Curahan Hati Sisca

10 3 1
                                    

Sisca berdiri termenung didepan Kelas 10 IPA 1. Entah apa yang dipikirkan gadis itu. Ya, ia masih menunggu Kelas Dika yang masih ada Guru di Kelasnya itu. Kelas 10 IPA 1 memang dikenal dengan Kelas yang paling terlambat keluar.

"Gue yakin lo bisa sembuh, lang. Mau kanker perut lo ataupun kanker otak lo. Asal lo mau berusaha."

"Kalo nanti milih buat nyerah, kalian ikhlasin gue, ya! Gue capek."

Ucapan Ciko dan Galang tadi masih terngiang-ngiang dipikirannya. Rupanya Sisca lah orang yang telah mendengarkan percakapan Galang, Ciko, dan Ridwan tadi. Kini gadis itu juga tau apa yang diderita Galang.

"Gue gak nyangka. Galang? Galang punya dua penyakit ganas itu? Padahal selama ini, anaknya kayak biasa-biasa aja. Tukang hahahihi. Ternyata, punya luka sebesar itu?" Sisca menggeleng pelan. Hati kecilnya merasa sedih juga.

Tadi memang Sisca heboh karna akan jalan dengan Dika. Begitu ia hampir sampai Kelas Dika, rupanya earphone Sisca tertinggal. Alhasil, Sisca kembali ke Kelas. Begitu ia hampir masuk, ia terkejut melihat Galang, Ciko, dan Ridwan tengah berpelukan. Penasaran, akhirnya Sisca memilih menguping. Dan akhirnya Sisca tau semuanya.

"Sisca? Kenapa kamu melamun disitu?" Lamunan Sisca seketika buyar disaat sang guru yang tadi mengajar di Kelas 10 IPA 1 itu menegurnya.

"Eh, gak papa, pak. Sudah selesai, ya? Saya cuma lagi nunggu orang yang ada di Kelas ini."

Guru itu hanya termanggut-manggut saja. "Kalau begitu bapak permisi."

Sisca pun mempersilahkannya.

Satu persatu murid Kelas 10 IPA 1 keluar Kelas. Hingga akhirnya, Kenan yang keluar Kelas.

"Eh, Kenan." Sapa Sisca cengar-cengir.

Kenan menatap Sisca aneh. "Kenapa lo?"

"Nggak. Gak papa."

"Oh iya, lo liat Galang gak?" Tanya Kenan.

"Tadi masih di Kelas kayaknya." Jawab Sisca sekenanya.

"Mau mastiin tuh anak udah minum obat atau belum." Gumam Kenan pelan tanpa sadar. Dan ternyata Sisca mendengar. Hanya saja gadis itu memilih diam. Kini ia tau, kalau Kenan juga tau. Pertanyaanya, apakah Nabila juga tau?

"Duluan, Sis." Pamit Kenan dan diangguki oleh Sisca.

Setelah Kenan pergi, Sisca menunggu lagi. Begitu Alice yang keluar Kelas, Sisca lekas menarik tangannya agar sedikit menjauh. Gadis itu ingin berbicara dengan Alice—selaku pacarnya Galang.

"Kenapa, Sis?"

Sisca menunduk. Niat awalnya sih ingin memberitahu Alice. Tapi Sisca rasa, itu lebih baik jadi urusan Galang saja.

"Lo bener cinta sama Galang?"

Alice mengernyit bingung. "Kenapa?"

Sisca terlihat gelisah. "Apapun yang terjadi, lo gak bakal ninggalin dia, kan?"

Alice tersenyum. "Lo kenapa? Takut gue bakal ninggalin Galang?"

"Ya, mungkin aja." Ucap Sisca seolah ingin menuduh yang tidak-tidak.

"Gue gak akan ninggalin Galang." Ucap Alice tegas membuat Sisca menjadi yakin.

Sisca menghembuskan nafasnya. "Bagus deh. Karna lo mau tau sesuatu gak?"

"Apa?"

"Gue pernah suka sama Galang."

Deg

"Tapi lo tenang aja. Gue udah move on kok. Kan move on nya ke Dika." Jelas Sisca yang membuat Alice menghela napas lega. Sebegitu menariknya kah Galang? Sampe banyak yang suka sama dia.

"Jujur, waktu gue tau lo sama Galang pacaran, gue iri banget sama lo. Secara lo dengan gampangnya dapetin hati dia, padahal dulu gue susah banget dapetinnya."

Alice tertegun. Sebegitu susah kah buat dapetin Galang? Sampai Sisca memilih menyerah.

"Lo beruntung bisa dapetin dia. Karna masih banyak cewek yang pengen di posisi lo. Bahkan gue dulu kesel banget sama Nabila karna sia-siain cintanya Galang. Gue kayak pengen kasih tau Galang kalau cewek itu bukan cuma Nabila. Contohnya gue yang mau sama dia. Eh, dianya keras kepala. Makanya gue kaget, kalo lo bisa segampang itu."

"Maksud lo ngomong gini apa? Lo masih suka sama dia?" Kini Alice bersuara. Sejujurnya ia merasa waswas. Kenapa saingannya banyak banget, sih?

Sisca terkekeh. "Lo tenang aja. Kan tadi gue bilang, kalo gue udah move on. Alasan gue bilang ini, karna gue gak mau lo sakitin Galang. Apalagi setelah lo tau ketidaksempurnaan yang dimiliki Galang. Gue harap lo gak pernah ninggalin dia."

Lagi-lagi Alice merasa bingung. Ketidaksempurnaan? Galang juga sering ngomong ini waktu baru jadian. Alice jadi penasaran, apa yang disembunyikan Galang? Ia semakin yakin kalau Galang memang menyembunyikan sesuatu.

"Apa yang lo tau?"

"Itu urusan lo sama Galang. Lo memang harus cari tau. Karna, lebih baik lo tau dari mulut Galang sendiri. Semoga lo gak pernah terlambat untuk mengetahuinya." Ujar Sisca membuat Alice semakin penasaran.

***

Dika memandangi Sisca dan Alice dari jauh. Sebenarnya ia penasaran apa yang di obrolkan mereka. Tapi ia mencoba menahan diri dari rasa penasarannya. Hingga ia melihat ekspresi penasaran dari Alice dan ekspresi serius dari Sisca. Setelah itu, ia melihat Sisca yang tersenyum pada dirinya. Terlihat Sisca berbicara sebentar pada Alice lagi. Mungkin meminta izin? Lalu setelahnya, Sisca datang menghampirinya. Dika pun menyambut Sisca dengan senyuman.

"Yuk!" Ucap gadis itu sumringah setelah ia sampai pada Dika.

"Yuk!"

Dika pun mengenggam tangan Sisca. Digenggam seperti itu, Sisca hanya senyum-senyum saja.

"Ngomong-ngomong, kamu ngomongin apa sama Alice?" Akhirnya Dika memberanikan diri untuk bertanya.

Sebelum menjawab, Sisca melirik Alice sebentar. "Aku cuma kasih dia ucapan selamat karna pacaran sama Galang. Kan aku udah kasih ucapan ke Galangnya juga. Jadi, tinggal ke Alice."

Dika terkekeh. "Ngapain?"

"Gak papa, sih. Galang kan sahabat aku. Apa salahnya coba?" Sisca pura-pura ngambek.

"Yakin? Bukannya pernah ada rasa?" Tanya Dika menggodainya.

Sisca pun mendelik. "Kamu cemburu?"

"Enggak, tuh." Dika sok jaim.

"Yakin? Ya udah gue sama Galang aja." Ledek Sisca dan akan pergi. Namun buru-buru Dika mencegah. Bisa gawat kalau Sisca benar-benar balik suka Galang lagi.

"Ciiieee, cemburu."

"Udah, ah. Atau gue tinggal." Ancam Dika yang sebenarnya candaan.

"Iya, iya." Alhasil, Sisca menggelayut manja.

***

Next...

GALANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang