Fiona si Ravenclaw

1.6K 180 0
                                    

Setelah kabar kemarin semua terasa amat bersemangat. Fiona bersemangat di pagi hari sambil bersenandung, Tommy juga bersemangat berangkat kerja. Pria itu irit senyum sekali dia benar-benar hanya tersenyum saat berhadapan denganku atau Fiona itu saja hanya senyum tipis, kejadian kemarin benar-benar membuktikan seberapa bahagia mereka karna Tommy yang jarang tersenyum saja sampai menunjukkan senyum selebar itu.

Seperti pria kantoran lainnya, mungkin pekerjaan kantor membuatnya malas tersenyum. Aku paham karna ayahku pekerja kantor, setidaknya sebelum dia bunuh diri karana tidak sanggup dililit hutang.

Aku mulai bosan, menjalani hari libur tanpa teman dan Video game benar-benar sulit. Aku sudah melakukan banyak hal bermain musik, menggambar, membersihkan kamar, membaca buku, dan bengong. Aku harus melakukan sesuatu saking bosannya aku, aku sampai membersihkan kamar! Hal yang paling jarang aku lakukan.

Aku akhirnya memilih turun dari kamarku dengan membawa kamera, aku berharap ada hal indah lain yang dapat aku potret. Sampai di bawah aku cukup keheranan karna tidak menemukan Fiona, biasanya dia ada di depan jendela mengurus tanamannya atau sekedar bersantai menonton TV .

Aku pun memilih mengunjungi kamarnya, sepertinya wanita itu ada di sana.

"Ibu." Panggilku sambil mengetuk pintu.

"Masuk Emily." Benarkan dia ada di sana.

"Ibu sedang apa?" Kini aku melangkah masuk dan melihat Fiona sedang menjahit sebuah kain hitam.

"Ini, ibu sedang membuat pakaian kamu untuk nanti di sana." Fiona pun membentangkan sebuah jubah hitam dengan tudung runcing.

Apa dia tidak punya kesibukan lain, kenapa tidak beli saja sih? Padahal Tommy ini orang pemerintahan yang jelas uangnya banyak. Aku yakin keluarga ini bukan keluarga yang susah.

"Kenapa tidak beli saja?" Tanyaku saat Fiona memakaikan jubah itu padaku. Gila, aku benar-benar kelihatan konyol di cermin.

"Ini memang tekat ibu, kalau sampai nanti kamu masik Hogwarts ibu mau ibu yang menjahitkan baju untuk kamu." Katanya sambil menilai apa ada bagian yang terlalu panjang.

"Ibu juga lulusan Hogwarts, ya."

"Yup." Fiona melepas jubah ku dan duduk di pinggir kasur. Dengan lambaian tangan dia mengisyaratkan aku untuk mendekat. Aku pun duduk di sampingnya.

"Ini album foto sekolah ibu." Dia mengambil sebuah buku album dari dalam laci nakas, dan mulai membukanya.

Aku terkejut bukan main saat melihat foto pertama di buku itu, ada foto kumpulan anak-anak yang melambai, benar-benar melambai! Foto itu bergerak. Ah tentu saja sihir. Mungkin itu juga yang terjadi saat aku melihat koran Tommy, itu bukan koran manusia biasa tapi koran dunia sihir.

"Hogwarts adalah tempat yang aman dan menyenangkan, kamu dapat belajar sihir dan berteman dengan orang-orang sejenis dengan kamu. Ibu jamin kamu akan suka di sana sebagai mana ibu suka tinggal di sana."

Aku tahu, sebelum aku sampai di sana pun aku sudah menyukainya, bayang kan saja pasti akan banyak hal menarik yang dapat aku lakukan nanti. Ah, aku suka game ini.

"Dulu ibu ada di asrama mana?" Tanyaku pada Fiona yang masih sibuk membalik halaman album tersebut.

"Ibu tinggal di asrama Ravenclaw, tempat yang sangat menyenangkan." Katanya sambil membelai foto-foto di album tersebut.

Sepertinya Fiona masih tidak dapat melupakan kebahagian yang dia dapat selama bersekolah di sana, aku yakin banyak kenangan indah yang sedang terputar di benaknya. Sebegitu indah kah Hogwarts sampai dia terlihat setenang itu saat mengenang kembali masa sekolahnya, pantas dia senang sekali saat tahu aku mendapatkan surat undangan itu mungkin dia pikir aku akan merasakan kenangan indah yang sama dengan yang pernah dia rasakan. Aku harap sih begitu.

Tapi ini game, pasti aku akan merasakan sesuatu yang menantang nantinya, aku akan bertemu villain dan melawannya sebagai hero. Ya, tentunya seperti banyak game lainya, aku adalah hero utama dalam cerita ini dan akan menyelamatkan dunia. Aku jadi tidak sabar hal menegangkan apa yang akan aku alami nantinya.

Seharian itu Fiona meminjamkan ku tongkatnya dan mengajarkanku beberapa mantra sederhana yang sudah pernah aku dengar sebelumnya di film. Fiona pikir aku berbakat, padahal aku hanya sudah pernah menonton habis film seris itu saat masih kecil.

Hari ini berjalan cukup menyenangkan, aku kembali ke kamar pada sore hari setelah mandi. Dan aku lihat buku yang sebelumnya pernah aku temukan sebelum aku masuk ke dunia game ini, buku itu tergeletak di atas meja belajar.

Aku mencoba membuka kembali halaman yang ada, sudah beberapa hari aku tinggal di rumah ini siapa tahu ada beberapa petunjuk yang bisa aku gunakan untuk meneruskan game ini, atau siapa tahu ada mini game yang harus aku lakukan. Tapi nihil, masih sama seperti sebelumnya buku itu kosong melompong, tidak ada tulisan atau gambar lain selain peraturan dan satu petunjuk yang menyatakan game ini akan berjalan seperti cerita di film.

Sepertinya developer game ini ingin pemainnya mandiri dalam menjelajahi dunia film yang mereka pilih. Ini jadi semakin menarik saja, aku tidak sabar datangnya tanggal 1.

Bocah Hogwarts Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang