Dua puluh delapan

129 9 0
                                    

Mata Clara tertutup, rasanya ia sudah tidak bisa merasakan tubuhnya lagi, ia sudah kehilangan banyak darah.

“Clara! Clara!”

Sebelum tak sadarkan diri sepenuhnya, suara Chris samar-samar terdengar memanggil namanya.

“Chaeyun, hei Chaeyun bangun!”

Wanita itu kembali tersadar, rasanya aneh, padahal beberapa menit lalu ia masih merasakan rasa nyeri dibahunya karena terkena peluru. Tapi sekarang sudah tidak sakit.

“Ini sudah hampir sore tahu? Sampai kapan kau mau tidur?”

Beberapa saat lalu mereka diserang, apa Chris sudah membawa bantuan pasukan? Lalu di mana ini? Istana?

“Je!” Wanita itu duduk dan tersentak, ia melihat ke sekitar. Mendapati pemandangan yang familier.

“Apa ini? Kau memimpikan Jeno lagi? Sadarlah.” Wanita yang baru membangunkannya terkekeh, kemudian duduk di tepi ranjang. “Ayo siap-siap, kau bilang mau mengantarku berbelanja.”

“Li..an?” ujar Clara ragu-ragu, ia kembali melihat ke sekitar. “Kenapa, aku bisa ada di sini?”

“Kenapa lagi? Ini kan kamarmu. Apa kau baru bermimpi aneh?”

“Tidak.” Ia yakin itu semua bukan mimpi, kejadiannya terlalu nyata untuk menjadi sebuah mimpi. “Aku, aku harus menemui Jeno.”

Wanita yang dipanggil Lian itu mengernyit. “Kenapa kau tiba-tiba mau menemuinya? Ini kan masih libur awal tahun, besok kau bisa melihatnya di kampus.”

“Kau tidak akan mengerti Lian!” Chaeyun mengusap wajahnya, matanya memanas dan air mata mulai membasahi pipinya. Ini semua membuatnya bingung, bagaimana jika terjadi sesuatu dengan Jeno? Apa semua itu benar hanya mimpi? Atau ia benar masuk dalam sebuah novel?

Semua pertanyaan muncul dalam kepalanya, hingga kepalanya terasa mau pecah.

“Hei, kau kenapa?” Lian bingung, ia pun mengusap bahu Chaeyun. “Kau sakit? Kalau begitu istirahatlah, aku akan berbelanja sendiri ya.”

Chaeyun menggeleng, ia beranjak dan mengambil jaket dan ponsel, sebelum kemudian pergi keluar apartemen. Chaeyun merasa seperti orang linglung, ia tidak tahu di mana harus menemukan Jeno. Ia bahkan tidak tahu di mana rumah pria itu.

“Chaeyun, tunggu!” Dengan napas terengah, Lian berhasil mengejar temannya itu. Lian cemas karena untuk pertama kali, mendapati Chaeyun kebingungan. “Memang kau tahu di mana rumahnya?”

Chaeyun diam saja.

“Aku tahu rumah Jeno.” Ujar Lian. “Rami pernah pacaran dengannya kan, aku pernah mengantar Rami ke rumah Jeno.”

***

Berkali-kali Chaeyun menekan bel rumah Jeno, tapi sama sekali tidak ada jawaban.

“Sepertinya tidak ada orang di rumah, sebaiknya kita pulang saja, kau perlu istirahat.” Lian menatap temannya itu kasihan, ia berpikir mungkin kali ini Chaeyun sudah gila karena obsesinya pada Jeno.

Chaeyun kemudian teringat, dalam dunia novel, Jeno mengatakan ia mengalami kecelakaan sebelum akhirnya masuk ke dunia novel. “Mungkin, dia berada di rumah sakit. Jeno kecelakaan di malam tahun baru.”

“Apa?” Lian mengernyit. “Bagaimana kau tahu?” Apa Chaeyun sedang mengada-ada?

“Kita harus ke sana, Lian.”

“Tapi di rumah sakit mana?”

“Minhyung!” Chaeyun teringat kakak kelasnya dulu yang adalah teman Jeno, ia kemudian mencari-cari kontak pria itu di ponselnya. Kemungkinan Minhyung tahu Jeno mengalami kecelakaan.

Begitu menemukan kontak Minhyung, Chaeyun langsung menelepon pria itu.

“Kak Minhyung.”

“Ya, kau Chaeyun kan? Aku bingung kau tiba-tiba meneleponku, apa kau salah tekan?”

Chaeyun paham pasti pria itu kebingungan, bahkan dulu mereka tidak dekat. Chaeyun hanya sekedar kenal Minhyung karena mereka ikut olimpiade mewakili sekolah dulu.

“Bukan, aku memang ingin menghubungimu karena ingin bertanya. Apa benar Jeno mengalami kecelakaan?”

“Benar, ini aku sedang di rumah sakit menjenguknya.”

Chaeyun menutup mulutnya dengan punggung tangan, berarti semua itu nyata, apa yang dikatakan Jeno dalam novel benar.

“Tapi tunggu, kau kenal Jeno?”

Clara tak menjawab. “Bisa beritahu di rumah sakit mana Jeno dirawat?”

***

Chaeyun berlari dan membuka ruang inap Jeno dengan tergesa. Dan mendapati pria itu terbaring tak sadarkan diri di ranjang rumah sakit. “Je...”

Sementara Lian menganga, Jeno benar-benar kecelakaan, tapi bagaimana Chaeyun bisa tahu?

“Aku tidak tahu kalian berdua saling kenal,” ujar Minhyung yang sudah berada di sana lebih dulu, ia bingung melihat Clara menangis tersedu di samping Jeno. Sebenarnya hubungan macam apa yang mereka miliki?

“Je. Jeno ini aku, aku mohon sadarlah. Hem?” Chaeyun mengusap sebelah pipi Jeno, wajah pria itu banyak luka. Tak hanya di wajah, tangan dan kaki Jeno juga diperban.

“Dia sudah dioperasi, tapi belum juga sadar sampai sekarang,” ujar Minhyung.

Apa Jeno masih terjebak dalam novel? Kenapa Chaeyun kembali seorang diri?

“Maafkan aku, maafkan aku Je. Kau pasti sangat kesakitan, aku bersalah karena meninggalkanmu, maafkan aku.” Tangan Chaeyun menggenggam sebelah tangan pria itu, ia masih terisak. “Aku mencintaimu, aku mohon kembalilah padaku. Aku sangat mencintaimu.”

“Um, permisi. Sebaiknya kita menunggu di luar,” ujar Lian pada Minhyung yang masih melongo.

“Eh? Iya, iya.” Minhyung bingung, apa Chaeyun dan Jeno pacaran? Bagaimana bisa?

Sebelum keluar dari ruang inap, Minhyung menoleh sekali lagi untuk memastikan. “Aku tidak percaya ini, berarti dia tidak lesbian?” gumam Minhyung pelan.

Karena pendengaran yang tajam, Lian mendengarnya. “Apa yang kau maksud Chaeyun? Tentu saja itu tidak mungkin, dia sudah menyukai Jeno sejak awal masuk kuliah.” Mana mungkin orang yang terobsesi pada laki-laki seperti Chaeyun lesbian.

“Apa?” Tampak jelas Minhyung sangat terkejut. Ia sudah salah memberikan informasi pada Jeno. Dan malah kasihan pada temannya itu, menganggap Jeno bertepuk sebelah tangan.

***

Rasa frustrasi, kalut, bingung, semua menjadi satu. Chaeyun tidak tahu bagaimana cara kembali ke dalam novel, padahal ia ingin menyelamatkan Jeno, ia ingin tahu bagaimana keadaan pria itu di sana.

Chaeyun sudah membaca buku Evil Crown Prince. Dan ternyata buku pertama sudah tamat sampai pada saat penyerangan, saat di mana Clara pingsan.

Penulis buku itu belum juga menyelesaikan buku kedua, sehingga Chaeyun tidak tahu bagaimana kelanjutannya, bagaimana dengan nasib Jevano dan apa yang terjadi setalah penyerangan. Apa Chris sudah membawa pasukan bantuan, atau apa Jeno baik-baik saja.

Chaeyun menatap Jeno yang masih terbaring dengan sendu, ini sudah 2 hari sejak ia kembali, tapi Jeno belum juga sadar. Dokter mengatakan Jeno koma.

“Apa yang harus kulakukan?” Chaeyun menggenggam sebelah tangan Jeno dengan kedua tangannya, lalu menempelkan dahinya ke tangan Jeno, rasanya ia sudah terlalu banyak menangis sampai matanya sembab.

Malam ini Chaeyun memutuskan kembali ke apartemen dan tidak akan menginap, ia akan tidur di kamarnya.

“Aku akan menyelamatkanmu, bagaimana pun caranya,” ujar Chaeyun kemudian mengecup dahi Jeno sebelum mengambil tasnya dan pergi dari sana.

Ia bergegas pulang ke apartemen, dan langsung ke kamarnya. “Ya Tuhan, aku mohon, aku ingin kembali ke dunia novel,” gumam Chaeyun sembari memejamkan mata, ia berbaring di ranjang kamarnya dengan penuh harap agar ia bisa kembali pada Jeno.

Evil Crown PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang