BAB 11 • Bunga tai ayam

1.7K 137 4
                                    

Beberapa hari telah berlalu.
Semuanya telah kembali normal seperti semula.

"Brengsek." Umpat Brayens yang kini tengah bersandar di pembatas rooftop bersama Arka.

"Waktu itu gue pikir gue bakal mat-"

"Diam sialan." Sanggahnya saat Arka hendak mengatakan kata 'Mati.'
Perasaan marah yang awalnya menggebu gebu itu kini berubah menjadi tatapan sendu
"Jadi sekarang luka lo masih basah?"

Arka terkekeh kecil, merasa lucu dengan pertanyaan konyol Brayens. "Emang luka gue pernah kering Bry?"

Damn.
Benar juga.

"Oh, yaudah ganti pertanyaan. Udah ganti perban?"

"Gue nggak pake perban"

Brayens yang mendengar penuturan dari Arka refleks menarik kerah seragam sahabatnya itu untuk memastikan luka di punggungnya.

Dan ternyata benar, luka itu dibiarkan begitu saja. bahkan banyak luka yang masih belum mengering. Kemudian berakhir meninggalkan bercak merah di seragam putihnya.
Beruntunglah ia memakai jas almamater hitam yang selalu digunakan para anggota OSIS di sekolah, dengan begitu darah yang menempel tidak akan terlihat merah.

"Lo kenapa sih? Kenapa lo selalu ngebiarin luka luka lo terpapar gitu aja? Nanti infeksi Ar. Dan itu hanya akan membuat lo makin sak-"

"Percuma bry."

"Semua obat udah gue coba. Dan hasilnya masih tetap sama."

"Nggak ada yang sanggup nyembuhin luka didalam batin gue."

"Kadang gue juga berfikir, nanti gue mati di tangan gue sendiri, atau di bimbing sama paru-paru busuk ini ya?"

-

Saat ini, Sagara sedang sibuk mengetik sesuatu di kalkulator ponsel miliknya
"Nah yang gampang aja deh ya, gue kasian kalau kalian nggak bisa jawab nanti."
Sagara menarik nafasnya dalam-dalam, bersiap menyampaikan semburan angka yang sudah dipastikan sangat panjang lebar.

"55×4+9+858+221×6+35+87+205+88+62+987+258+301×64+58+868+255×4+9+858+221×6+35+87+205+88+655×4+9+858+221×6+35+87+205+88+62+987+258+301×64+58+888+215+987+258+301×55×4+9+858+221×6+35+87+205+88+62+987+258+301×64+58+888+275×4+9+858+221×6+35+87+205+88+6255×4+9+858+221×6+35+87+205+88+62+987+258+301×64+58+888+255+987+258+301×64+58+889×264+58+889+255 =!? Dalam waktu lima belas detik berapakah jawabannya!?"

"456.076"
Jawab Zeiro dan Raja santai. Membuat Sagara tercengang saat itu juga. Sementara Jovan hanya diam, memperhatikan dari belakang.

"Woi kampret gue bahkan belum ngejumlahin isinya."

"Van van. Berapa detik barusan?"

"7,34 detik. Selebihnya hitung sendiri"
Lagi dan lagi tenggorokan Sagara terasa tercekat dibuatnya.

Di balik kekurangan Jovan yang mengidap sindrome Tourette, dia juga memiliki kemampuan menghitung perdetikan manual disaat umurnya baru menginjak 9 tahun.
Mulai dari Milidetik, Mikrodetik, Nanodetik, Picodetik, Femtodetik, Attodetik, bahkan sampai Zeptodetik.

"Otak kalian terbuat dari apaan sih?"

"75% terbuat dari air." Sahut ketiga nya bersamaan

"Lah pantesan kepintaran kita nggak sama," protes Sagara seraya membuka bungkus permen karet miliknya.

"Emang otak Lo terbuat dari apa?"

"Solar-"

BUGH

Sebuah buku novel tebal berhasil melayang sempurna mengenai wajah menjengkelkan milik si pengunyah permen karet itu.

19 JANUARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang