chapter terakhir

1.3K 137 27
                                    

Selamat tinggal Hogwarts.

Ini adalah hari di mana kami akan meninggalkan Hogwarts, semua anak sudah siapa dengan kopernya yang entah bagai mana sudah siap di atas kasur kami. Aku tidak tahu ini kelakuan sihir atau memang ada orang yang bertugas untuk merapihkan barang-barang kami ke dalam koper.

Dan soal nilaiku. Aku mendapatkan nilai cukup bagus di mantra, dan nilai sempurna di beberapa pelajaran lain kecuali Herbologi dam ramuan. Gila betul nilai ramuan ku jeblok parah! Padahal aku pikir aku sudah melakukannya dengan baik, ternyata aku belum cukup baik.

"Grifindor menyebalkan." Omel Anabel saat kami keluar dari kamar kami.

"Sudah lah jangan lagi mempermasalahkan hal itu, aku lelah mendengarnya." Aku bisa melihat itu dari mata Delia, jelas dia muak doi-nya terus di permasalahkan dari semalam. Beruntungnya aku jadi satu-satunya orang yang tahu hal itu.

"Tapi aku kesal!"

"Sudah lah Anabel, semua orang kesal bukan hanya kamu."

"Semua anak Slytherin." Galia meralat perkataanku. Dia anak kamarku yang jarang buka suara tapi selalu ikut perkumpulan gosip malam. Dia seperti silent reader di grup wa angkatan yang hanya muncul untuk mengabarkan kalau dia tidak bisa ikut reuni.

Tapi dia benar, semua anak di luar asrama Slytherin tampak amat bersemangat. Hanya kami yang tidak terlihat begitu bergairah seperti yang lain. Kebalikan dari apa yang terjadi sebelum acara malam itu.

"Aku akan membalas mereka, aku akan mengerahkan seluruh kemampuanku untuk piala asrama tahun depan." Kata Helen saat kami beranjak keluar gedung. Ini pertama kalinya aku mendengar dia berlebihan seperti itu.

"Aku juga." Timpal Galia.

"Aku tidak pintar, tapi aku juga ingin melakukannya."

"Kamu tidak harus menjadi pintar untuk mendapatkan poin asrama, Anabel. Kamu bisa melakukan hal lain yang membanggakan, yang pasti dapat menarik perhatian para profesor."

Yup, aku setuju dengan Helen, salah satunya saat aku membantu Mcgonagall, hanya 5 poin sih di tambah ancaman gila yang merusak mentalku.

"Bagai mana dengan kamu Delia?" Tanya Anabel pada Delia yang hanya diam saja.

"Aku sadar diri aku tidak pintar , jadi kalian saja yang lakukan."

"Kamu juga harus melakukan sesuatu! Karna kita tidak pintar bagai mana kalau kita ikut tim Quidditch saja."

"Ah, tidak mau! Kamu sendiri saja sana."

Dan akhirnya obrolan ribut ini pun di mulai sampai kami keluar bangunan Hogwarts. Sayangnya percakapan ini harus berhenti saat kami harus menyebrangi danau dengan perahu kecil sebagai mana kami datang.

"Kita harus duduk di satu bilik yang sama!" Kata Anabel penuh semangat saat kami sampai di peron. "Saat natal kemarin kita tidak ada di satu bilik yang sama kan. Aku bersama Delia tapi aku tidak lihat kalian bertiga."

"Saat pulang kita bersama kan." Helen mengingatkan Anabel. Aku tidak ingat pernah duduk dengan mereka, aku tidak begitu ingat perjalananku kembali ke Hogwarts.

"Iya, tapi tanpa Emily. Kemana kamu saat itu?"

"Aku tidak ingat."

"Mencurigakan." Katanya sambil menatapku dengan tatapan penuh selidik.

Apa maksudmu mencurigakan?!

"Ayo sekarang kita ke dalam!" Setelah selesai menaruh barang Anabel menarik tanganku masuk ke dalam kereta.

Apa-apaan anak ini, apa dia takut aku hilang? Aku membiarkan anak itu membawaku masuk diikuti ke 3 lainnya. Anabel memilih sebuah bilik kosong di bagian depan gerbong, karna kita masuk lebih cepat kami jadi punya kesempatan untuk memilih-milih gerbong.

Bocah Hogwarts Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang