“Aku sangat membencimu.” Mata Clara berkaca-kaca, lalu ia mengikuti Ella yang dibawa oleh para perawat.
Sementara di tempatnya Jevano mematung, baru kali ini ia menerima tamparan, di depan banyak orang pula, harga diri Jevano seperti jatuh hingga ke dasar.
“Kakak apa yang terjadi?” Christian dengan napas terengah datang menghampiri Jevano, ia baru saja datang. “Bagaimana dengan pembunuh itu? Apa sudah ditangkap?”
Jevano mengepalkan tangannya, ia menerima informasi bahwa seseorang membayar pelayan Clara untuk membunuh wanita itu, sehingga ia buru-buru kembali.
“Astaga, kak kau terluka parah,” ujar adik perempuan Jevano, putri Liona yang juga datang setelah mendengar keributan, ia meringis melihat luka sayatan di lengan kakaknya itu. “Aku dengar kau sampai melewati jalan pintas? Jalan itu kan berbahaya, apa kalian diserang bandit?”
Itu benar, jalan yang Jevano lewati agar bisa cepat sampai ke istana adalah sarang bandit dan perampok berbahaya, ia dan pasukannya sampai kewalahan menghadapi mereka.
“Jangan hiraukan aku.” Jevano menoleh pada para pengawalnya. “Segera kurung pelayan itu setelah dirawat, jangan biarkan dia menyentuh putri mahkota.”
“Baik yang mulia.”
***
Clara sudah dengar semuanya, mengenai Ella yang dibayar untuk membunuhnya, dan alasan mengapa Jevano melakukan itu pada Ella. “Tapi Ella tidak mungkin berniat membunuhku.”
Clara menggigiti kuku jarinya, ia tak bisa terima bahwa ternyata ia salah sangka pada Jevano. “Tetap saja, harusnya Jevano jangan asal mengayunkan pedang.”
Menghela napas, wanita itu yang sedari tadi mondar-mandir di kamarnya sangat ingin menemui Ella di penjara untuk meminta kejelasan. Tapi pengawal berjaga di sana dan melarangnya bertemu Ella.
Kalau dipikir-pikir lagi tindakan Clara tadi sangat keterlaluan, ia menampar Jevano di depan semua orang bahkan mengatainya iblis. “Tapi ini masih belum pasti, bisa saja Ella tidak bersalah, dan Jevano hanya asal menyimpulkan.”
Bagaimana pun, Ella adalah orang yang merawatnya dengan baik sejak masuk ke dalam novel ini. Tidak mungkin gadis lugu itu berniat membunuhnya.
Clara memutuskan untuk diam-diam pergi ke penjara bawah tanah, mungkin saja ia bisa membujuk penjaga untuk bertemu Ella.
Baru saja akan keluar dari kamarnya, Clara mendapati Chris yang berdiri di depan pintu.
“Kakak ipar, kau tidak apa kan?”
Clara menggeleng. “Aku ingin menemui Ella.”
“Tidak bisa, kak Jevano melarangmu menemuinya.”
“Memang siapa dia berhak mengaturku, Ella adalah pelayanku.”
Chris menghela napas panjang. “Apa kau tahu? Kak Jevano sampai terluka parah karena harus lewat jalan pintas untuk cepat sampai ke istana.”
“Memang apa urusannya denganku? Jika ingin terus membela kakakmu itu, sebaiknya kau segera menyingkir dari jalanku.”
Chris hanya geleng-geleng saat Clara berjalan menuju penjara. “Tunggu, aku akan membantumu,” ujar Chris segera menyusul wanita itu.
***
Berkat bantuan Crish yang mengecoh para penjaga, Clara bisa menemui Ella. Dari balik jeruji, ia bisa melihat gadis itu meringkuk di sel tahanan, padahal Ella masih terluka, bukannya mendapat perawatan yang cukup, ia malah ditempatkan dalam penjara yang dingin.
“Ella...”
Gadis itu yang awalnya meringkuk memunggunginya kini menoleh. “Putri? Kenapa anda ada di sini?”
“Katakan kalau Jevano salah, Ella. Kau tidak berniat membunuhku kan? Iya kan?”
Ella menggeleng. “Itu semua benar, putra mahkota benar. Sebenarnya putra mahkota tidak pernah membawa saja ke istana untuk melayani anda, saya yang masuk sendiri ke istana.”
Clara masih tak percaya, tepatnya ia tak ingin menerima kenyataan bahwa Jevano benar. “Tapi kenapa kau melakukan itu?”
Untuk beberapa saat gadis itu terdiam. “Saya punya seorang adik, seseorang mengancam akan membunuhnya jika saya tidak mau membunuh anda. Lilin yang anda buat, ada racun di dalamnya, yang jika dinyalakan maka— anda bisa kehilangan nyawa dengan menghirup asapnya.”
Ella lantas mendekat, dari balik jeruji ia menggenggam tangan Clara. “Saya mohon tolong selamatkan adik saya, dia masih sangat kecil.”
“Di mana adikmu? Dan siapa yang menyuruhmu melakukan hal kejam itu?” Lilin yang ia buat dengan Ella mengandung racun, jika sampai terlambat dan ia menyalakannya, nyawa Clara bisa terancam.
“Saya tidak tahu, saya juga tidak tahu adik saya berada di mana.” Gadis itu terisak, ia merasa tak berguna.
“Tenanglah Ella, aku akan membantumu mencari adikmu.”
***
Bicara saja memang mudah, Clara bahkan sampai berjanji akan mencari adik Ella.
“Kau gila, bodoh.” Clara merutuki dirinya sendiri. Bagaimana mungkin ia bisa mencari seseorang yang bahkan tidak ia kenal bagaimana rupanya? Dan lagi Clara yang tidak tahu apa-apa tentang tempat asing ini, bagaimana caranya menemukan gadis itu?
Tidak ada siapa pun yang bisa ia mintai bantuan. “Jika aku memohon pada Jevano mungkin dia akan membebaskan Ella, dan membantu mencari adiknya.”
Hanya Jevano orang yang bisa ia mintai bantuan di saat seperti ini, tapi apa pria itu akan mau membantu setelah perbuatan Clara yang mempermalukan Jevano di depan semua orang?
“Kau habis menemui pelayan itu?”
“Yang mulia?” Waktunya bisa pas begini Clara bertemu Jevano saat dalam perjalanan menemui pria itu. “Pas sekali, aku memang ingin bicara.”
“Ingin bicara? Setelah mengabaikan perintahku dan menemui pelayan itu diam-diam?” Jevano bersedekap dada. “Baiklah, aku dengarkan.”
Clara tidak tahu bagaimana Jevano bisa tahu dia habis menemui Ella. “Tolong maafkan dan bebaskan Ella, dia bukan orang jahat.”
“Kau tidak minta maaf setelah mempermalukanku, dan kau minta aku memaafkan seorang yang ingin membunuhmu?” Pria itu terkekeh. “Varselia harus bangga karena punya calon ratu yang murah hati.”
Siapa pun tahu, apa yang Jevano katakan itu bukan pujian, melainkan sarkasme.
“Baiklah aku minta maaf, aku juga minta kau membebaskan Ella.” Clara menatap pria itu yang berdiri di depannya dengan angkuh.
“Untuk seseorang yang sedang minta maaf, kau terdengar kurang tulus.”
Clara terperangah, padahal ia sudah susah payah meyakinkan dirinya untuk minta maaf. “Lalu bagaimana? Kau ingin aku berlutut?”
“Lupakan, aku bukan orang yang akan merendahkan dan mempermalukan orang lain.”
Lagi-lagi, Clara merasa Jevano sedang menyindirnya. Clara mencakupkan kedua tangannya, rahangnya mengeras.
“Aku minta maaf, aku sangat minta maaf dan merasa bersalah karena sudah menampar yang mulia putra mahkota yang terhormat, dan membuatmu malu di depan para pelayan. Sudah puas?”
Jevano berdecak, ia melanjutkan langkahnya melewati wanita itu. “Jangan pernah menemui pelayan itu lagi.” Jujur saja, Jevano sangat sibuk dan hampir tidak punya waktu meladeni omong kosong Clara yang ingin membebaskan pelayan itu.
“Tapi yang mulia!”
Jevano berhenti, menatap tangan Clara yang menahan lengannya.
“Ella tidak bersalah. Seseorang mengancam akan menyakiti adiknya, kita harus menemukan adik Ella sebelum terjadi sesuatu.”
Pria itu menghela napas kasar. “Clara, kau ini terlalu naif atau bodoh? Tidak seharusnya kau percaya pada seorang pembunuh.”
“Ella bukan pembunuh! Bagaimana kau bisa tidak punya belas kasihan sedikit pun? Apa kau tidak punya sedikit saja hati nurani?”
Setelah terdiam beberapa saat, Jevano menarik dan mencengkram tangan Clara yang masih berada di lengannya. “Kau benar, seseorang sepertiku yang lebih buruk dari iblis, memang tidak punya belas kasihan.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Evil Crown Prince
Fantasy"Tidak! Aku tidak mau terjebak dalam novel mesum ini!" *** Kim Chaeyun mengumpati Tuhan yang tidak pernah mengabulkan permintaannya, padahal setiap tahun ia memohon untuk diberikan seorang pacar yang tampan, namun ia masih saja sendiri diusianya ya...