Alice menatap Galang mencari dari maksud dari perkataan laki-laki itu padanya. Satu hal yang ia sadari, kenapa warna pucat seolah tak pernah hilang dari wajah tampannya Galang? Sekarang Alice benar-benar penasaran. Jika dulu ia diam karna merasa dirinya bukan siapa-siapa Galang, sekarang bukankah waktu yang tepat untuk mengetahui hal yang tidak ia ketahui itu? Apalagi Alice masih mengingat jelas berapa banyak obat yang Galang minum.
"Sebenarnya kamu kenapa, sih?"
Galang menunduk. Ia tak mampu untuk sekedar menjawab pertanyaan Alice. Semua kemungkinan yang terjadi membuatnya takut.
"Kamu sakit? Muka kamu pucat soalnya."
Galang terkekeh. "Kayaknya warna itu memang gak akan pudar dari wajah aku."
Alice terdiam. Ia semakin yakin ada sesuatu dengan Galang.
"Woi! Ngapain lo berdua diluar? Bel udah bunyi daritadi. Kayak orang pacaran aja lo berdua."
Seperti hantu, sosok Ciko dan Ridwan hadir mengejutkan kedua insan itu. Galang mendengus kesal. Waktu berduaannya dengan Alice diganggu begitu saja. Namun sesaat kemudian, Galang menyeringai. Ia langsung menarik bahu Alice agar menempel pada bahunya.
"Iya. Kita pacaran." Ucap Galang bangga.
Alice menatap Galang sambil tersenyum. Rasanya begitu bahagia disaat Galang mengakui dirinya sebagai pacar Galang.
Berbeda dengan Ciko dan Ridwan yang terbelalak dengan mulut yang menganga. Jika ditanya percaya atau tidak? Tentu jawabannya tidak. Secara Galang itu tidak bisa diem. Cewek pendiam kayak Alice mana mau sama Galang. Apalagi, keduanya jarang melihat kedekatan Galang dan Alice. Sesaat kemudian, mereka menetralkan ekspresi wajahnya.
"Galang. Lo kalo mau mimpi, jangan ketinggian. Ntar jatoh, sakit. Sakitnya tuh disini." Ledek Ridwan sambil menunjuk dadanya.
Galang mendelik. "Siapa yang mimpi? Ini kenyataan!"
Ciko terlihat raut memikir. Kemudian, "Sebentar. Lo serius?"
Galang kesal. Temannya ini kenapa pada gak percaya, sih? "Tanya Alice kalo gak percaya."
Kedua cowok itu menatap Alice penuh tanda tanya. Mereka kembali menganga disaat melihat Alice tersenyum dan mengangguk mengiyakannya.
"Kok bisa?" Spontan itu yang keluar dari mulut Ciko.
"Kok bisa, kok bisa. Ya bisa lah!" Sewot Galang. "Secara gue ganteng. Makanya Alice mau sama gue."
Alice terkekeh. Ternyata pacarnya ini memang kepedean tingkat tinggi.
"Sombong banget, jadi orang." Cibir Ridwan.
"Ya iyalah orang. Masa setan? Mana ada setan yang cakep kayak gue." Galang berkelakar.
"Udah, udah. Cepetan lo masuk Kelas. Mumpung di Kelas belum ada guru." Suruh Ciko.
"Kelas gue? Belum ada guru juga, kan?" Tanya Alice.
"Kayaknya sih belum." Jawab Ciko asal.
Kini Alice menatap Galang. "Ya udah. Kalo gitu aku masuk Kelas dulu."
"Aku gak tuh?" Cibir keduanya.
"Diem lo berdua! Ganggu aja, sih?" Ucap Galang pada Ciko dan Ridwan. "Ya udah. Kamu masuk dulu aja." Lalu ucapnya pada Alice.
Mendengar penuturan Galang, keduanya seolah tersedak sesuatu membuat Galang mendelik kesal. Kedua temannya ini kayak gak pernah liat orang pacaran aja.
Alice terkekeh saja. Baginya, keakraban Galang dengan kedua temannya ini sangat lucu. Setelah itu ia meninggalkan ketiganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALANG
Teen FictionGalang si cowok ganteng, namun kehidupannya yang tak seindah rupanya. Percintaannya kerap kali tak berjalan mulus, begitupun hidupnya. Menyembunyikan semua kesakitannya. Nabila yang selalu menolak cintanya, dan Mikayla yang selalu mengusik hidupnya...