Cemburu

31 5 0
                                    

"Lo gak tau apa? Gue itu khawatir tau."

Sedari tadi Galang hanya bisa bersabar mendengarkan ocehan gak guna dari sahabat masa kecilnya.

Yap. Nabila.

Gadis itu sejak tadi kebingungan dengan Galang yang tiba tiba menghilang dari Kelas. Rasanya ia hampir dibuat frustasi. Saat teman sekelas Randy tadi menjemput Galang, saat itu Galang sedang sendirian di Kelas. Dengan alasan tidak ingin keluar membuat ia menjadi sendirian. Bagaimanapun juga semua temannya harus makan. Padahal tadi Nabila sudah mengajaknya istirahat di Kantin bersama. Namun Galang menolak karna tak ingin merasakan patah hati. Bagaimanapun juga, Krishna dengan Nabila lalu Sisca dengan Dika ada disana. Ia hanya akan menjadi nyamuk nanti.

Dan darahnya seakan mendidih ketika Nabila kembali ke Kelas tak mendapati Galang di Kelas. Padahal anak itu bilang gak mau keluar Kelas. Alhasil, Nabila kelabakan.

Tadi omelannya tertunda karna sudah jam pelajaran. Kini gadis itu melanjutkan sesi marah marahnya saat keduanya sedang akan berjalan pulang menuju parkiran.

Galang menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Lo lebay, Bil."

Nabila mendelik tak suka. "Gue lebay? Lo tuh yang biasanya lebay. Dulu bilangnya mau jagain gue lah. Gak mau pergi pergi dari gue lah. Eh, sekarang, lo ngilang ngilang mulu dari gue."

Galang tersenyum jahil. "Ciee yang khawatir. Naksir lo ya, sama gue?"

Nabila menoleh. "Naksir apaan sih? Kepedean lo tingkat tinggi. Hati hati kalo ngomong. Ntar ada yang cemburu loh."

"Siapa?"

"Krishna." Jawab Nabila polos.

Galang membuang wajahnya kearah lain. Ia cemburu. Apakah Nabila tak mengerti perasaannya?

"Lo udah jadian sama dia?" Tanya Galang waspada.

"Udah. Tadi pas istirahat, dia nembak gue. Gue seneng banget, Lang." Ucap Nabila dengan watadosnya.

Galang menelan salivanya. Ia berjalan agak cepat membuat Nabila tak bisa memsejajarkan langkah.

"Galang lo kenapa, sih?"

"Gue gapapa. Cuman heran aja. Lo udah jadian sama Krishna, tapi masih mau jalan sama gue. Masih perhatian sama gue. Lo gak pikirin perasaanya Krishna?" Sindir Galang.

Lihat. Dibandingkan perasaannya sendiri, Galang justru memikirkan perasaannya Krishna. Walaupun perasaannya sendiri terasa sakit.

"Dia ngerti kok. Gue sama lo itu cuma sahabatan. Atau lebihnya cuma kayak sodara. Dia gak keberatan."

Nabila berusaha meyakinkan Galang. Bagaimanapun juga, walaupun ia sudah pacaran dengan Krishna, ia tetap ingin hubungannya dengan Galang sama seperti dulu. Tanpa ada yang berubah. Tapi Galang tau itu tak bisa seperti itu. Galang tau, walaupun Krishna bilang gapapa, justru hatinya mengatakan yang lain.

"Noh, Krishna. Lo gak pulang sama dia?" Galang mencoba mengalihkan perhatian Nabila yang memang benar Krishna yang ada disana.

Dilihatnya, Krishna tengah menuju kearah keduanya.

"Gue duluan, ya!" Galang cepat menghindar. Ia cukup tau diri untuk tidak berdiri diantara mereka berdua. Lagi pula, ia tak mau patah hati untuk kesekian kali.

***

"Udah gue bilang. Nabila itu gak mikirin perasaan lo. Kenapa lo gak masih ngeyel buat jaga dia."

Mikayla hadir seolah menjadi kompor saja. Disaat Galang sedang menstarter motornya untuk pulang, Mikayla datang seperti tamu yang tak diundang.

Galang benar benar frustasi. Ia mengusak wajahnya kasar. Sehari saja Mikayla tak mengusiknya apa tak bisa?

"Lo. Kenapa lo selalu usik gue?"

Mikayla hanya mengedikkan bahunya acuh.

"Lo maunya apa sih?"

"Mau gue?" Mikayla mendekatkan dirinya. Membuat jarak antara wajah mereka berdekatan. "Lo." Lanjutnya.

Mikayla bersmirk. Galang mendorongnya pelan. Dipikir Mikayla bisa membuat detak jantungnya gak karuan apa? Tentu saja tidak. Justru malah membuat Galang merinding.

"Tapi gue gak mau." Ketus Galang.

Mikayla malah tersenyum membuat Galang semakin jengkel saja.

"Sama gue gak mau. Tapi akhir akhir ini, gue liat lo deket juga sama dua cewek genk Krishna. Siapa itu? Alice dan Ena. Sama mereka kok bisa?"

"Diri, diri siapa? Diri gue. Ya berarti suka suka gue lah." Nyolot Galang dengan wajah yang terlihat menyebalkan.

Mikayla berengut. Galang benar benar tengil. Kok bisa ya? Dia naksir sama cowok tengil kayak Galang? Tapi disamping itu, Galang itu punya daya tarik tersendiri. Makanya Mikayla suka.

"Lo nyebelin banget, sih?"

"Terserah gue." Ledek Galang dan langsung meluncur pergi sebelum amukan Mikayla datang.

Setelah Galang pergi, Mikayla tersenyum. Rupanya Galang sudah tak memberikan kesan dingin lagi ketika sedang berhadapan dengan dirinya. Sikap hangat Galang barusan, jujur membuatnya sedikit baper.

***

"Itu Willy sama Rose? Ngapain mereka?" Gumam Alice dikala melihat sahabatnya bersama mantan pacarnya dulu.

Ketika waktu pulang, Alice harus melihat kedekatan Willy dan Rose yang sepertinya akan pulang bersama. Rose terlihat tersenyum manis begitupun dengan Willy. Sesaat, Alice melihat Willy menggenggam tangan Rose dan mereka sama sama masuk kedalam mobil Willy. Keduanya melaju melewati gerbang.

Alice mendengus. Bukankah Rose juga menentang hubungan dirinya dengan Willy dulu? Kenapa setelah putus, malah Rose yang deket Willy? Ini namanya sama aja nikung temen dari belakang. Tapi tak terlihat sedikitpun ekspresi cemburu diraut wajah Alice. Mungkin rasa bencinya terhadap Willy lebih besar daripada rasa cintanya dulu. Kakak Alice adalah segalanya. Dan kini harus meregang nyawa karna ditabrak sama Willy dulu. Memang Willy sudah mempertanggungjawabkan semua. Tapi rasa sakit Alice masih ada. Jadi gadis itu memilih acuh pada urusan Rose sama Willy. Ia memilih melanjutkan langkahnya.

Langkah kakinya terhenti saat ia mendengar suara klakson motor yang seolah menyapanya. Wajahnya langsung tersenyum dikala pemilik suara klakson motor itu adalah Galang. Laki laki yang belakangan ini nyantol dipikirannya. Mungkin ini juga salah satu alasan kenapa ia memilih tak peduli pada hubungan Willy dan Rose.

"Kok belum pulang, Lice?"

Alice menggaruk tengkuknya karna gugup. "Ini baru mau pulang."

"Apa mau pulang bareng aja? Kan Rumah kita searah."

Alice tak bisa menyembunyikan senyumannya. "Lo gak keberatan?"

"Kenapa harus keberatan?"

Alice mengangguk mengiyakan. Lalu ia segera menaikkan dirinya ke jok belakang motor Galang.

"Udah, Lice?"

"Udah."

Kini motor itupun meluncur pergi.

Siapa sih cewek yang gak baper? Ketika baru putus cinta, eh ada cowok yang memberikan kenyamanan. Walaupun sebenarnya Galang melakukan itu semua karna emang murni dia yang terlalu baik sama orang. Siapa sangka, kebaikannya itu suka disalahartikan oleh lain jenis.

***

Next...

Btw, setelah aku bikin outlinenya, Book GALANG ini kurang lebih mencapai 60-an Chapter untuk sampai Ending. Jadi, masih lama ya😁

Jangan lupa! Buat baca juga Book aku yang lain.

1. The Stars18
2. A2
3. The Past Love
4. Dream in the Sleeping Night

Yang "Dream in the Sleeping Night" itu Oneshoot. Cuma satu Chapter langsung END. Menceritakan tentang mimpi aku sendiri pas lagi tidur. Kejadiannya kemarin pas malam tanggal 30 Juni 2024. Penasaran kan?

Mampir ya😊

GALANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang