"Putri, kita tidak seharusnya di sini." Jasmine berpikir mungkin putra mahkota sedang mencari mereka saat ini. Tapi Clara malah kembali duduk di hadapan pria tua itu. "Putri."
"Maaf, apa maksudmu barusan?" tanya Clara penasaran. "Bagaimana kau tahu aku datang dari jauh?"
"Takdir Tuhan tidak bisa ditentang. Jika kalian terus bersama, maka akan ada tragedi. Salah satu dari kalian harus mati agar tragedi tidak terjadi."
Cukup lama Clara terdiam.
"Omong kosong, kau seorang penipu kan?" Clara langsung bangkit, ia tertawa kecil. "Dengar, jika kau terus menipu orang, aku akan meminta pihak istana menangkapmu."
Clara lantas pergi dari tempat itu, ia harap ancamannya barusan bisa membuat pria tua tadi berhenti menipu orang lain hanya untuk mendapatkan uang.
"Dia sudah tua, seharusnya berbuat baik dan jangan menipu orang, jika mau masuk surga," gumam Clara di sepanjang jalan.
"Kau di sini?" Jevano yang berada di depan sana menghampirinya. "Bukannya sudah kubilang untuk menunggu, kenapa malah berkeliaran?!"
"Aku hanya jalan-jalan." Clara mengalihkan pandangannya, mungkin suasana hati Jevano agak buruk saat ini.
Jevano berdecak, Chris dan Liona menyusul di belakang. "Ayo pulang, sudah sore."
Pria itu menarik lengan Clara dan membuatnya meringis. "Ada apa denganmu? Ugh lepaskan!" Clara menepis tangan Jevano dan sudah tidak bisa menerimanya lagi, maka ia berjalan lebih dulu ke kereta.
Sementara Jevano hanya menghela napas panjang. Ada alasan kenapa ia bersikap protektif hari ini. Semalam, pelayan Clara yang bernama Ella serta adiknya hilang, Jevano tidak memberi tahu Clara karena takut istrinya itu panik.
Mungkin mereka berdua diculik oleh orang yang berusaha membunuh Clara selama ini. Dan jika hal itu benar, Jevano berpikir bahwa hilangnya mereka merupakan suatu peringatan.
Kemungkinan orang itu akan mencelakai Clara, tentu hari ini adalah kesempatan bagus mengingat Clara berada di luar istana.
Jevano sudah membuat berbagai alasan agar mereka tidak keluar istana hari ini, tapi Clara tetap bersikeras, oleh karena itu ia menyewa mata-mata dan pengawal yang mengintai di seluruh sudut festival. Jika sesuatu yang mencurigakan terjadi, para pengawalnya akan turun tangan.
***
Karena pesta musim semi telah usai, sekarang Clara tidak tahu harus mengerjakan apa lagi. Oleh karena itu ia kembali melakukan aktivitasnya seperti biasa, untuk membaca buku di perpustakaan.
Dalam perjalanan ia diam untuk menatap langit pagi yang berwarna merah muda. "Langitnya merah muda."
"Benar, Putri," ujar Jasmine. Di musim semi, saat matahari terbit langit Varselia memang berwarna merah muda.
"Indahnya," gumam Clara untuk sejenak. Ia kemudian sadar tidak akan selamanya di sini, karena ia dan Jevano sudah berbaikan, kemungkinan tidak lama lagi cerita ini akan mendekati ending.
Bagaimana endingnya? Apa mereka akan hidup bahagia selamanya? Setelah itu, apa benar mereka akan keluar dari novel ini? Clara sebenarnya masih tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya.
Sepanjang malam, Clara teringat perkataan peramal di festival. Bagaimana jika yang dikatakannya benar? Apa benar ia dan Jevano tidak bisa bersama di mana pun?
"Tidak mungkin, kita sudah bersama kan? Kita hidup bahagia," gumam Clara yang lantas menuju perpustakaan.
Di perpustakaan, ia menemukan buku dengan judul yang tak asing, Romeo dan Juliet. "Buku ini."
Clara sudah pernah menemukan buku ini sebelumnya di perpustakaan istana, tapi ia sama sekali tak minat membacanya.
Siapa yang tak tahu bahwa itu adalah kisah cinta yang berakhir tragis? Clara sama sekali tidak suka akhir yang menyedihkan, oleh karena itu selama ini ia tidak menaruh minat pada buku atau film yang bercerita sedih, salah satunya Romeo dan Juliet.
Namun hari ini, tangannya tergerak untuk membaca lembar pertama dan lembar berikutnya. Hingga entah sudah berapa lembar halaman yang ia balik. Ceritanya menarik, pantas banyak orang yang menyukai kisah cinta mereka walau tahu akhirnya akan menyedihkan.
Hingga tanpa sadar matahari sudah semakin meninggi, sudah tengah hari dan Clara memutuskan untuk membawa buku ini ke kamar dan lanjut membacanya.
Sampai di kamar, Clara masih fokus membaca. Ia duduk di ranjang dengan bersandar pada kepala ranjang.
"Putri, saya akan meminta pelayan membawakan camilan."
"Ya tolong, Jasmine," ujar Clara tanpa mengalihkan pandangan dari buku.
Waktu terus berjalan, dan Clara kini sudah berada di halaman terakhir. Air mata terus mengalir di pipinya. "Kisah yang sangat indah, tapi menyakitkan."
Akhir bahagia memang melegakan, tapi akhir tragis akan membekas di hati pembacanya, mungkin itu yang menyebabkan penulis memilih akhir menyedihkan untuk karakter Romeo dan Juliet, sehingga cerita mereka terus diingat seiring zaman.
"Tapi orang bodoh mana yang rela mati untuk orang lain?" Clara mengusap air matanya dengan ujung gaun. "Cerita ini tidak realistis, benar kan Jasmine?"
Jasmine gelagapan. "Saya tidak tahu, Putri. Saya tidak pernah membacanya."
"Kalau begitu jangan membacanya jika tidak mau menangis."
Jasmine tersenyum tipis, ia tidak akan menangis hanya karena membaca sebuah buku.
***
"Kalian masih belum menemukan pelayan itu dan adiknya?"
"Belum, Yang Mulia."
Jevano meremas kertas-kertas yang berserakan di meja kerjanya, lalu melemparkan pada dua orang yang berdiri di depan sana. "Kenapa kalian tidak bisa bekerja dengan benar?!"
"Maaf, Yang Mulia. Kami sudah mencarinya di sekitar hutan, bahkan di kota-kota terdekat."
Jevano mendesah panjang. Cepat atau lambat Clara akan mengetahui hal ini, mengingat ia sering berkirim surat dengan Ella. Jika Ella tidak membalas suratnya, Clara akan tahu. "Pergi, dan teruslah mencari."
"Baik, Yang Mulia."
Jevano memijit pelipisnya, ia melihat ke luar jendela di mana matahari sudah mulai terbenam, ia ingat ada urusan di pusat kota, maka Jevano bergegas untuk pergi.
***
Malam hari Clara tidak bisa tidur, ia masih teringat cerita Romeo dan Juliet yang ia baca barusan. Perasaan hampa ini, Clara tidak suka. Inilah sebabnya ia tidak suka cerita-cerita sedih.
"Je."
"Hem." Jevano baru saja berbaring di ranjangnya. "Kau belum tidur?"
"Apa kau tahu kisah Romeo dan Juliet?"
Jevano mengangguk. "Memang kenapa?"
"Aku membaca bukunya tadi, kisahnya menyedihkan tapi tidak realistis." Clara pun mulai mengoceh, tentang bagaimana bodohnya dua karakter utama yang mati untuk satu sama lain.
"Mereka hanya saling mencintai," ujar Jevano kemudian.
Clara mengernyit. "Lalu bagaimana denganmu, jika aku Juliet dan kau berada di posisi Romeo, apa kau rela mati untukku?"
"Tentu." Ia tidak tahan berada di dunia, di mana Clara tidak ada di dalamnya. Jika hal itu terjadi, mungkin Jevano akan memilih mati.
Jawaban yang singkat, namun mampu membuat lidah Clara kelu, perkataan peramal hari itu kembali berputar di kepalanya. "Kau! Kau tidak boleh melakukan itu, kau tidak bisa mati untuk orang lain."
Jevano terkekeh, membawa Clara dalam dekapannya. "Lagi pula aku bukan Romeo, dan kau bukan Juliet, hal itu tidak akan pernah terjadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Evil Crown Prince
Fantasi"Tidak! Aku tidak mau terjebak dalam novel mesum ini!" *** Kim Chaeyun mengumpati Tuhan yang tidak pernah mengabulkan permintaannya, padahal setiap tahun ia memohon untuk diberikan seorang pacar yang tampan, namun ia masih saja sendiri diusianya ya...