Hufflepuff

773 115 1
                                    

"Emily kamu sakit?"

"Hah?" Anabel membuyarkan lamunanku. Aku tidak sakit, aku bugar seperti biasa kok.

"Kamu pucat." Kini Delia ikut bersuara.

"Mungkin karna aku khawatir sama ujian." Tentu saja, siapa yang tidak khawatir kalau sudah datang ujian. Sekarang pun aku dan beberapa orang lain sedang bertapa di perpustakaan, membaca sesuatu yang bahkan tidak dapat otakku cerna.

Semenjak kejadian malam itu aku tidak pernah bertemu si anak iblis, aku harap dia tidak menceritakan kejadian itu pada siapapun. Gawat kalau sampai orang-orang mengetahui kejadian malam itu, bisa-bisa alur cerita akan berubah.

"Aaaaah, aku tidak mengerti!" Keluhku yang langsung menarik perhatian banyak orang, saking fokusnya orang-orang aku yang tidak berteriak saja sudah mengganggu banyak orang.

"Emily! Kita ada di perpustakaan!" Delia lagi, kenapa harus mengomeli ku sih aku kan sedang sakit kepala!

Aku mengabaikan Delia dan menyembunyikan wajah di lipatan tangan di atas meja. Aku tidak fokus, semua yang aku baca tidak dapat otakku cerna aku memikirkan banyak hal. Aku memikirkan Dimentor kenapa mengerikan wajahnya bahkan tidak terlihat, Ikarus apakah dia ember, bagai mana dengan sorcerer's stone, apa kah aku akan berhasil di ujian ini, Tommy bagai mana di rumah dan kenapa aku melihat tongkat Elder dan kenapa aku harus memikirkan sorcerer's stone sih itu kan bukan urusanku!

Aku stress, aku depresi, aku mabuk, aku obesitas, aku anemia, aku insomnia, aku tidak ingin berpikir...

"Dia kenapa?" Aku dengan Anabel berbisik pada Delia.

"Gila belajar, mangkanya jangan terlalu pintar atau kamu akan jadi gila seperti dia!"

Justru karna aku bodoh aku jadi gila.

Ujian, waktu-waktu menjelang ujian selalu membawa pengaruh buruk bagi seluruh pelajar di muka bumi ini, bahkan pada para penyihir.

"Aku malas sekali belajar, kenapa harus belajar sih?!" Keluhku yang lagi-lagi menarik perhatian semua orang yang sedang belajar di kamar. Aku menjatuhkan diriku ke atas kasur dan membiarkan bukuku terbuka.

"Hah, mulai lagi." Kata salah seorang di antara kami. "Akhir-akhir ini kamu aneh, kamu terlalu mudah khawatir dan membuat pikiranku kacau sendiri. Apa kamu sedang memikirkan sesuatu?"

"Iya, aku memikirkan banyak hal, sangat banyak."

"Kamu harus berhenti terlalu khawatir terhadap sesuatu." Lanjutnya.

"Memangnya apa yang kamu pikirkan, sampai membuat kamu aneh begini?" Kini Anabel yang bertanya.

"Aku berpikir…"

Semua orang terdiam menjadikan kamar ini begitu sunyi, mereka mengabaikan buku di hadapan mereka hanya untuk menunggu apa yang akan aku katakan.

"Kenapa kita harus belajar!?" Kataku tiba-tiba sambil bangkit duduk di pinggir ranjang.

"Hah? Apa maksudmu?" Alis Delia mengerut dalam, jelas dia kebingungan dengan apa yang baru saja aku katakan.

"Kenapa kita harus belajar saat mau ujian? Ujian kan di lakukan untuk menguji kemampuan kita dalam mata pelajaran, lalu kenapa kita harus belajar? Lakukan saja yang kita tahu, dan jangan berjuang sedikitpun!"

Bocah Hogwarts Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang