Tiga puluh Lima

74 9 0
                                    

Jevano belum pernah merasa dibodohi sampai seperti ini. Temannya sejak kecil yang ia anggap sebagai bagian dari dirinya, seorang yang sudah seperti belahan jiwa ternyata adalah seorang penipu. Laila telah menipunya selama bertahun-tahun.

Baru-baru ini Jevano tahu bahwa Laila mencuri informasi kerajaan. Dari sumber yang Jevano miliki, ia tahu bahwa Laila adalah seorang mata-mata yang ditempatkan oleh kerajaan musuh ke Varselia.

Sejak mengetahui hal itu, Jevano marah besar, ia merasa dikhianati oleh wanita yang sangat ia percaya. Oleh karena itu, Jevano bersumpah akan menemukan Laila bagaimana pun caranya. Ia akan memberikan wanita itu balasan yang setimpal karena sudah merusak kepercayaannya.

"Yang Mulia? Anda sedang tidak sehat?"

Suara Clara seketika membuyarkan lamunan Jevano. Karena tahu-tahu Clara sudah berada di depannya. "Ada apa, Putri Mahkota?"

"Saya tadi bertanya, apa Anda mau mandi lebih dulu? Kalau begitu saya akan keluar."

Jevano tersenyum tipis. "Kenapa harus mandi secara terpisah? Kita bisa mandi bersama."

"Ya?" Clara menoleh pada para pelayan yang sedang menyiapkan air panas. "Saya mandi nanti saja, saya ingin pergi jalan-jalan dulu."

Tak sempat melangkah, Jevano malah menarik Clara hingga wanita itu duduk di pangkuannya. Clara sangat kaget, sementara para pelayan tersipu malu menyaksikan kejadian itu.

"Jev!"

"Wah, kau sudah mulai memanggil namaku, itu suatu kemajuan." Jevano meletakkan kedua tangannya di pinggang wanita itu, kemudian melirik para pelayan yang masih sibuk mengisi air. "Itu sudah cukup, keluar sekarang."

"Baik, Yang mulia." Mereka semua pun segera keluar, walau bak mandi belum terisi penuh.

"Jawab aku dengan jujur Clarasta, kau ingin mandi bersama denganku kan?"

Clara mengalihkan pandangannya, ia bukan orang yang munafik, oleh karena itu Clara tidak menyangkal. Tubuh telanjang dada Jevano begitu menggoda baginya. "Bagaimana jika saya menjawab iya?"

"Jika Anda ingin saya jujur. Benar, saya menerima pernikahan karena menaruh perasaan pada Anda sejak awal."

Jevano mengernyit, tatapan mata Clara sama sekali tidak berbohong.

"Menurut Yang mulia, kenapa saya memberikan harta paling berharga bagi saya, saat pertama kali kita bertemu?"

Hening beberapa saat.

"Menurutmu, kenapa aku masih menyimpannya hingga saat ini?" tanya Jevano.

Keduanya saling tatap untuk beberapa saat, sampai kemudian kedua bibir itu saling melumat dengan sangat menggebu. Suara napas dan decapan memenuhi ruangan di tengah ciuman yang semakin intim, saat kini mereka menyadari perasaan masing-masing.

"Clarasta."

"Jev."

Tak menunggu lama, Jevano mengangkat tubuh Clara dan membawanya ke bak mandi.

Clara mendongak, kecupan manis yang Jevano berikan di lehernya berkali-kali, membuat matanya terpejam. "Ah, hah. Aku menginginkanmu, di dalamku," ujar Clara sembari mengusap dada bidang pria itu.

Jevano segera menanggalkan pakaian Clara, dan dengan tergesa menyatukan milik mereka.

"Hhh, ah... Clarasta."

"Ah, mhnn."

***

"Tidak heran, kau kan sudah menunggang kuda sejak kecil. Makanya kau bisa menunggangiku dengan baik."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Evil Crown PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang