Galang si Pangeran yang Tersembunyi

71 16 0
                                    

"Lo beneran? Ga mau gabung?"

Galang yang sedang minum tiba - tiba tersedak. Secara suara itu mengejutkannya.

"Lo kalo mau ngajak ngomong itu, setidaknya liat keadaan gue, kek. Gue lagi minum sampe keselek. Tadi gak ada orang, tau tau ada suara." Protes Galang.

Mikayla. Cewek yang bikin Galang keselek hanya tertawa. Entahlah, sejak kapan? Tapi menurut Mikayla, Galang ini menarik perhatiannya. Lalu ketika Nathan bilang ingin sekali merekrut Galang, dengan suka hati Mikayla mengajukan diri untuk membujuknya.

"Lo beneran ga mau gabung? Sayang, loh." Mikayla kembali melontarkan pertanyaan yang sama.

"Lo ga denger apa? Ucapan gue kemaren? Gue ga mau." Tolaknya. "Cari mati namanya." Lanjutnya dengan gumaman kecil, namun terdengar oleh Mikayla.

"Lo takut?" Tanya Mikayla remeh.

"Nggak. Tapi gue sayang orang tua gue. Bisa bisa gue didepak dari KK."

Ucapan Galang membuat Mikayla termenung. Selama ini Mikayla selalu bertengkar dengan orang tuanya. Ia dituntut ini dan itu. Ia harus menjadi nomor satu. Prestasi demi prestasi harus ia kejar. Walaupun tak semua ia minati. Namun Mikayla lelah. Tak semuanya ia mampu menggapainya. Akhirnya ia menyerah. Ia memilih untuk menjadi anak pembangkang. Makanya ia menjadi anggota genk motor. Balapan liar membuatnya menghilangkan rasa stress yang menjalar dipikirannya. Mikayla merasa bebas. Ia juga memiliki beberapa teman yang menjadi saksi kekacauannya.

Mendengar Galang mengatakan sayang sama orang tua, membuat Mikayla menaruh rasa iri padanya. Bagaimana perlakuan orang tua Galang padanya sampai Galang sangat menyayanginya? Jangan kira Mikayla gak sayang orang tua. Ia sayang. Hanya saja ia lelah dan ingin istirahat sejenak. Sampai ia tak sadar telah terlena. Ia terlalu masuk terjerumus. Nggak. Nathan dan lainnya gak jahat. Mereka sama - sama anak remaja yang punya luka. Itulah mengapa Mikayla, Nathan, Lily, Irene, dan Ares saling mengerti. Persahabatan mereka kuat.

"Lo kenapa?" Tanya Galang khawatir.

Mikayla tersentak. Lamunannya terhenti ketika mendengar suara Galang. Selain sahabat-sahabatnya, terakhir kali ia mendengar pertanyaan kekhawatiran seseorang hanya dari Krishna sang mantan pacar.

"Nggak. Gue gapapa. Gue cabut."

Mikayla meninggalkan Galang yang masih dalam kebingungannya. Setelah jauh dari Galang, langkah kakinya terhenti. Mikayla tersenyum. Tiba - tiba ada perasaan aneh yang berdesir dihatinya.

***

Setelah jam istirahat selesai, semua murid kembali belajar dikelas. Sang guru sedang mengajarkan penuh ketulusan dan para murid yang diam memperhatikannya. Entahlah, ada atau tidaknya yang memperhatikan sang guru, yang jelas kelas 10 IPA 2 ini terbilang hening.

Sebelum akhirnya...

"Mengerti semua?"

"Mengerti pak."

"Baiklah. Tutup buku kalian. Kita adakan kuis."

HAH, semua murid terbelalak.

"Ah, pak. Masa langsung kuis, sih? Belom juga apa - apa. Dimana mana, kuis itu saat kita udah banyak belajar banyak materi dong, pak." Protes Ridwan dan dianguki Ciko.

"Gak usah protes! Bapak hanya memastikan kalau kalian mengerti materi barusan. Ayo tutup buku kalian. Masukin tas. Lalu tas ditaruh didepan Kelas. Kolong meja harus kosong. Gak boleh ada contekan. Ketahuan mencontek dapat hukuman soal lebih banyak."

Akhirnya semua murid hanya bisa pasrah melakukan perintah sang guru. Sang guru mulai memberi lembaran kuis satu persatu. Setelahnya, kelas kembali hening seperti awal. Namun otak mereka sepertinya sedang bertarung. Memikirkan tentang apa jawaban dari pertanyaan yang sulit itu.

GALANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang