Dengan kendaraan yang di jalankan secepat mungkin, Zeiro nampak menggebu gebu mendatangi kediaman Brimantara bersama beberapa polisi dan 3 pelaku yang telah menyiksa keluarganya beberapa jam yang lalu.
BRAKKK
"Angkat tangan!" Teriak polisi itu seraya menodongkan senjata saat memasuki rumah besar di hadapannya.
Gara yang baru saja mendudukkan dirinya di sofa refleks terperanjat. "Ada apa ini? Dimana sopan santun kalian saat memasuki rumah orang sembarangan!?" Laki-laki itu marah tak karuan.
"Anda dan keluarga anda akan kami tahan atas kasus pembunuhan anak 10 tahun yang lalu. Dan penganiayaan anak anda sendiri selama ini. Beserta pembunuhan berantai yang baru saja terjadi."
Gara menggelengkan kepalanya tak paham atas apa yang mereka katakan barusan.
"Saya mengakui bahwa saya memang pernah melukai anak saya sendiri. Tapi untuk membunuh sebuah nyawa?? Saya tidak pernah melakukannya!!" Teriaknya lantang.
Sekumpulan polisi itu perlahan menggeserkan tubuhnya agar Zeiro bisa menghampiri pria yang sedang bersimpuh pasrah itu.
"LO EMANG GAK PERNAH BUNUH ORANG! KARNA LO SELALU NYURUH ORANG LAIN BUAT NGELAKUIN HAL HINA KAYAK GITU BANGSAT!"
Tidak dapat ditahan. Emosi Zeiro benar benar lepas kendali saat ini. Air matanya yang tidak berhenti surut sedari tadi membuat pukulannya semakin terasa bertubi-tubi."LO IBLIS! LO BENER BENER IBLIS GARAA!!"
"GUE UDAH ANGGAP LO SEBAGAI PAMAN GUE SENDIRI. TAPI BALASAN LO SAMA KELUARGA GUE SELAMA INI APA!? HAH!?"
Gara menatap Zeiro dengan tidak percaya. "K-kamu tidak mempercayai om?"
Zeiro semakin mencengkram kerah baju yang dikenakan oleh Gara sampai pria itu hampir kehabisan nafas. "ARGHHHHH MATI LO BANGSAT!!!"
BUGH
BUGH
BUGH
"Sudah cukup. Biar hakim yang menentukan hukuman setimpal untuknya."
-
"K-kak Evin... Bangun Kak! Rea takutt. T-tolong! T-tlongin kita.."
Dengan tangan yang bergetar hebat, Rea terus berusaha melepaskan pisau yang tertancap dikepala bocah laki-laki itu.Sementara pria yang berada disamping mereka malah menyeringai dibalik masker anonymous nya "Suttt jangan menangis nona... Bagaimana jika memakan permen, hm? Kau akan merasa lebih baik setelah ini..."
Rea menggigil ketakutan saat pria itu menjulurkan sebuah obat kecil.
Ia menggeleng ketakutan. Kemudian berlari memasuki area taman yang cukup gelap untuk bersembunyi.
Ia menutup mulutnya agar tidak ketauan oleh pria itu. Akan tetapi, sebuah tangan yang mengusap surainya berhasil membuat tubuh kecilnya meremang ketakutan.
Ternyata ada 2 pria yang memakai topeng anonymous di dekatnya.
Pria itu mendekati Rea, seolah berusaha menenangkan nya. Kemudian memegang dagu gadis kecil itu agar obat yang ia pegang bisa masuk kedalam mulutnya.
"Telan permen manis itu nona... kamu tidak akan bisa mengingat apapun setelah ini. Kecuali..."
"Kami, adalah Brimantara."
"Sekarang pegang pisau ini... Kemudian kembalilah kepada orang tuamu, mengerti?"
Arzey mengerang tertahan saat mendengar cerita mengerikan dari adiknya itu. Dia merasa sudah sangat gagal dalam menjadi seorang kakak.
KAMU SEDANG MEMBACA
19 JANUARI
Teen Fiction"19 Januari, merupakan awal terjadi-nya tragedi." 𝖫𝖾𝗍'𝗌 𝗌𝗎𝗉𝗉𝗈𝗋𝗍 ✍ #𝗂𝗇𝗌𝗍𝖺𝗀𝗋𝖺𝗆 : @𝗈𝖿𝖼.𝖺𝗄𝖺𝗋𝖺𝖼𝗁𝖺𝗇𝖽𝗋𝖺 #𝗍𝗂𝗄𝗍𝗈𝗄 : @𝗈𝖿𝖼.𝖺𝗄𝖺𝗋𝖺𝖼𝗁𝖺𝗇𝖽𝗋𝖺 𝖳𝗁𝖺𝗇𝗄 𝗒𝗈𝗎✧