BAB 3 • Arka dan perasaannya

3.8K 207 3
                                    

Diluar balkon kamar, terlihat Raja tengah kebingungan memikirkan hal yang sangat mengganggunya malam malam.
Misi yang seharusnya sudah ia kerjakan, justru malah ia hentikan sendiri tanpa pikir panjang.

"Jangan kasih tau Reva sekarang, ini bukan waktu yang tepat. Gue gak mau gegabah, dan tentunya gue gak mau adik gue kenapa napa."

"Tapi kenapa harus dirahasiakan? Lo gak tau se hancur apa Reva selama ini tanpa lo. Tanpa keluarganya."

"Siapa bilang gue gak tau? Selama ini gue yang selalu mantau dia. Bahkan, gue sendiri yang ngebebasin Reva waktu dia diculik beberapa bulan yang lalu."

"Gak mungkin. Gue lihat dengan mata kepala gue sendiri, kalau yang ngebebasin Reva waktu itu ang—"

"Kenyataan yang lo ketahui itu emang gak salah, Raja. Yang menyelamatkan Reva waktu itu memang anggota Bloriz, geng motor yang katanya... Misterius kan? Phft"

"Oh iya, kebetulan gue juga yang mendirikannya"

"Jadi selama ini... Bloriz itu dipimpin sama Kai?"

"Tapi.. Kok bisa anjir!?"

"Gue nyaris gila nyari keberadaan tu manusia aneh, sekalinya ketemu malah gue yang terjebak dalam rencana dia."

Raja hanya mampu mendengus kesal. Tapi sisi baiknya, dia merasa lega karna telah menemukan keberadaan kakak dari seorang Lireva

"Tapi ada satu hal yang mengganggu gue—"

"Apa itu"

Suara yang terdengar serak itu membuat Raja terdiam 'Bangke. Ganggu aja'

"Ngapain lo kesini."

Benar saja, ternyata suara itu berasal dari Arka.
Dengan santai, laki-laki dengan mulut yang tersumpal permen itu ikut bersandar di pagar balkon, tepatnya bersampingan dengan Raja.

"Nemenin sepupu gue lah, ngapain lagi"

Raja hanya memutar bola matanya malas.
Mereka memang memiliki ikatan keluarga, dan terbilang dekat juga. Hanya saja, tidak banyak orang yang tau bahwa mereka memiliki hubungan darah

"Pergi tanpa pamitan itu gak sopan. Sebagai waketu Drysmond, seharusnya lo disiplin sedikit. Dengan cara lo pergi kayak orang kerasukan tadi aja udah berhasil bikin Zeiro kepikiran."

"Dasar bocah"

Lagi dan lagi Raja hanya diam menerima omelan dari orang disampingnya itu. Sungguh, ia sangat malas beradu argumen

"By the way, jan?"

"Hm"

"Janta"

"Apaan?"

"Rajanta"

"Apaan monyet!"

Arka terkekeh mendengar Raja kesal, seperti biasanya. "Manggil aja sih"

"Lo suka sama Reva jan?"
Tanya Arka tiba-tiba

Raja mendelik heran "Kenapa lo nanya gitu?"

"Nanya aja"

"Kaga, siapa juga yang suka sama bocil kelas 11"

Arka menatap Raja dari samping "Kalau gue suka sama Reva gimana?"

Deg

Keadaan mendadak hening beberapa saat
"Lo ngomong apa sih Ar?"

"Gue cinta sama Reva, jan"

Diluar dugaan, ternyata Raja malah tertawa menanggapi omelan Arka.
"Muka datar kayak lo bisa ngejokes juga ternyata, hahaha. Gila sih, ada ada aja bercandaan lo—"

19 JANUARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang