ruang rekreasi Slytherin

1.1K 152 2
                                    

Setelah makan malam semua anak pergi ke ruang rekreasi asramanya masing-masing. Seperti biasa aku mengikuti beberapa anak Slytherin yang ingin pergi ke ruang rekreasi, mereka sibuk mengibrol dan aku sibuk memperhatikan jalan.

Aku dengar tidak banyak yang tahu letak pasti ruangan ini selain para anak Slytherin, dan tentunya para pengajar. Aku suka merasa aneh tentang itu, kami tahu di mana letak ruang rekreasi lain tapi kenapa mereka tidak tahu ruangan kami. Ruangan ini terletak cukup jauh di bawah tanah ruangan ini terletak di bawah danau dan itu membuat ruangan ini mudah dingin dan lembab.

Kami sampai di depan sebuah altar dengan patung ular yang menempel di dindinya, anak yang berdiri paling depan menyebutkan kata kuncinya.

"Pure blood."

Seketika altar itu bergeser membukakan jalan untuk kami masuk ke dalam ruang rekreasi asrama Slytherin. Seperti warna kebanggaan Slytherin, ruangan ini identik dengan warna hijau dan perak banyak furniture di ruangan ini berwarna hijau seperti sofa, meja, karpet dan lampu gantung yang mengeluarkan cahaya api hijau, ruangan ini memiliki dinding yang di penuhi ukiran dan sebuah permadani yang menggantung di salah satu dindin (entah apa gunanya benda itu di sana aku tidak tahu), dan ada juga perapian di ruangan ini. Nuansa hijau yang begitu kuat tapi nyaman, aku yang sebelumnya tidak suka warna hijau sekarang sepertinya mulai menyukainya.

Ruangan ini di penuhi orang-orang yang asik mengobrol dan bercanda bersama, sebenarnya tidak terlalu penuh tapi aku tidak begitu suka keramaian jadi aku memilih untuk menaiki tangga pergi ke kamarku.

Di dalam kamar sudah ada teman kamarku yang sedang asik ngobrol di dekat kasurku. Mereka membicarakan Potter, lagi, tentunya tentang statusnya sekarang yang menjadi Seeker termuda jelas mereka meremehkan Potter. Lihat saja sampai Grifindor mengalahkan kalian. Ah, aku mulai muak dengan obrolan ini.

Aku naik ke atas kasur dan mulai menggambar jalan dari aula utama ke ruang rekreasi Slytherin. Ah, gambaranku jelas buruk sekali, bagai mana Tommy dan Fiona masih terus memuji gambaranku saat melihat sampah yang aku buat ini. 

"Itu loh ruang kebutuhan." Mereka mulai mengubah topik pembicaraan, sepertinya menarik aku akan ikut.

"Aku pernah dengar." Kataku menyahut. "Itu ruangan yang akan muncul bagi setiap penghuni Hogwarts yang benar-benar membutuhkannya, iya kan."

"Iya, benar!"

"Aku belum pernah dengar tentang ruangan itu." Kata Anabel si gadis berparas cantik, tidak seperti namanya yang selalu mengingatkanku pada film horor.

"Karna memang ruangan itu sudah tidak pernah terbuka semenjak sekitar 70 tahun terkahir."

"Kalau begitu siapa yang membukanya 70 tahun yang lalu?"

"Dombeldor." Jawabku membuat semua mata tertuju padaku. "Em… aku rasa." Apa aku hampir saja membocorkan alur cerita? Ah tidak, fantastik beast kan film tentang berpuluh-puluh tahun sebelum fim Harry Potter.

"Semua ada di buku sejarah yang baru aku pinjam dari perpustakaan."

"Wow, Delia. Aku tidak tahu anak yang suka mengantuk di kelas profesor hantu bisa se-tertarik ini dengan sejarah."

"Aku ini suka sejarah, tapi si hantu sialan itu selalu membuatku mengantuk, aku yakin yang lain juga merasa kelasnya membosankan. Ah, buku itu ada di kasurku, jauh sekali."

"Serahkan padaku." Aku mengeluarkan tongkatku dan mulai merapalkan mantra. "Accio!" Seketika buku tebal itu langsung tertarik ke arahku dan aku tangkap dengan tangan kiriku yang kosong, aku memberikan buku itu pada Delia.

"Kamu hebat Emily, kamu bisa menjadi ahli mantra. Kenapa kamu tidak pernah menunjukkan bakatmu ini di kelas?"

"Aku lebih suka terus melihat orang bodoh merasa pintar dari pada jadi pusat perhatian yang hanya beberapa saat saja." Aku memang menunjukkan kemampuanku terhadap mantra hanya di depan mereka, anak-anak yang tinggal satu kamar denganku, oh iya dan si Patrick.

Bocah Hogwarts Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang