Mencintai kamu adalah rasa paling menenangkan yang pernah kugenggam, jika bisa, kuminta jangan buat ketenangan hilang dengan dirimu.
Arzali Bimantara
Dokter Arzali
-Sedang apa?
Mengoreksi hasil ulangan harian-
Ada apa? -
-Bisa bertemu?
-Saya akan menjemput kamu
Boleh-
-Baik tunggu sebentar, ya.
Usai membaca balasan terakhir dari pesan Arzali, Prillyza segera menyelesaikan koreksiannya yang kurang beberapa. Senyum manis menemaninya beberapa menit ke depan selama ia mengoreksi. Setelah mengatakan akan berjuang untuk Prillyza, Arzali seolah seperti es yang mencair. Lelaki itu banyak memberikan perhatian manis pada Prillyza.
Setelah merasa semuanya cukup, Prillyza melihat jam di dinding. Dilihatnya waktu dua puluh menit lebih telah berlalu. Jika di estimasi, perjalanan dari rumah sakit ke sekolah membutuhkan waktu kisaran tiga puluh sampai tiga puluh lima menit.
Prillyza segera membereskan barang-barangnya. Ada baiknya, ia menunggu Arzali di gerbang saja. Rasanya tidak sabar bertemu dengan sosok yang selalu berhasil mengisi pikirannya hampir setiap saat.
"Selamat siang Pak," sapanya pada satpam sekolah. Dibalas ramah oleh pria paruh baya itu. Prillyza melanjutkan jalannya ke depan beberapa meter berjarak dari gerbang, ia sudah mengirimkan pesan pada Arzali kalau ia akan menunggu di sana.
Tidak berselang lama, sebuah mobil Civic putih yang sudah sangat dikenalinya berhenti tepat di depannya. Lelaki dengan pakaian semi formal keluar dari dalam mobil melalui pintu pengemudi. Kemudian berjalan memutari bagian depan mobil dan menghampiri Prillyza. Senyum menawannya merekah melihat gadis yang menjadi pujaan hatinya.
"Menunggu lama?" tanya Arzali, berdiri dengan gagahnya di depan Prillyza berjarak dua langkah.
"Baru saja," balas Prillyza. Arzali memberikan kode dengan tangannya, mengajak gadisnya masuk ke dalam mobil. Manisnya ia membukakan pintu untuk Prillyza tidak lupa menjaga agar kepalanya tidak terbentur bagian atas pintu mobil.
Memastikan Prillyza nyaman di tempatnya, Arzali kembali memutari bagian depan mobil dan duduk di bagian kursi pengemudi. Memasang sabuk pengamannya dan menjalankan mobil mewah itu dengan kecepatan rata-rata.
"Mau ke mana?" tanya Prillyza. Arzali tersenyum melirik Prillyza sebentar tanpa menjawab.
"Hem, mainnya rahasia-rahasiaan?"
"Tidak ada rahasia, Prillyza. Saya hanya tidak mengatakannya."
Prillyza berdecak pelan, apa bedanya?
Merasa kesal karena tidak kunjung diberitahu ke mana tujuan mereka pergi, Prillyza memilih diam. Membiarkan Arzali terus memanggilnya tanpa ada balasan. Rupanya ibu guru cantik itu tengah merajuk.
"Saya mau ajak kamu ke suatu tempat. Kamu tidak percaya sama saya?" Mendengar nada jengah Arzali, Prillyza menoleh menatap sejenak Arzali yang tengah fokus menyetir. Kedua tangannya bergerak membelokkan setir ke kiri.
"Jadi? Masih jauh?" Merasa tidak enak dengan Arzali, Prillyza memilih bertanya. Arzali meliriknya sejenak sebelum kembali fokus ke depan.
"Sebentar lagi tidak sampai lima belas menit." Prillyza mengangguk mengiyakan. Tidak mau lagi berdrama ngambek segala, sebab tidak akan ampuh membuat Arzali buka mulut mengatakan mau ke mana mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arzali
RomanceMelupakan menjadi sesuatu yang hampir mustahil bagi setiap manusia. Begitu pun bagi seorang Arzali. Dokter berusia hampir kepala tiga yang belum bisa melupakan kenangan buruk yang terus menghantui dirinya. Baginya, wanita dan cinta adalah dua hal ya...