Benih Cinta

19 6 0
                                    

Motor ninja berjalan membelah jalanan yang ramai di Jakarta. Galang si pengendara terlihat begitu tenang seolah tanpa ada beban. Tentu saja. Karna lupa waktu, Galang tadi bermain di Rumah Ciko bersama Ridwan, Nathan, dan Ares. Mabar Mobil Legends hingga tak sadar sudah Malam hari jam 8. Ia pun sudah tak perlu memikirkan lagi untuk makan malam karna Ibu Ciko sudah menyuruhnya dan teman - temannya makan terlebih dahulu. Mungkin karna hiburan yang ia terima tadi yang membuat Galang seolah menjadi refresh tak ada beban.

Kini motornya sudah membawa dirinya memasuki Gang Perumahannya. Walaupun sudah memasuki Gang, jarak Rumah Galang masih sangat jauh didalam Perumahan sana. Jika berjalan kaki mungkin akan membutuhkan waktu sekitar 1 jam. Dan untung saja ia naik motor. Jadinya ia tak perlu lelah berjalan. Namun saat belum sampai Rumah, Galang melihat seseorang yang ia kenali duduk di sebuah Pos Ronda. Dengan segera ia menghampirinya.

"Alice? Lo ngapain disini?"

Alice terkejut. Perasaannya begitu senang melihat Galang yang terlihat baik - baik saja.

"Galang? Lo udah ketemu?"

Galang terkekeh. Rupanya gadis yang ada dihadapannya ini juga mengkhawatirkannya. Ia turun dari motor dan menduduki dirinya disamping gadis itu duduk.

"Emangnya gue kemana?" Goda Galang.

"Kemaren kan, lo ilang." Jawab Alice dengan polos.

Galang tersenyum. Hatinya menghangat melihat kekhawatiran Alice. Ia jadi tak enak hati bila harus memberitahukan Alice kalau ia menghilang karna bermasalah dengan Willy yang menginginkan gadis itu. Lebih baik ia tak perlu memberitahukannya. Biarlah urusan Willy menjadi urusannya. Kasihan Alice. Sepertinya gadis itu memang ingin lepas dari Willy.

"Lo darimana?" Tanya Alice guna memecahkan keheningan.

"Oh, ini. Gue dari Rumah Ciko. Abis mabar. Lo sendiri, darimana?"

"Abis kerkom sih. Tapi gue malah kesasar. Sebenarnya temen gue pengen nganter, eh tiba - tiba ada urusan mendadak. Awalnya gue pikir, gue inget jalan. Makanya gue tolak tawaran dia biar gak ngerepotin. Eh tenyata, nggak inget. Ya, jadi gini."

Galang mengangguk paham. Maklum, butuh jarak yang jauh untuk bisa sampai ke Jalan Raya.

"Lo mau gue anter?" Tanya Galang.

Alice menoleh. "Jangan! Lo kan baru pulang juga. Ntar lo capek."

"Nggak. Abis main tadi, gue kayak refreshing aja gitu. Jadi kayak gak capek rasanya. Yuk! Gue anterin. Gak ada penolakan."

Alice mengangguk. Galang berniat akan mengenggam tangan Alice, tapi Alice keburu berdiri. Alhasil, Galang yang jatuh terjungkal. Melihat itu, Alice berseru panik.

"Galang lo gak papa?" Tanyanya sembari membantu Galang berdiri.

"Gak. Gapapa." Ucapnya.

'Yang ada, malu kan gue!' Ucapnya dalam hati.

Sakit sih enggak seberapa. Tapi malunya itu loh. Galang memikirkan seberapa konyolnya ia tadi.

"Yaudah yuk! Kita berangkat."

Alice mengangguk. Galang segera menaiki motornya dan mulai menyalakan mesin. Begitu sudah nyala, Alice mulai naik keatas motornya. Begitu ia menstarter gasnya, tiba - tiba saja motornya berhenti mendadak membuat Alice yang kaget refleks memeluk pinggang Galang.

Jangan ditanya perasaan Galang saat ini. Rasanya jantung udah mau kayak copot. Detakannya berdegup dengan cepat saking gugupnya. Nih motor gak bisa diajak kerja sama apa? Tau aja kalo yang dibawa itu cewek cantik. Seolah si motor tau, makanya sengaja mati agar si cewek cantik itu memeluk si pemiliknya.

Alice yang sadar akan pelukannya terhadap Galang seketika gugup. Bagaimana mungkin dia bisa lancang? Ia segera melepaskan pelukannya.

"Hm. Maaf Galang. Gue gak sengaja."

Galang tersadar dari kegugupannya. "Ah, gapapa. Gue yang harusnya minta maaf. Nih motor gak biasanya kayak gini. Maaf ya! Biar gue coba lagi."

Galang mencoba ulang menyalakan mesinnya. Ternyata berhasil. Fix sih! Ini mah emang motornya aja yang seolah tau ada cewek cantik. Berharap aja kali ini motornya dapat diajak kerja sama. Dengan segera Galang menstarter gas dan mulai meninggalkan area Pos Ronda itu.

***

Alice pikir, Galang hanya akan mengantarnya sampai depan Gang saja. Eh tau - tau, Galang malah mengantarnya sampai Rumah. Awalnya Alice menolak, tapi Galang juga menolak. Alhasil Alice mengalah. Membiarkan Galang mengantarnya sampai Rumah.

"Makasih ya, Lang! Lagi - lagi lo anterin gue sampe ke Rumah."

"Gapapa sih. Kayak sama siapa aja!"

"Emangnya sama siapa?"

"Bukan siapa - siapa, sih!" Galang terkekeh.

Alice sedikit kecewa dengan pernyataan Galang. Tapi memang bener, Galang bukan siapa - siapanya dia. Jadi ia bisa apa? Seringnya bersama Galang tanpa disengaja membuat Alice menaruh rasa pada laki-laki itu. Galang itu baik, ganteng, asik, cewek mana yang gak akan suka dengan cowok kepribadian seperti itu? Terkadang, cowok cool, dingin, keren itu jadi tipe ideal banyak cewek. Tapi nyatanya, kalo ketemu beneran sama cowok tipe kayak gitu, ceweknya pasti kesel karna banyak dicuekinnya. Jadi realistis aja.

"Mau mampir dulu?" Tanya Alice basa - basi.

"Gak usah deh, udah malem juga. Gue langsung pulang aja!"

Alice mengangguk. Memang hari telah malam.

"Gue pulang ya!" Pamit Galang.

"Iya. Hati - hati, Lang!"

Galang mengangguk. Ia segera menyalakan mesin motornya. Sekali lagi ia menatap Alice. "Cepet tidur! Jangan bergadang!"

Alice tertegun. Apakah baru saja Galang memberikan perhatiannya? "Iya."

Galang menjalankan motornya meninggalkan pekarangan Rumah Alice. Sedangkan gadis itu masih disana menatap kepergian Galang dengan pipinya yang merona. Bunga - bunga dihatinya bermekaran. Tiba - tiba...

"Hhmm. Cieee! Dianterin siapa tuh?"

Alice terlonjak kaget. "Mama!" Alice merasa malu.

"Hayo, siapa itu? Kok ganteng banget ya?"

"Bukan siapa - siapa, Ma! Cuma temen."

Mama Alice tersenyum jahil. "Yakin, cuma temen? Willy dikemanain?"

"Ish, Mama! Aku sama Willy udah gak ada apa - apa." Kesalnya.

Mama Alice mengangguk. Sejujurnya, Mama Alice tak menginginkan Alice bersama Willy. Orang yang telah menabrak anaknya yang lain sampai tewas. Walaupun ia sendiri telah memaafkan Willy, tapi tetap saja. Rasa sakitnya masih ada. Lagi - lagi, ibu mana yang mau kehilangan anaknya?

"Iya deh, iya. Mama gak tanya - tanya Willy lagi."

Sang Mama memeluk Alice, anak satu - satunya yang masih ia miliki saat ini.

Next...

Btw, mungkin beberapa adegan kedepannya adalah adegan baper-bapernya. Aku gak tau, sih. Nanti kalian baper atau enggak? Ya, coba dulu aja. Siapa tau, bikin kalian baper. Karna pas aku baca ulang, gak tau kenapa aku baper. Gak kayak ngerasa merinding kayak yang kemarin-kemarin.

GALANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang