"Duh, Lang. Lo itu ngeyel banget, sih!"
Nabila mengacak rambutnya frustasi. Melihat kedatangan Galang yang dipapah Alice dan Ena seketika membuat emosinya naik ke ubun - ubun. Bagaimana tidak? Nabila adalah saksi mata ketika kemarin sore Galang baru pulang dari Rumah Sakit dengan keadaan yang masih tidak baik - baik saja. Ralat, bahkan anak itu masih mengeluh sakit kepala yang luar biasa. Terus kenapa sekarang anak ini ada dihadapannya?
"Lebay banget sih, lo? Gue udah enakan. Makanya gue Sekolah."
"Lo!" Nabila mengusap wajahnya. Ia benar - benar kehilangan kata - kata ketika menghadapi Galang yang menyebalkan seperti ini. Jangan sampai dirinya kehilangan akal juga.
"Maaf ya, Na! Kalo Galang tadi ngerepotin lo." Bagaimanapun juga, Nabila merasa tak enak hati pada sahabat Krishna ini.
Galang melirik Nabila tak suka. Tentunya karna Nabila minta maaf pada orang yang salah.
Ena terkekeh. "Lo salah orang kayaknya, Bil."
Galang menghela napas lega. Setidaknya Ena mau jujur tanpa mau mengaku ngaku. Hampir saja, Galang menaruh kesan buruk pada Ena.
Lain Galang, lain pula Nabila yang kini kebingungan. Seolah sadar akan kebingungan Nabila, Ena menjelaskan, "kayaknya Alice lebih banyak direpotkan daripada gue."
Seolah meminta penjelasan, Nabila menatap Galang intens. Galang hanya menanggapinya dengan anggukan. Kini obrolan mereka terhenti karna guru pelajaran pertama mereka telah memasuki kelas.
***
"Bil. Lo mau ke Kantin sama gue, gak?"
Galang mengernyitkan dahinya. Apa yang telah ia lewatkan selama seminggu saat ia tengah terbaring lemah kemarin? Pasalnya, Krishna dan Nabila semakin dekat saja.
"Hmm. Bentar, ya!" Gadis itu menghampiri Galang berniat meminta izin. Bagaimanapun juga, gadis itu tak mau meninggalkan Galang dalam keaadaan seperti ini.
"Lo pergi aja." Belum juga izin, Galang sudah menjawabnya acuh.
"Lo serius? Atau lo ikut aja. Gue takut lo kenapa napa."
"Gak usah. Takut ngerepotin. Lo pergi aja. Lo juga butuh makan." Galang hanya tak ingin egois membiarkan Nabila tetap disini sedangkan gadis itu jadinya tak makan apapun.
Nabila mengangguk. Setelah dapet izin, gadis itu menghampiri Krishna dengan wajah berseri - seri. Sejujurnya, hati Galang serasa diremas ketika melihat pemandangan itu.
Sesaat, hatinya merasa kecil. Dibandingkan perlakuan Alice tadi, Nabila masih gak ada apa apanya. Ketika ia bilang ke Alice takut ngerepotin, Alice bersikeras merasa tak di repotkan. Sedangkan pada Nabila tadi, gadis itu hanya diam. Seolah membenarkan kalau dirinya itu merepotkan bagi Nabila. Namun, segera ia tepis pemikiran itu. Bagaimana mungkin, ia membandingkan Nabila dengan Alice yang jelas jelas berbeda?
Dan setelahnya, Galang benar - benar sendiri. Dimana Rebecca? Ke Kantin bersama Kenan. Itupun atas paksaan Galang sendiri walaupun anak itu bersikukuh ingin menemaninya. Rebecca adalah sepupu yang perhatian. Lalu dimana dua curut Ciko dan Ridwan? Entahlah, kayaknya mereka itu langganan toilet setelah jam pelajaran selesai. Dan Sisca? Anak itu udah lagi ngebucin sama Dika. Tahap Move on dia benar - benar berhasil.
Sebernarnya Galang gak sendiri. Ada Ena disana yang memilih tak ke Kantin.
"Hai. Boleh gabung." Sapa Ena ketika Galang baru saja akan mengeluarkan sesuatu dalam tasnya.
"Gabung ngapain? Gue gak lagi ngapa ngapain?"
"Sensi banget sih Jadi orang? Lo bawa bekel, kan? Gue juga bawa. Kita makan bareng aja." Ajak Ena.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALANG
Teen FictionGalang si cowok ganteng, namun kehidupannya yang tak seindah rupanya. Percintaannya kerap kali tak berjalan mulus, begitupun hidupnya. Menyembunyikan semua kesakitannya. Nabila yang selalu menolak cintanya, dan Mikayla yang selalu mengusik hidupnya...