya. Nick merasa seakan-akan, dengan membuka pintu itu, ia juga akan membuka jalan bagi hal-hal mengerikan lainnya untuk terjadi lagi. Nick sungguh tidak ingin jika ia harus dihadapkan dengan hal semacam itu lagi di dalam hidupnya.

Akan tetapi, Nick tidak punya pilihan.

Nick hanya mempunyai rumah ini sebagai tempatnya singgah, entah sampai kapan.

Menyadari hari yang semakin gelap, Nick pun akhirnya membuka pintu. Remaja itu lantas masuk ke dalam rumah dan kembali menutup pintu. Setelah itu, Nick berjalan menuju kamar Manu sambil terus bergumam kecil, mengatakan pada dirinya sendiri bahwa semuanya akan baik-baik saja. Nick meyakinkan diri untuk tidak terus-terusan khawatir, mengingat Janu tidak lagi tinggal satu rumah dengannya selama beberapa waktu.

Ya, Janu tidak ada dan Nick akan baik-baik saja.

Nick mendengus sambil merebahkan diri di atas kasur setibanya ia di kamar Manu. Remaja itu memejamkan mata seraya meregangkan tubuh. Kemudian, Nick kembali membuka mata, menatap langit-langit kamar. Ia lantas mendengus lelah.

Ada banyak hal yang terjadi semenjak dirinya terbangun di kamar mayat.

Semuanya terjadi secara tiba-tiba.

Nick masih tidak mengerti mengapa hal ini bisa terjadi. Ia merasa seperti bayi yang baru lahir, tidak mengenal apa pun, tidak memiliki jejak memori apa pun. Bedanya, ia merasa dilahirkan langsung di usianya saat ini.

Bangun secara tiba-tiba di kamar mayat usai dinyatakan meninggal satu jam lalu. Tidak mengingat apa pun selain dirinya sendiri yang entah bagaimana caranya bisa berada di tubuh orang lain. Kemudian, bagian terburuknya, Nick terpaksa harus menjalani kehidupan asing, kehidupan yang bukan miliknya.

Kehidupan milik seseorang bernama Manu.

Satu hal yang Nick tidak mengerti adalah mengapa ia tiba-tiba terbangun di tubuh milik Manu. Maksudnya, mengapa harus Manu? Mengapa tidak orang lain saja, misalnya?

Memangnya, siapa itu Manu?

Selain memikirkan apa penyebab dirinya terjebak di tubuh Manu dan bagaimana cara untuk bisa kembali ke tubuh aslinya, pikiran Nick kini dihantui dengan pertanyaan-pertanyaan lain.

SWITCH BUTTON [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang