Enam

569 15 0
                                    

Rasanya Clara ingin mati saja, tubuhnya terasa remuk semua. "Apa yang sudah kulakukan semalam?"

Samar-samar ia ingat bagaimana dirinya sendirilah yang merayu Jevano semalam. Bukan hanya mengambil ciuman pertamanya, Jevano juga mengambil keperawanannya. "Padahal itu semua untuk Jeno." Clara merutuki diri sendiri karena tidak bisa menahan diri.

"Putri, anda sudah bangun?" Pelayan datang, menyiapkan sarapan untuk Clara.

Clara menatap pelayan itu yang terlihat tak asing. "Kau Ella kan? Kenapa kau bisa di sini?" Pelayan itu adalah pelayannya saat berada di keluarga Duke.

"Putra mahkota meminta saya melayani anda di sini, memang siapa lagi yang tahu selera anda dengan baik selain saya?" Pelayan muda bernama Ella itu mengusap belakang kepalanya.

"Saya akan menyiapkan air untuk anda mandi," ujar seorang pelayan lainnya.

"Tunggu, di mana putra mahkota? Bukannya semalam dia di sini." Sebenarnya Clara senang karena pria itu tidak ada di sampingnya, ia jadi tidak perlu melihat wajah Jevano di pagi hari. Tapi yang membuat Clara penasaran, kapan pria itu pergi?

"Benar, yang mulia pergi pagi-pagi sekali ke ruang kerjanya. Sepertinya beliau punya banyak pekerjaan."

Clara mengangguk, ternyata Jevano cukup sibuk sampai harus bangun sangat pagi.

"Karena beberapa hari ini beliau sibuk mengurus pernikahan, sampai pekerjaannya menumpuk. Putra mahkota pasti akan sangat sibuk dengan pekerjaannya selama beberapa hari ke depan."

"Begitukah?" Clara tersenyum senang, setidaknya selama beberapa hari ia tidak akan bertemu Jevano.

Ia tidak tahu bagaimana kelanjutan novel ini setelah malam pernikahan, sehingga tidak bisa memperkirakan apa yang terjadi selanjutnya. Jadi sebisa mungkin, ia harus menghindari Jevano. Siapa yang tahu apa yang akan diperbuat pria itu nantinya.

Sekarang Clara menyesal, harusnya ia membaca novel itu sampai akhir agar tahu bagaimana kehidupannya selama di sini.

***

Clara memutuskan untuk mencari buku di perpustakaan kerajaan. Koleksi buku istana pasti lebih lengkap dibanding perpustakaan di mansion duke. "Aku tidak boleh menyerah, semangat!"

"Aduh!" Terlalu fokus melamun sampai-sampai Clara tak sadar ada seseorang yang berjalan di depannya.

"Kakak ipar, seharusnya kau melihat ke depan saat berjalan."

"Chris?" Melihat pria di depannya ini membuat Clara teringat sesuatu. "Kau tidak memberitahukan hal itu pada Jevano kan?"

"Memberitahukan apa?" Chris tampak sedang berpikir. "Ah, soal kau yang mengatai kakakku jahat?"

Mata Clara membelalak, ia langsung menutup mulut Chris dengan telapak tangannya. "Sstt diam!" ia kemudian menoleh ke sekitar, untungnya tidak ada orang lain di sini.

"Ngomong-ngomong ini musim panas, kenapa kau memakai pakaian yang menutupi leher begitu? Apa kau tidak kepanasan?"

Clara menyentuh lehernya sendiri. Ini semua karena Jevano yang meninggalkan banyak tanda di lehernya.

"Haha, aku mengerti."

Clara menatap tajam Christian yang sedang tertawa jahil. "Apa yang kau mengerti?!"

"Walau begini aku satu tahun lebih tua daripada kau kakak ipar."

Chris seumuran dengan Jeremy, dia pasti sudah mengerti semuanya walau belum menikah. Alasan mengapa Clara menutupi lehernya.

"Ck sudahlah, apa kau tahu perpustakaan ada di mana?"

"Perpustakaan? Mau apa kau di perpustakaan? Padahal kau terlihat seperti orang yang tidak suka belajar."

Evil Crown PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang