Dua belas

312 18 0
                                    

Keesokan harinya, Jevano mengajak Clara keluar istana, bahkan pria itu sudah membebaskan Ella dan mengajaknya bersama mereka.

Entah apa yang sedang direncanakan Jevano, jujur, Clara agak takut saat kereta membawa mereka melewati kawasan terpencil.

“Kita akan pergi ke mana?” Benarkah Jevano yang tidak berperasaan itu ternyata juga mencari adik dari Ella. Benar-benar tidak bisa dipercaya, oleh karena itu Clara sampai membawa belati yang berada dibalik gaunnya, berjaga-jaga jika pria ini akan melakukan sesuatu padanya.

Jevano tidak akan membunuhnya atau mengasingkannya kan? Mengingat pria itu baru saja membawa kekasihnya ke istana, mungkin saja ia akan melenyapkan Clara agar tidak ada pengganggu.

“Kau tidak sedang menipuku kan?”

Jevano yang duduk di depannya dan sibuk membaca dokumen kerajaan kini menoleh. “Untuk apa menipumu? Apa untungnya buatku?”

“Benar, apa untungnya juga kau membantuku?” tanya Clara penuh selidik.

Sementara Jevano kini meletakkan dokumennya, pria itu menghela napas panjang. “Lalu? Apa aku harus membiarkanmu terus berkeliaran di pasar? Semua orang akan berpikir aku tidak bisa mengurus istriku dengan benar.”

Alasan Jevano masuk akal, namun tetap saja, Clara masih menaruh curiga. “Lagi pula tidak ada yang mengenalku di pasar, karena aku menyamar.”

“Kau pikir begitu?”

Tak lama kemudian kereta berhenti tepat di depan rumah peristirahatan yang sangat terawat. Clara tidak menyangka ada tempat seperti ini di tempat terpencil yang jarang ada rumah penduduk. Jika dilihat-lihat, tempat ini seperti vila. Mungkin milik kerajaan.

“Apa yang kau tunggu? Cepat turun.”

Clara menatap Jevano sebentar sembari mencengkeram rok gaunnya dengan gelisah. Dan saat pria itu turun lebih dulu, barulah Clara mengikutinya dari belakang, sementara Ella berjalan di belakangnya.

“Kakak!”

Suara gadis kecil yang sedang berlari ke arah mereka seketika mengalihkan perhatian Clara.

“Viona!” Dan saat itu juga Ella langsung menghampiri gadis itu, membawa tubuh mungil itu dalam dekapannya. “Kau ke mana saja, kakak sangat mencemaskanmu.”

Ella menangis tersedu, begitu pula gadis kecil yang matanya sangat sembab itu.

“Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Clara, menatap Jevano yang kini berdiri di sampingnya.

“Gadis itu ditemukan dengan banyak luka, tapi pelayan sudah mengobatinya.”

“Terima kasih banyak yang mulia.” Ella berlutut dan masih menangis, adiknya yang sudah lama ia cari, kini sudah berada di depannya. “Terima kasih karena sudah menemukan adik saya.”

“Masuk dan rawat adikmu di dalam,” ujar Jevano.

“Baik yang mulia, sekali lagi terima kasih, saya tidak akan pernah melupakan kebaikan yang mulia.”

Tanpa sadar mata Clara berkaca-kaca melihat Ella masuk ke vila itu bersama adiknya, ia jadi sangat merindukan keluarganya.

“Kau menangis?”

Clara tersentak, ia menghapus air matanya dengan gelagapan. “Tidak! Siapa juga yang menangis?”

Jevano terkekeh. “Jadi kau sangat terharu dengan kebaikan kecilku?”

“Yang mulia, kami sudah menyiapkan kamar kalian,” ujar seorang pelayan.

“Apa? Jadi kita tidak langsung kembali?” Clara terperangah, menatap Jevano yang sudah berjalan lebih dulu. “Yang mulia!”

“Jika kau tidak lelah, kembali saja sendiri, lagi pula sebentar lagi malam, memang kau berani? Para bandit dan hewan buas sering muncul saat malam.”

Clara meringis, lalu berlari kecil menyusul Jevano. Mau tidak mau, ia harus menginap. “Ngomong-ngomong bagaimana kau menemukan adiknya Ella?” Masalahnya Clara sudah menanyai semua orang di pasar, tapi tidak ada yang tahu.

“Selalu bawa pengawal ke mana pun kau pergi dan jangan berkeliaran di luar istana, dalang yang mencoba membunuhmu belum tertangkap.”

Clara berdecak, ia tidak bisa membiarkan orang mengikutinya, bagaimana pun Clara butuh privasi. Apalagi sekarang ia sangat suka keluar istana, berada di istana rasanya sangat sesak dan membosankan.

“Kau tenang saja, aku tidak akan mati.” Clara yakin pemeran utama, tidak akan mati secepat itu.

***

“Kakak, kakak ke mana saja? Aku sangat rindu.”

Ella kembali mendekap adiknya itu, ia benar-benar sangat bersyukur bisa dipertemukan kembali dengan adiknya.

“Aku takut kak, orang jahat itu selalu memukulku. Tapi kakak-kakak di sini sangat baik, mereka bilang kakakku akan segera datang.”

“Iya, kakak sudah di sini sekarang Viona.”

Pintu kamar yang terbuka itu diketuk, membuat Ella menoleh dan mendapati Clara berada di ambang pintu.

“Apa aku boleh masuk?”

Ella langsung berdiri dari duduknya. “Putri, terima kasih, sekarang adik saya sudah ketemu.”

“Ah, aku sama sekali tidak melakukan apa-apa.” Semua ini Jevano yang melakukannya. Iya benar, putra mahkota jahat dan tidak punya hati nurani itu menolong seorang pelayan.

Sejujurnya, Clara masih tidak bisa mempercayai semua ini. Orang yang ia anggap paling jahat dalam novel, ternyata bisa melakukan hal baik.

“Hai, namamu Viona kan?” tanya Clara dengan penuh senyum, dan gadis kecil itu lantas mengangguk.

“Viona beri salam, dia putri mahkota.”

“Halo, kakak putri mahkota.”

Clara terkekeh, ia mengusap surai gadis itu gemas. “Oh iya, yang mulia bilang agar kalian tinggal di sini untuk sementara. Takutnya orang itu mengincar kalian.”

Ella tersenyum haru, padahal ia sudah mencoba membunuh wanita di depannya ini, tapi Clara masih saja sangat baik. “Saya tidak tahu bagaimana harus berterima kasih.”

***

Untunglah kamarnya dan Jevano terpisah, Clara merasa sangat lega. Padahal awalnya ia mengira mereka akan satu kamar, seperti dalam novel-novel kebanyakan di mana kedua pemeran utama tiba-tiba berada dalam situasi yang mengharuskan mereka tidur di kamar yang sama, kemudian--

“Ugh, apa yang kau pikirkan? Sadarlah!” Clara menepuk-nepuk kedua pipinya. Ia tidak akan mau  tidur dengan Jevano lagi, malam itu hanya kesalahan karena ia mabuk.

Ngomong-ngomong soal Jevano, ia harus berterima kasih karena pria itu sudah membantu menemukan adiknya Ella.

“Sepertinya Jevano tidak begitu jahat.”

Clara tersenyum tipis sembari ia melangkah menuju pemandian, ia ingin sekali berendam air hangat. Pelayan bilang, pemandian di tempat ini sangat bagus, dan airnya langsung berasal dari sumber air panas.

Clara bersenandung, ia sangat tidak sabar dan masuk ke pemandian itu, lalu berusaha melepas pakaiannya.

“Jika kesusahan melepas pakain, kau bisa minta bantuan, aku pandai melakukannya.”

Mata Clara membola, ia menoleh ke samping dan mendapati Jevano berada di sana, pria itu sedang memakai jubah mandinya.

“Aku sudah selesai, jika kau ingin berendam.”

“Y-ya. Kalau begitu kau bisa pergi.” Clara mengalihkan pandangannya, wajahnya memerah karena ia sempat melihat tubuh Jevano walau hanya sekilas.

“Sayang sekali kan? Sepertinya kau ingin mandi bersama denganku,” ujar Jevano yang malah berjalan mendekatinya.

“Yang benar saja! Aku tidak tahu kau ada di sini.” Clara berjalan mundur, dan karena lantainya licin, ia terpeleset dan tercebur jatuh ke bak pemandian, tanpa sadar Clara menarik jubah mandi Jevano hingga tubuh bagian depan pria itu terpampang jelas di hadapannya.

“Lihat? Semuanya jadi basah.”

Evil Crown PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang