Delapan

434 14 1
                                    

Ternyata benar, ketidakhadiran Jevano membuat Clara merasa nyaman. "Semoga dia tidak cepat kembali."

Di perjalanan menuju perpustakaan, Clara bertemu Chris. Pria itu sedang duduk di taman, dan memandang langit, entah apa yang ia lihat.

"Chris!" Clara ikut mendongak ke langit, ingin tahu apa yang sedang dilihat pria itu, tapi tidak ada apa pun di sana, hanya ada langit biru dengan awan. "Kau sedang lihat apa?"

"Eh kakak ipar? Sejak kapan kau di sini?" Chris mengarahkan Clara untuk duduk di kursi depannya.

Clara bisa tahu pria itu sedang melamun sampai-sampai tidak menyadari kehadirannya. "Kau sedang melamun apa?"

Chris terkekeh, lalu menuangkan teh untuk Clara. "Tidak ada, aku hanya suka saja melihat langit. Bukankah langitnya sangat indah?"

Clara mengerjap, padahal langit tetap saja seperti itu. "Y-ya."

"Kau mau ke perpustakaan mencari novel itu lagi? Ayo biar aku bantu." Chris sudah akan bangkit dari kursinya, padahal Clara belum sempat menikmati teh yang pria itu tuangkan.

Clara mengangguk, ia memang ingin ke perpustakaan. Tapi dipikir-pikir rasanya percuma. Ia sudah mencari novel itu selama berhari-hari dan belum ketemu, lagipula belum tentu novel Evil Crown Prince ada di tempat ini.

"Lupakan novelnya, daripada itu, aku ingin bertanya." Ya, lebih baik menghadapi sesuatu yang pasti. "Jevano, dia orang yang seperti apa?"

Dengan mengetahui bagaimana sifat Jevano dari adiknya sendiri, Clara mungkin bisa menghidari sesuatu yang berbahaya.

"Kak Jevano?" Chris terkekeh. "Entahlah, menurutku dia sangat mengagumkan. Walaupun jarak usia kami hanya beda 4 tahun, tapi aku menganggapnya sebagai panutan."

Clara mengernyit, ia bukannya ingin mendengar pujian untuk Jevano. "Bukan begitu, menurutmu bagaimana sifatnya? Apa dia memang suka seenaknya dan keras kepala?"

Bukannya menjawab, Crish malah tertegun setelah mendengar pertanyaan itu. "Wah, kakak ipar. Aku benar-benar akan mengadukanmu."

Hal yang lantas membuat Clara melotot dan panik sendiri. "Tidak, tidak. Aku tarik lagi ucapanku."

Chris mendadak tertawa, ia tidak tahu Clara sebegitu takutnya dengan Jevano. "Sebenarnya aku tidak terlalu dekat dengannya. Bukan hanya aku, bahkan saudara yang lainnya juga tidak terlalu dekat dengannya."

Pria itu menyeruput tehnya, sembari melirik Clara yang terlihat sangat fokus mendengar. "Kak Jevano seakan memisahkan diri dari kami, mungkin karena dia terlahir sebagai putra mahkota, ada banyak beban yang harus ia tanggung sejak kecil, yang membuatnya bahkan tidak punya waktu bermain dengan saudaranya. Kami semua tidak memahami sifatnya, dan apa saja yang kakak pikirkan, karena kadang dia bisa menjadi orang yang berbeda."

"Ini lebih sulit dari yang kubayangkan," gumam Clara sembari menghela napas, Jevano seperti teka-teki yang sulit dipecahkan.

"Wah, adikku ternyata ada di sini."

Keduanya menoleh, saat suara tak asing itu tiba-tiba muncul.

"Aku mencarimu kemana-mana."

"Jeremy, ternyata kau." Chris menatap pria itu yang tiba-tiba sudah duduk di salah satu kursi.

"Untuk apa kau datang ke sini?" desis Clara, ia sangat tak suka dengan Jeremy, pria kedua yang tidak ia sukai setelah Jevano.

"Tentu saja untuk bertemu adik kesayanganku."

"Kalau begitu nikmati waktu kalian." Chris beranjak dari kursinya, membuat Clara buru-buru ingin mencegahnya.

"Tetap di sini Clara, apa kau tidak rindu dengan kakakmu?" Jeremy menyeringai. "Duduklah, saat kakak sudah jauh-jauh datang menemuimu."

Evil Crown PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang