"Lo udah sadar?"
Lamunan Galang buyar, ketika sebuah suara menyapa telinganya. Ia hanya termenung karna perkataan dokter tadi. Kata dokter, kondisinya semakin parah akibat benturan keras itu.
"Bang Putra? Lagi-lagi lo yang tolongin gue." Ucapnya tak enak hati.
"Santai aja, sih. Gue juga udah anggap lo kayak adek sendiri."
Galang hanya tersenyum saja. Pasalnya ia pun juga sudah menganggap Putra kayak kakaknya. Selama ini juga, ia sering berkomunikasi. Hanya saja tak pernah diperlihatkan.
"Gimana sama Sekolah baru lo, bang?" Tanya Galang.
Ya, beberapa waktu yang lalu, Putra memutuskan pindah Sekolah mengikut pada kedua orang tuanya. Alhasil, Putra dan Galang jarang ketemu. Tapi mereka masih saling komunikasi diam-diam.
"Ya, gak ada yang spesial, sih. Gimana? Masih ada yang sakit?"
Galang menggeleng. "Nggak. Justru gue mau minta pulang. Mumpung masih pagi buta. Ntar keluarga Kenan nyariin. Gue juga kan gak ijin kemarin."
Putra menghela napas. Sebenarnya ia belum rela membiarkan Galang pulang. Takut anak itu kenapa-napa. "Yakin mau pulang?"
Galang mengangguk yakin. Membuat Putra mau gak mau membiarkan Galang pulang.
"Ya udah, gue anterin. Motor lo udah di Rumah. Tengah malem tadi dianterin."
***
Seolah tak terjadi apapun, Galang kembali sekolah dengan bersikap biasa aja. Datang dengan motor kesayangannya dan melakukan aktifitas seperti biasanya. Memasuki Kelas dan menyapa teman-teman seperti yang biasa. Begitu sampai di Kelas, matanya tertuju pada kursi Krishna. Dalam hati ia bertanya-tanya, apa yang membuat anak itu tak datang semalam?
Lamunannya seketika buyar ketika Dika tiba-tiba datang langsung menariknya berdiri dan mencengkram kerahnya. Tak lupa dengan tatapan marah yang terpancar dari matanya. Melihat itu, Ciko dan Ridwan berseru tak terima.
"Woy, woy, woy. Apa-apaan lo dateng-dateng langsung nyari ribut?" Ucap Ridwan nyolot, sedangkan Ciko berusaha memisahi Galang dan Dika. Geng Krishna juga datang. Begitupun Genk Nathan kecuali Mikayla. Gadis itu belum datang.
"Diem lo! Ada yang pengen gue tanyain sama dia!" Ucap Dika menatap nyalang pada Ciko dan Ridwan. Kini ia kembali menatap Galang walaupun cengkramannya sudah terlepas.
"Lo apain Krishna semalam?"
Alis Galang menukik bingung. "Maksudnya?"
"Lo kan yang nyuruh suruhan lo buat bikin Krishna sekarat?" Tuduh Dika tanpa aba-aba, membuat Galang terbelalak. Jadi ini, alasan Krishna gak datang semalam?
"Apa?"
Semua menoleh pada Pintu. Disana Nabila sudah berdiri dan terlihat terkejut. Gadis itu dengan tergesa lantas menghampiri mereka.
"Dika, Krishna kenapa?" Tanya Nabila khawatir.
Dika terkekeh sinis. "Lo tanya aja sama sahabat kesayangan lo ini."
Kini Galang menggeleng ketika Nabila menatapnya meminta penjelasan. "Bil, gue gak tau apa-apa."
"Gak usah bohong lo! Sekarang gue tanya? Dimana lo semalam?"
Galang terdiam. Ia tak mungkin membeberkan dirinya dimana semalam. Karna pertemuan ini terbilang rahasia.
"Gak bisa jawab kan? Itu karna lo sama Krishna janjian ketemuan di Jalan xxx. Disana, lo nyuruh suruhan lo buat ngehajar Krishna! Di Kantor Polisi, pesuruh lo itu yang udah jelasin ke kita."
Galang terbelalak. Ini sih namanya fitnah. "Gue emang janjian ketemuan disana sama Krishna. Tapi gue–"
Bugh
"Dika!"
Tanpa aba-aba Dika memukul wajah Galang saat dirasa Galang mengakuinya. Padahal Galang belum selesai menjelaskan. Alice histeris dan segera membantu pacarnya itu berdiri.
"Buat apa lo janjian sama dia buat ketemuan di daerah sepi? Buat abisin dia? Karna lo gak suka Krishna pacaran sama Nabila? Lo itu masih cinta sama Nabila, iya kan?" Tuduh Dika menjadi-jadi.
"Eh, lo kalo ngomong suka ngaco, ya? Kalo Galang masih cinta sama Nabila, buat apa dia pacaran sama Alice?" Nyolot Ciko yang juga mulai emosi.
Sebenarnya, itu juga yang dikatakan oleh Alice dan Ena ketika Dika menyampaikan hal ini. Tapi, Dika dan Yudha sudah tak mau mendengarkan. Bedanya, Yudha jauh lebih tenang daripada Dika.
"Maaf mencela. Tapi bisa aja Alice cuma dijadiin pelarian sama Galang." Kali ini Yudha yang mengatakannya dengan tenang.
Deg
Alice terdiam. Apa benar dirinya ia hanya dijadikan pelarian oleh Galang? Ia menatap Galang meminta jawaban. Begitu pun Nabila. Gadis itu menatap tak percaya pada Galang dengan mata yang berkaca-kaca. Sedangkan Galang menggeleng keras. Ia benar-benar merasa di fitnah.
"Ini bohong, Bil! Gue–"
Plakk
Semua terkejut. Nabila baru saja menampar Galang keras. Dan Galang terdiam syok karna itu. Bukan apa-apa. Pasalnya Nabila sudah mengenal Galang dari kecil. Seharusnya Nabila bisa mempercayainya lebih dari siapapun.
"Gue gak nyangka lo bisa sejahat ini, Lang!" Ucap Nabila seraya melarikan diri. Gadis itu sudah menangis tersedu-sedu. Sisca yang baru saja datang dibuat terkejut dengan Nabila yang menangis. Alhasil, gadis itu mengejar Nabila.
"Ini fitnah, Bil!" Galang mengerang frustasi. Kenapa jadi begini? Tau begitu, ia tak mengiyakan permintaan Krishna kemarin.
Kini ia menatap Alice. Meminta sang pacar agar mempercayainya. Namun belum apa-apa, Rose malah menarik Alice agar menjauh dari Galang.
"Lice, lo percaya sama gue, kan?" Tanya Galang penuh harap.
"Gue–"
"Lo jangan coba-coba pengaruhin Alice. Bisa-bisanya lo mencoba membuat Alice memihak lo daripada sahabatnya sendiri." Sinis Rose. Rupanya gadis itu juga termakan omongan. Lantas gadis itu lekas membawa Alice pergi.
"Gue bakal nunggu Krishna sadar. Kalo sampe bener lo yang bikin dia sekarat, liat aja lo!"
Semua genk Krishna itu beranjak pergi dari sana. Perlahan, kerumanan di Kelas 10 IPA 2 juga mulai bubar. Untung ini masih sekitaran jam setengah 7. Jadi, kerumunan itu tak terlalu banyak. Sebagian hanya dari Kelas 10 IPA 1 dan 10 IPA 2 itu sendiri.
Sedangkan Ena, gadis itu masih berada disana. Menatap Galang dengan tatapan merasa bersalah.
"Lang! Asal lo tau. Gue percaya kok sama lo. Gue yakin, bukan lo pelakunya."
Ciko, Ridwan, bahkan genk Nathan tertegun. Kenapa Ena begitu baik? Mereka kagum dengan sikap dewasa Ena. Sedangkan Galang hanya terdiam. Ia sudah terlanjur syok dengan hal tadi. Apalagi ia baru saja pulang dari Rumah Sakit.
Melihat Galang yang hanya terdiam, membuat Ciko, Ridwan, Ena, dan genk Nathan menatapnya khawatir.
"Lang, lo kenapa?"
Bibir Galang telah memucat. Laki-laki itu menggeleng dengan lemah. "Gue udah gak kuat lagi."
Setelah mengatakan itu, Galang jatuh dan kehilangan kesadarannya. Psikisnya seketika down, membuatnya justru memperparah kondisinya. Ia lekas dilarikan ke Rumah Sakit.
***
Next...
Makin gak jelas ceritanya😅
KAMU SEDANG MEMBACA
GALANG
Teen FictionGalang si cowok ganteng, namun kehidupannya yang tak seindah rupanya. Percintaannya kerap kali tak berjalan mulus, begitupun hidupnya. Menyembunyikan semua kesakitannya. Nabila yang selalu menolak cintanya, dan Mikayla yang selalu mengusik hidupnya...