Mikayla

12 2 1
                                    

Galang menggeleng ribut saat sang Mommy mencoba memberinya suapan bubur lagi.

"Ayo, Lang. Kan baru sedikit." Bujuk Rena lembut.

Kembali Galang menggeleng. "Udah kenyang Mommy!" Rengeknya.

Rena menghela napas. Ditaruhnya mangkok bubur itu keatas nakas. Setelah itu, dieluslah puncak kepala sang putra penuh kasih sayang.

"Mommy, Galang minta maaf, ya. Udah bikin Mommy repot."

Rena menggeleng lembut. Tak lupa senyumannya terukir tulus. "Bukan salah kamu sayang. Kamu kan anak Mommy. Sudah sepantasnya Mommy rawat, dan jaga kamu."

Galang terlihat termenung. Ia masih gundah tentang tuduhan yang ditujukan padanya itu. Rena yang melihat anaknya termenung itu lantas menegurnya. "Kamu kenapa sayang?"

Galang melirik sang ibu. Ia bingung mau menjawab apa?

"Kamu masih mikirin masalah tuduhan itu?"

Galang menghela napas. Pasti Kenan sudah menceritakan semuanya.

"Mommy kecewa, Lang. Padahal, Mommy sayang banget sama Nabila. Tapi dia malah gak percaya sama kamu." Rena mengungkapkan perasaannya.

Benar! Galang tak peduli dengan tuduhan itu. Yang membuatnya down adalah, Nabila. Orang yang telah mengenalnya dari kecil, bisa-bisanya yang malah tak percaya. Dalam artian, Nabila lah orang pertama yang melukainya. Tapi, apapun yamg terjadi, Galang tetap tak bisa marah. Itu karna Galang sangat menyayangi Nabila. Kali ini murni sebagai adiknya.

"Mom." Galang memegang telapak tangan ibunya. "Galang gak papa, kok. Jangan benci Nabila, ya!"

Seketika Rena menitikkan air matanya haru. Ia bangga terhadap anaknya yang tidak memiliki dendam pada siapapun. Sikap ayahnya Galang dulu, telah menurun pada anaknya. Namun disatu sisi, hatinya teriris. Ibu mana yang rela melihat anaknya terluka?

"Mom. Galang mau jalan-jalan diluar. Galang bosen di Kamar terus."

Rena menyeka air matanya. Ia pun mengangguk menanggapi sang putra. "Bentar, ya. Mommy carikan kursi roda dulu."

***

Sebuah brangkar telah didorong oleh beberapa perawat dengan tergesa-gesa. Ada seorang perempuan muda dan pria paruh baya yang berjalan dibelakangnya dengan raut khawatir. Begitu brangkar masuk ke sebuah Ruangan, gadis muda itu memilih duduk di kursi depan Ruangan. Ia menelungkupkan wajahnya dalam genggaman tangannya. Gadis itu mulai menangis.

"Mikayla?"

Galang yang hendak menuju Taman Rumah Sakit terkejut mendapati salah seorang temannya yang ia kenal.

Saat ini Rena harus kembali ke Kamar Galang karna ada sesuatu yang tertinggal. Alhasil, Galang disuruh menunggu di Lorong dulu karna ia tak mau ikut sang Mommy kembali ke Kamar. Makanya ia sendirian. Di tengah sendiriannya, Galang melihat Mikayla yang duduk disana. Ia pun segera menghampirinya dengan mengayun kursi rodanya.

"Mikayla?" Panggil Galang ketika ia sudah dekat.

Mikayla menoleh. Dihapuslah air matanya. Jujur, ia malu kelemahannya dilihat oleh Galang. Laki-laki yang saat ini sedang mengisi hatinya.

"Lo kenapa?" Galang melirik pada pintu Ruangan Kamar Inap. "Siapa yang sakit?"

"Nyokap." Jawab Mikayla singkat. Gadis itu menatap Galang yang sedang memakai kursi roda. "Lo kenapa?" Tanyanya khawatir.

Galang hanya tersenyum mendengar pertanyaan itu. Ia tak berniat untuk menjawab sebenarnya. Untungnya Mikayla paham. Jadinya ia tak menuntut jawaban dari Galang.

GALANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang