Harry Potter

797 101 1
                                    

Saat aku mengejar Patrick anak itu tergelincir dan jatuh sampai membuat kakinya terluka, anak-anak yang lain menyalahkan aku dan Alex atas kecelakaan dan harus bertanggung jawab. Sialan sekali memang orang-orang ini, mereka kan juga ikut menyoraki ku untuk terus mengejar Patrick.

Mau tak mau, karna Alex sudah membawa Patrick ke asrama tanpa menarik kecurigaan orang-orang Hogwarts, kini tugasku adalah mengambil obat di rumah sakit sekolah. Sialan sekali sih, aku kan hampir tidak pernah ke rumah sakit sekolah, bagai mana kalau nanti aku tersesat aku menemukan tempat ini saja butuh waktu yang cukup lama.

Akhirnya aku menemukan rumah sakit sekolah, sebuah ruangan dengan pintu kayu besar dan di dalamnya berjejer beberapa ranjang yang bisa ada di rumah sakit. Aku lihat salah satu ranjang itu terisi, seorang anak laki-laki sedang tertidur di sana.

"Ya ampun!" Aku terkejut mendengar suara wanita yang terdengar lemah namun tegas. Itu madam Pomfrey. "Apa yang kamu lakukan? Tidak ada kunjungan hari ini dia butuh istirahat!"

"A–aku ke sini bukan untuk menjenguk, teman saya butuh–"

"Bagai mana kamu bisa tahu kalau anak itu ada di sini." Jelas sekali dia tidak mendengar perkataanku. "Potter belum boleh di jenguk dia harus istirahat."

"Hah?" Apa yang tadi bilang? Potter? Hanya ada satu Potter di sekolah ini. "Anak itu? Apa yang terjadi padanya?" Kataku sambil menunjuk tidak percaya apa yang dia katakan. Dia benar-benar Potter?

"Aku tidak tahu dan itu jelas bukan urusanmu, kamu harus cepat pergi dari sini. Jadi obat apa yang kamu butuhkan?"

Woy, udah mau abis kah ceritanya?

Aku kembali ke ruang rekreasi Slytherin dengan membawa obat, untungnya si wanita tua itu tidak bertanya lebih lanjut tentang apa yang terjadi pada Patrick. Dia bentar sibuk dengan si main character itu.

Teman-teman ku sedang asik bercanda dan meledek Patrick dengan kebodohan yang tidak sekali dua kali dia lakukan. Sedangkan aku sedang asik melamun memikirkan apa sebentar lagi aku bisa keluar dari game yang benar-benar membuatku paranoid ini.

Sebenarnya ini menyenangkan, mengenal banyak orang, memiliki keluarga yang baik, tema yang polos, kehidupan sekolah menyenangkan. Kalau boleh jujur aku tidak ingin pergi dari sini, tapi mengingat apa yang akan terjadi beberapa tahun mendatang jelas lebih baik bagiku untuk secepatnya pergi dari dunia sihir yang dapat melukaiku.

Aku tersenyum melihat bagai mana mereka bercanda merendahkan satu sama lain bahkan sampai membawa nama para pengajar. Memang kurang ajar sih anak-anak Slytherin ini, mereka bahkan membuat teori konspirasi kalau Snape dan Mcgonagall mantan yang sekarang tengah bersaing. Ada-ada saja isi kepala mereka, aku hanya berharap profesor Flitwick tidak mendengar bagai mana mereka membuat teori kalau dia adalah goblin yang Dombeldor didik dan pekerjakan.

"Emily apa kamu baik-baik saja?" Tanya Anabel yang memperhatikan wajahku dengan cukup dekat.

"Eh, aku baik." Kataku terkejut sambil mendorong bahu anak itu untuk menjauh. Wow, dia dekat sekali itu membuat aku terkejut bukan main. 

"Kamu melamun, apa yang kamu pikirkan?"

"Aku hanya sedang memikirkan anak yang tadi aku lihat berbaring di rumah sakit sekolah." Jawabku sambil lanjut mencorat-coret buku note ku.

"Ada yang masuk rumah sakit? Siapa?" Karna Delia semua anak di dekat memperhatikanku dengan seksama.

"Sepertinya Potter sih."

Bocah Hogwarts Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang