"Nja!! Rajaa!"
"Li? kenapa nggak bilang mau kesini?"
"Biarin, kan surprise!'
"Gimana kalau tadi ada yang ngikutin lo, terus nyulik lo, hm? Emang lo mau tanggung jawab kalau gue nangis?"
"Mana mungkin ada yang berani culik gue. Kan ada lo" Lirev sedikit berjinjit untuk mendongakkan wajahnya, mengedipkan mata nya berkali kali membuat Raja gemas kemudian mencubit pipi tembam nya itu
"Sakit buntal."
"Mau ngapain kesini? Rea sama Dera nggak ikut emang?"
"Mereka ikut ko, tapi masih di depan, mau beli cemilan dulu katanya"
"Ah iyaaa! Lo mau balapan kan nanti malam??"
Raja mengangguk ragu, "iya, kenapa emang?"
"Gue mau ikut balap—"
"Hah??" Beo semua nya, terkejut mendengar penuturan dari Lirev
"Emang bisa balapan?" Tanya Raja seraya tertawa ringan
"Bisa dong. Gue lawan lo sekalipun pasti menang ko" ujarnya pada Raja meyakinkan
"Tapi nanti malem bagian Sagara, Brayens sama Zei, mereka nggak bakal mau ngalah cuma demi lo"
"Nahh cuma bertiga doang kan? Yaudah tambahin gue jadi 4"
"Oi Repacu. Lo yakin mau lawan gue? Gue ini keturunan sonic lho. Cepat dan kuat itulah Sagara Adikta Putra." Imbuh Sagara menepuk dada nya bangga
"Di tonjok Alan juga kalah" Cibir Brayens pelan
"Eh gue denger ya kambing!"
"Masih mending kambing. Daripada lo, otak solar"
Refleks, gelak tawa memenuhi setiap inci ruangan luas itu. Mereka masih ingat momen dimana Sagara mengatakan bahwa otaknya terbuat dari solar.
"Si kampret. Gue mulu yang kena"
-
Di tengah perjalanan menuju markas, atensi Lirev tidak sengaja menangkap sebuah objek yang dikenalinya, sedang bertengger di sebuah pagar danau.
"Eh, itu bukannya Arka? Ngapain dia nunduk disitu? Hmm gue kagetin ahhh"
Memutuskan untuk turun dari kendaraannya, Lirev menghampiri laki-laki itu perlahan-lahan.
"Dorrr!"
Diluar dugaan, ternyata Arka tidak terperanjat sama sekali. "R-reva?"
Lirev termangu beberapa saat. Apa yang dia lihat saat ini? Kenapa mata Arka tampak sembap?
"Lo abis nangis kak?" Tanya nya penasaran.
Dan bukannya menjawab, Arka malah tidak sengaja meneteskan air matanya saat berkedip.
Lirev krmbali tertegun. Dengan spontan, dia mengusap air mata Arka dengan lembut "Hei, lo kenapa??"
"D-dada gue sakit Rev. Gue udah nggak kuat."
Deg
Sial. Lirev baru ingat bahwa Arka memiliki benjolan kecil di paru-paru nya. Dengan panik, ia berusaha membantu Arka untuk terduduk lesehan diatas rumput pada malam itu.
"Arghh s-sakit."
"Kak? Hei. Lo bisa denger suara gue kan??"
Hening
Tubuh Lirev terasa mematung saat Arka memeluknya. Tubuh laki-laki itu benar-benar bergemetar. Keringat dingin kian bercucuran di seluruh tubuhnya.
"K-kak. Lepasin dulu, biar gue ambil handphone di tas buat minta tolong sama anak anak"
KAMU SEDANG MEMBACA
19 JANUARI
Teen Fiction"19 Januari, merupakan awal terjadi-nya tragedi." 𝖫𝖾𝗍'𝗌 𝗌𝗎𝗉𝗉𝗈𝗋𝗍 ✍ #𝗂𝗇𝗌𝗍𝖺𝗀𝗋𝖺𝗆 : @𝗈𝖿𝖼.𝖺𝗄𝖺𝗋𝖺𝖼𝗁𝖺𝗇𝖽𝗋𝖺 #𝗍𝗂𝗄𝗍𝗈𝗄 : @𝗈𝖿𝖼.𝖺𝗄𝖺𝗋𝖺𝖼𝗁𝖺𝗇𝖽𝗋𝖺 𝖳𝗁𝖺𝗇𝗄 𝗒𝗈𝗎✧