Sembilan belas

251 12 0
                                    

Clara POV

Aku tidak tahu kapan semua ini dimulai. Kapan aku berpikir bahwa sentuhan Jevano mampu membuatku hilang akal? Kapan aku begitu menginginkan seseorang melebihi apa pun seumur hidupku? Kapan aku memiliki perasaan seperti ini padanya?

Apa sejak dia menyelamatkanku dari hutan terlarang?

Para pelayan membicarakan bagaimana Jevano yang sangat panik begitu mengetahui aku belum juga kembali saat pertandingan telah usai. Dan tanpa memikirkan keselamatannya sendiri, Jevano sendirian menerobos hutan terlarang saat semua orang gemetar ketakutan.

Jika alasannya hanya karena pria itu malas untuk menikah lagi, apa ia akan rela membahayakan nyawanya yang berharga?

Atau ini semua bermula jauh sebelumnya? Ketika Jevano yang waktu itu pergi keluar kota, harus menghadapi serangan bandit yang membuatnya terluka cukup parah, hanya untuk mencegah pelayanku yang mencoba membunuhku.

Namun walau Jevano begitu marah, dia tetap menerima permintaanku untuk mencari dan menemukan adiknya Ella.

Tidak. Yang sebenarnya adalah, perasaan ini muncul sejak awal, sejak aku pertama kali melihatnya di perjamuan minum teh.

Untuk sejenak aku berpikir, apa mungkin perasaan ini adalah milik Clara asli yang mencintai putra mahkota? Tapi jawabannya adalah tidak, perasaan ini murni milikku. Walau aku terus mengelaknya dengan tameng bahwa aku membenci karakter Jevano di dalam novel.

Namun, aku tidak bisa terus-terusan mengelak kenyataan bahwa semakin hari aku semakin menginginkannya untuk menjadi milikku seorang, bukan orang lain, aku ingin memonopoli Jevano hanya untuk diriku sendiri.

“Jevano.” Sentuhan tangan Jevano yang dengan perlahan menggenggam tanganku, membuatku semakin berdebar.

Setiap kulit kami bersentuhan, rasanya seperti terbakar, padahal aku tidak pernah merasa seperti ini saat melakukan kontak fisik dengan pria lain. Hanya Jevano yang bisa membuatku seperti ini.

Jevano yang awalnya menenggelamkan wajahnya pada milikku yang paling rahasia, kini menatapku sembari mengusap bibirnya yang basah dengan punggung tangan.

“Aku ingin kau memanggil namaku sepanjang malam.”

Tatapan itu, tatapan seorang predator yang ia tunjukan, entah kenapa selalu berhasil membuat nyaliku ciut dan berakhir pasrah dengan apa pun yang akan ia lakukan padaku.

“Mhh, ha...” Sekujur tubuhku lemas dan akhirnya aku bergantung padanya. “Jevano.”

Entah kenapa setiap aku memanggil namanya, Jevano semakin bergerak kesetanan seakan telah kehilangan akal. Aku yang tak terbiasa dengan ini terpaksa terus mencakar punggungnya, entahlah mungkin punggung Jevano berdarah karena kuku milikku cukup tajam.

Padahal karena demam, sejak tadi aku terus menggigil, tapi kini hawanya semakin panas sampai keringat membanjiri tubuh kami.

Suara napas dan erangan yang berpadu bagai alunan musik yang membuat kamar ini semakin panas.

Hingga saatnya tiba bagi kami, Jevano lantas memeluk tubuhku, mencium dahi dan pipiku.

Aku jadi berpikir, apa pria ini melakukannya atas dasar cinta atau karena nafsu semata?

Walau saat ini Jevano tidak memiliki perasaan seperti itu, suatu saat akan kubuat dia mencintaiku, seperti dia yang berhasil membuatku jatuh sangat dalam padanya.

Clara POV end.

***

Clara belum bisa tidur, mungkin karena ia sudah banyak tertidur sejak siang tadi hingga menjelang malam. Bahkan setelah mereka melakukannya berkali-kali dan Clara rasa tubuhnya remuk, ia masih belum juga mengantuk.

Evil Crown PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang