2. Meet Her

394 38 3
                                    

Hari yang cerah untuk memulai hari yang baru. Seperti sesosok laki-laki yang baru saja turun dari mobilnya dan melangkah masuk menuju gerbang sekolah barunya.

Jevaro Elio Nelson. Yang biasanya di sapa Jev atau Varo. Siapa yang tidak kenal dengannya? Terlahir dengan nama belakang Nelson, membuat seluruh penjuru Indonesia Raya mengetahui dirinya.

Keluarga Nelson, termasuk ke dalam salah satu keluarga kaya raya yang berada di Indonesia maupun luar negeri. Memiliki beberapa anak perusahaan yang bergerak di berbagai bidang, maka itu Nelson termasuk ke dalam Top 3 orang terkaya di Indonesia.

Tak tanggung-tanggung, Tuhan tidak hanya memberikan Jevaro dengan hidup bergelimang harta, ia juga dikarunia paras yang tampan rupawan. Badan kekar dan idel idaman para kaum hawa. Jangan lupakan, otaknya yang juga cerdas.

Sangat sempurna.

Itu kalimat yang sangat tepat untuk mengakhiri seorang Jevaro dan Nelson Family.

Namun tetap saja, di setiap kesempurnaan pasti ada kekurangan. Tak terlebih keluarga Nelson bahkan Jevaro sendiri.

"Sudah cukup bermain-mainnya Jevaro." Ucap seorang lelaki paruh baya yang sedang duduk di ruang keluarga saat Jevaro baru masuk ke dalam rumah.

Dimas Eliano Nelson, Papa Jevaro.

"Mau sampai kapan?" Tanya Dimas, "Sampai kapan kamu akan terus terusan pindah-pindah sekolah seperti ini?" Lanjutnya.

"Jawab!" Lantangnya.

Namun, Jevaro tetap bergeming. Ia tidak menanggapi pertanyaan sang Papa untuknya. Yang ada hanya wajah dingin dan datar ia tunjukkan pada sang Papa.

Tanpa menjawab sang Papa, Jevaro langsung bergerak ke arah lift untuk naik menuju kamarnya. Namun,

"JEVARO ELIO NELSON!" Teriak Dimas menggelegar.

Dan seketika langkah Jevaro terhenti, ia berbalik menghadap ke arah Dimas.

"Mulai besok ikut Papa pindah ke New York." Ucapnya.

Mendengarnya Jevaro hanya terkekeh sinis, "Untuk apa aku ikut?" Tanya Jevaro. "Apa belum puas juga udah buat hidup aku hancur?" Lanjutnya.

"Kamu jangan buat Papa marah, Jevaro." Ucap Dimas.

"Kenapa? Papa mau pukul aku lagi? Silahkan!" Ucapnya lantang.

"JEVARO!"

"APA?!" Balas Jevaro tak kalah tinggi.

"Semenjak Papah memutuskan untuk meninggalkan Mama dan lebih memilih perempuan sialan itu, semenjak itu juga aku," jeda Jevaro sambil menunjuk dirinya sendiri dengan telunjuk, "Udah menganggap Papa gak ada." Lanjutnya dengan penuh penekanan.

"Aku bertahan di sisi Papa itu karena permintaan terakhir Mama, bukan kemauan aku." Ucapnya kembali. "Kalau engga, udah dari lama aku ninggalin Papa." Ucap Jevaro sambil menatap Dimas dengan tajam.

Mendengar ucapan Jevaro, seketika hati Dimas berdenyut nyeri. Sangat sakit saat anaknya mengatakan bahwa ia sudah di anggap tak ada, padahal jelas-jelas ia masih ada di depannya.

Dan juga ucapan Jevaro yang masih bersedia berada di sisinya setelah semua rasa sakit yang ia berikan, karena permintaan mendiang Istrinya.

"Keterlaluan kamu." Ucap Dimas akhirnya.

Namun lagi-lagi kekehan kecil terdengar dari Jevaro, "Papa lucu ya? Di sini tu yang keterlaluan Papa, bukan aku! Kalau aja waktu itu Papa gak selingkuh, semua gak akan kaya gini. Gak akan aku sebenci ini ke Papa, dan Mama? Mama pasti masih hiduㅡ"

Find You | JenrinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang