Delapan belas

245 14 0
                                    

Sampai di istana Clara merasakan tubuhnya semakin lemas, dan ia menggigil.

Jevano sampai mengantar Clara ke kamar. "Lihat? Kau sampai menggigil begitu, istirahatlah."

Clara bersin lagi, dan ia merutuki tubuh ini yang cepat sekali jatuh sakit, padahal semalam ia hanya kehujanan sedikit.

"Aku mau mandi dulu, tubuhku rasanya lengket." Dari hutan kemarin Clara belum sempat mandi, ia tidak suka seharian tidak mandi walau sedang sakit sekalipun.

"Siapkan air hangat," ujar Jevano pada pelayan yang ada di kamar Clara, dan dengan segera pelayan itu menyiapkannya.

"Habis mandi kau harus langsung istirahat dan minum obat, biar aku yang menjenguk Duke."

Clara mengangguk paham, sepertinya sebelum ia sembuh dari demam, ia tidak bisa mengunjungi ayahnya.

"Tolong sampaikan salamku padanya, ayah pasti sangat khawatir," ujar Clara pada Jevano yang kemudian pergi meninggalkan kamarnya.

"Huh dingin sekali." Clara menggigil sembari mendekap tubuhnya sendiri saat berjalan menuju pemandian.

Dengan bantuan pelayan ia melepas pakaiannya, Clara sedikit terkejut melihat bekas kemerahan yang juga ada di area dada.

"Apa serangga itu masuk ke dalam baju?" Clara lantas menyadari dua pelayan yang membantunya senyum-senyum, ia tahu apa yang ada di pikiran mereka. "Ini tidak seperti yang kalian pikirkan! Aku dan Jevano tidak melakukan apa-apa!"

"Kami tidak mengatakan apa pun, Putri."

Clara berdesis, serangga sialan! Serangga itu sudah membuat semua orang salah paham.

"Sebaiknya Anda mandi dengan cepat agar tidak semakin flu, atau putra mahkota akan memarahi kami."

***

"Jevano!"

Jevano yang baru saja keluar dari kamar Clara menghela napas panjang saat mendengar suara itu.

"Laila, kau juga sudah sampai?"

"Apa kau harus menghawatirkannya sampai seperti itu?"

"Aku tidak punya waktu untuk ini, aku harus mengunjungi Duke." Jevano jadi berpikir, apa membawa Laila ke istana adalah kesalahan? Apa ia salah?

"Bahkan ayah wanita itu juga jadi prioritasmu sekarang, lalu bagaimana denganku?" Laila menunjukkan tangannya yang tergores cukup dalam. "Aku juga terluka, apa kau sama sekali tidak peduli? Kau begitu menyukainya, iya?"

Jevano menoleh ke pintu kamar Clara. "Ayo bicara di tempat lain." Ia menarik lengan Laila namun langsung di tepis.

"Kau tahu bagaimana perasaanku saat kau pergi mengejar wanita itu? Sampai semua orang bergosip tentangmu yang sangat mencintai putri mahkota."

Tanpa sadar mata Laila berkaca-kaca, ia seperti dipermainkan. "Dulu kita saling mencintai, tapi kenapa sekarang berubah? Apa karena wanita itu? Kau bahkan tidak mau memelukku."

"Dengar Laila, dulu dan sekarang jelas berbeda," ujar Jevano dengan wajahnya yang datar. "Kau yang memohon padaku untuk menerimamu dan membawamu ke istana. Jadi jangan bersikap seolah-olah aku sedang menipumu."

***

"Eum hangat." Padahal sejak tidur siang tadi hingga menjelang malam Clara terus menggigil, tapi sekarang terasa lebih hangat, mungkin karena tubuhnya didekap erat.

Tunggu dulu, siapa yang mendekap tubuhnya?

Apa ia sedang bermimpi?

Sedetik setelahnya, Clara langsung membuka mata, ia melongo mendapati seseorang mendekap tubuhnya dari belakang.

Evil Crown PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang