Selesai pesta pernikahan, Clara langsung diantar pelayan menuju kamarnya. Membuat wanita itu terkejut, ia pikir kamarnya di mansion Duke sudah sangat luas, ternyata kamar ini lebih luas lagi.
"Ugh, bukan itu yang sekarang harus dipikirkan." Ia sangat takut karena Jevano akan datang sebentar lagi. Bagaimana jika Chris memberitahu Jevano, tentang bagaimana Clara mengatai pria itu? Jevano pasti akan sangat marah.
"Anda mengatakan sesuatu putri?" tanya seorang pelayan yang bertugas memandikannya.
Clara menggeleng, ucapan pelayan itu menyadarkannya dari lamunan.
"Kulit anda sangat halus dan bersih, semua wanita pasti iri dengan anda," ujar pelayan itu yang memakaikan lulur.
Sedangkan Clara kini menggigiti kuku jarinya, ia kembali melamun, berkutat dengan pikirannya.
"Mengenai malam pertama, tidak perlu khawatir. Rasanya tidak sesakit itu jika anda rileks dan menikmatinya."
Clara menatap pelayan yang sepertinya berusia tiga puluhan itu. Ia bisa berkata begitu karena tidak tahu bagaimana kasarnya Jevano. "Apa kau sudah menikah?"
"Saya?" Pelayan itu terkekeh. "Ya, saya pernah menikah, dan tak lama setelahnya saya bercerai."
"Ah, maaf." Sekarang Clara merutuki dirinya sendiri, seharusnya ia tidak penasaran dengan kehidupan orang lain.
"Anda tidak perlu minta maaf, putri."
"Nah, sudah selesai." Tanpa terasa pelayan itu selesai memandikan Clara, dan itu berarti semakin cepat juga Jevano akan datang.
Pelayan lain yang berada di luar kamar mandi membawakan gaun tidur untuk Clara pakai. Mereka bahkan juga menyisir dan memberikan wewangian pada rambutnya yang menjadi semakin berkilau. Para pelayan istana benar-benar kompeten.
"Kalau begitu, kami akan pergi, putri."
"Baiklah." Clara mengangguk dan beberapa saat setelahnya ia sudah sendirian di kamar ini. "Aku takut."
"Aku ingin pulang ke Seoul, ayah, ibu, tolong aku." Tubuhnya gemetar sembari menatap pintu kamar, membayangkan Jevano masuk dari pintu itu saja sudah membuatnya takut. Untuk menenangkan diri, Clara meminum air yang disiapkan di meja.
"Eh? Air apa ini? Rasanya manis." Clara terkejut, ternyata ini bukan air putih biasa, karena rasanya enak ia pun menghabiskan satu gelas dengan sekali teguk. Dan benar saja, rasanya ia menjadi lebih tenang setelah minum.
Beberapa menit berlalu dan Jevano belum juga muncul. "Ini bagus, aku harap putra mahkota jahat tidak datang."
Wanita itu yang sedari tadi duduk di tepi ranjang kemudian membaringkan tubuhnya. "Sial udaranya panas, jika saja ada ac di sini." Saking gerahnya rasanya Clara ingin melepaskan gaun tidurnya.
"Panass." Kedua kaki Clara terus saling bergesekan, perasaan ini membuatnya aneh. Sepertinya ada yang salah dengan tubuhnya.
"Apa jangan-jangan aku diracun?" ia perlahan jadi seperti ini sejak meminum minuman tadi, mungkin saja ada yang ingin membunuhnya. "Tidak, dalam novel Clara tidak mati secepat ini. Tapi, aku tidak kuat lagi, ahh.."
***
Atas perintah ayahnya, Jevano harus menyapa rakyat terlebih dahulu. "Seperti biasa pria itu selalu mementingkan rakyat di atas segalanya."
Jevano muak dengan ayahnya yang selalu mencari perhatian rakyat-rakyat kecil itu. "Memangnya apa yang bisa mereka berikan untuk kerajaan."
Pria dengan jubah mandi membalut tubuhnya itu kini menghantam dinding dengan satu kepalan tangan. "Memuakkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Evil Crown Prince
Fantasy"Tidak! Aku tidak mau terjebak dalam novel mesum ini!" *** Kim Chaeyun mengumpati Tuhan yang tidak pernah mengabulkan permintaannya, padahal setiap tahun ia memohon untuk diberikan seorang pacar yang tampan, namun ia masih saja sendiri diusianya ya...