Sisca menatap senang pada cowok yang baru saja memberikan sebatang coklat. Seolah cowok itu tau kalau dirinya sangat menyukai jenis makanan yang satu itu. Cewek mana sih? Yang gak suka coklat? Mungkin bagi cewek yang lagi diet, atau memang ada cewek yang gak suka coklat.
"Oh, ya. Atas dasar apa lo? Ngasih gue coklat?" Tanyanya pada cowok itu.
Dika. Cowok itu terlihat berpikir sejenak. "Hmm. Karna pengen aja. Lagian akhir akhir ini gue liat lo keliatan sedih gitu."
Mendengar itu, Sisca jadi memasang raut sedih lagi. Ia jadi teringat Galang yang masih belum sadar.
"Galang masih belum sadar." Ucapnya lirih.
Dika terdiam. Kalau boleh jujur, sebenarnya ia cemburu. Tapi apa boleh buat? Kehadiran Galang lebih dulu dibandingkan dengan dirinya. Lagi pula Dika yakin, kalau Galang dan Sisca hanya berteman biasa. Ya, walaupun awalnya Dika sadar akan gerak gerik Sisca yang seolah memberi isyarat kalau gadis itu menyukai Galang. Tapi Dika tau. Galang suka Nabila, jadi ia bisa merasa tenang. Bukan apa - apa. Dika memang sedari awal secara terang - terangan menunjukkan ketidaksukaannya terhadap Galang. Dika bilang 'Tuh, anak terlalu tengil. Gak suka gue sama tingkahnya.' Bahkan hingga sekarangpun rasa ketidaksukaannya pun masih ada.
"Ya, kita cuma bisa bantu doa."
Walaupun begitu, Dika masih punya hati untuk menaruh rasa kepeduliannya terhadap orang lain. Toh Galang tak pernah melakukan kesalahan terhadap dirinya. Ia hanya tidak menyukai tingkahnya saja. Tak lebih dari itu. Jadi tak ada alasan untuk dirinya menaruh kebencian pada cowok yang sedang terbaring lemah itu di Rumah Sakit.
Sisca tersenyum. Perasaannya sedikit tenang. Entahlah, sepertinya cowok yang ada dihadapannya ini berhasil mengambil hatinya. Sesederhana itu. Ketika ia mencoba menyerah pada cinta yang mustahil diraihnya, lalu ada cowok yang datang memberikan perhatian. Cewek mana yang gak akan baper? Mungkin tidak ada? Atau mungkin ada?
***
"Kayaknya si Nathan udah ngebucin lagi deh, sama Kyla."
Yang diajak ngomong cengengesan. Mereka berdua melihat sahabat mereka Nathan yang tengah ngebucin dengan seseorang yang mereka ketahui adalah mantannya. Gak tau saja mereka. Kalau sebenarnya keduanya sudah balikan lagi. Ya, memang Nathan tak berniat membeberkannya dulu. Bisa - bisa ia jadi bahan ledekan oleh sahabatnya berbulan bulan. Sedangkan Kyla, genknya sudah tau tentang hubungan mereka mengingat Alice sempat menyinggungnya kemarin.
"Kenapa? Lo mau juga?" Tanya Ares terhadap Irene yang tadi berkomentar.
"Lagian kalo gue mau, mau sama siapa?" Saut Irene.
Ares terlihat berpikir. Sedangkan Irene menatap Ares penuh harapan.
Ternyata istilah 'kalo temenan cewek cowok, gak mungkin murni temenan. Pasti salah satunya ada yang nyimpen rasa, atau dua duanya.' Itu benar adanya. Kali ini dalam genk Nathan. Irene terlihat menyukai sahabatnya sendiri. Yakni Ares.
"Sama gue aja, yuk!" Ajak Ares bercanda dan siapa kira? Kalau Irene benar - benar baper. Tapi sebisa mungkin ia tahan.
"Gue slepet dulu, lo." Cibir Irene guna menutupi kebaperannya lalu pergi.
Ares yang tadinya memasang wajah senyum, kini menjadi serius ketika Irene telah menjauh. Sejujurnya, cowok itu naksir beneran sama Irene. Tapi keduanya saling gengsian. Keduanya berpikir, selama mereka bisa menjalin hubungan sebagai sahabat kenapa harus dicampuri dengan urusan cinta? Keduanya takut, jika mengungkapkan perasaan mereka membuat hubungan mereka renggang. Kan ada istilah 'Waktu masih temenan biasa, giliran jadi mantan malah musuhan' Jadi daripada renggang lebih baik tak pernah mengungkapkan saja sekalian. Setidaknya mereka tetap dekat walaupun hanya sekedar sahabat. Tanpa mereka ketahui kalau mereka sebenarnya saling menyukai satu sama lain.
Akhirnya Ares mengikuti langkah Irene yang telah menjauh.
Setidaknya Ares lebih beruntung. Ia mencintai sahabat kecilnya, dan dicintai kembali.
***
Bruk...
Semua terjadi begitu saja. Yudha yang kerepotan dengan banyaknya buku yang ia bawa membuatnya sedikit mengeluh. Apalagi sekarang, buku-buku itu berserakan dimana mana. Karna seseorang baru saja menabraknya.
"Sorry. Gue gak sengaja.?" Ucap Rebecca si pelaku. Tak lupa ia membantu kerepotan yang dialami Yudha.
"Gapapa." Yudha mungkin tadinya mau marah. Namun ia sadar, kalau gadis itu tak berniat menabraknya. Apalagi melihat kesungguhan Rebecca dalam penyesalan dengan mau membantunya mengumpulkan buku buku yang berserakan.
"Gue bantu bawa aja, ya! Mau dibawa kemana?" Tawar Rebecca.
Yudha menggelengkan kepalanya. "Jangan! Ntar lo repot."
Gadis itu tersenyum. Cantik sekali. "Lo juga repot gara - gara gue tadi. Ya udah, sih. Gapapa! Gue bantu."
Yudha terdiam. Seolah hanyut pada senyuman Rebecca yang sangat cantik itu. Akhirnya ia mengangguk. "Ke Perpustakaan."
Obrolan demi obrolan begitu ngalir dari mulut mereka saat perjalanan menuju Perpustakaan Sekolah. Awalnya, Yudha disuruh oleh guru piket untuk mengembalikan buku pelajaran yang dipinjam murid murid untuk materi tadi. Sebagai anak teladan, Yudha menurut. Siapa sangka? Karna itu, kejadian apes menghampiri. Tapi setelah mengobrol dengan Rebecca yang begitu leluasa, kejadian apes tadi berakhir dengan keberuntungan bagi Yudha. Dari sini ia tau, kalau Rebecca adalah cewek yang menyenangkan. Pribadinya yang kalem dan santai membuat Yudha merasa nyaman ketika ia mengobrol. Seolah ada saja topik yang dibicarakan mereka.
"Makasih, ya! Cca. Lo mau tolong gue."
Lagi lagi Rebecca tersenyum dan diam-diam Yudha terpesona. "Santai aja, sih! Itu juga karna salah gue."
Yudha terlihat berpikir. "Emang, lo mau ngapain buru - buru tadi?"
"Lagi ngambek gue sama Kenan. Jadi gue kabur aja dari dia."
Yudha tertawa. Melihat pertengkaran antara saudara kembar, terlihat lucu aja dimata Yudha. Sejujurnya, ia tak pernah mengenal seseorang yang merupakan saudara kembar. Jika pernah bertemu, Yudha bertanya - tanya seberapa miripnya mereka berdua? Eh ternyata, sekalinya ketemu sama orang kembar, malah kembar tak identik seperti Kenan dan Rebecca. Dari namanya saja, orang pasti gak akan ngira kalau keduanya kembar. Tapi ketika bertemu, percayalah. Kenan dan Rebecca benar - benar mirip seperti kembar walaupun berbeda gender. Jadi, siapa yang akan menolak fakta kalau keduanya itu memang kembar?
"Eh. Gue balik ke Kelas dulu ya! Udah mau bel."
Ucapan Rebecca barusan menyadarkan lamunan Yudha.
"Ya udah. Sekali lagi makasih, ya!"
Dan gadis itu hanya mengangguk dan meninggalkan Yudha yang masih senyum-senyum sendiri. Sadar apa yang dipikirkannya, Yudha menggeleng dan segera membereskan buku buku tadi ketempat yang lebih rapi.
***
Next...
Kita melenceng sebentar. Gak melulu tentang Galang. Hanya bumbu penambah aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALANG
Подростковая литератураGalang si cowok ganteng, namun kehidupannya yang tak seindah rupanya. Percintaannya kerap kali tak berjalan mulus, begitupun hidupnya. Menyembunyikan semua kesakitannya. Nabila yang selalu menolak cintanya, dan Mikayla yang selalu mengusik hidupnya...