11. The Brooch & The Past

1K 161 6
                                    

Halo haloooooo!

Sebelum baca, siapkan playlist kalian dulu & jangan lupa Vote ya, kalau sempat komen ^^

Happy Reading!

Happy Reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Tetes demi tetes air jatuh mengenai permukaan apa saja yang menjadi tempat pendaratan. Udara dingin menusuk kulit, terasa lembap hingga menimbulkan aroma yang khas dari tanah. Matahari hampir terbenam, bulan dan bintang mulai menunjukkan kehadirannya.

Sudah diputuskan langsung dari sang raja, jika mulai esok, jadwalnya akan dikosongkan selama seminggu ke depan. Tidak bisa lagi ia menangani hal ini sendiri, Jack butuh bantuan langsung dari Nai atau orang-orang yang bisa membantunya. Rasanya terlalu sulit untuk menahan gejolak emosi yang kian mendidih hanya karena hal kecil.

Saat di perjalanan menuju kamar saja, Jack sempat bersenggolan bahu dengan seorang prajurit. Tidak sengaja, tetapi mampu buat rahangnya mengeras disertai tatapan yang menghujam kepada prajurit tersebut. 

"Awasi jalanmu, bodoh!"

Mengingatnya, mataJack perlahan memejam bersamaan disandarkannya tubuh itu di atas ranjang. Ia mendesis panjang, berulang kali menggeleng pelan sambil berkata sebuah penolakan, penolakan akan versi baru dirinya yang tidak ia sukai, bahkan Jack tidak yakin jika ia akan sanggup hidup dengan semua penderitaannya ini.

"Tidak, tidak, Jack. Tidak, itu bukan dirimu...," ucapnya parau. "Ayah benar, kau harus segera menemui Nai."

Lagi, ia menggeleng, matanya masih terpejam. "Makhluk ini harus keluar," katanya pelan sebelum kesunyinyan kembali ia rasakan.

"Kau ingin memusnahkan kami?"

"Kau yang memilih kami."

Kedua mata Jack langsung terbuka kala mendengar suara samar itu. Matanya mengerjap beberapa kali, melirik perlahan ke kanan dan ke kiri sebelum akhirnya beranjak duduk. Suara apa itu? Apa hanya sugestinya saja? Atau memang ada yang berusaha berbicara dengannya?

Salah satu tangan Jack terulur untuk memijat pangkal hidungnya, kemudian menghela napas berat. Hari sudah tengah malam, semua saudaranya pasti sudah tertidur. Mungkin, hanya dirinya seorang yang masih terbangun dengan beberapa prajurit yang berjaga di beberapa titik istana.  Teringat akan perlakuannya kepada salah satu pelayan, membuat satu sisi dirinya merasa bersalah. Namun, di sisi lain, Jack harus melindungi dirinya sendiri. 

Mungkin, ia harus segera beristirahat sebelum pagi menjemput. Oleh karena itu, Jack beranjak berdiri, berniat menuju ruang di mana pakaiannya terpajang rapi. Biasanya, ada beberapa pelayan yang membantu untuk berpakaian, tetapi kali ini, atas alasan kondisi dirinya yang merasa tidak baik, Jack dibiarkan sendiri dulu. 

Bukan karena kemauan Jack, tetapi Denzel. Ayah khawatir akan ada korban lain akibat gejolak emosi Jack yang tidak stabil.

Jack mulai melangkahkan kaki perlahan, berusaha tetap berdiri tegap di tengah seraya mengunci pandangannya pada sebuah bros bintang berwarna perak, tergeletak di atas meja dengan selembar kertas kecil yang terlipat. Melihat kertas itu, kening Jack mengerut, lalu meraih selembaran kertas tersebut untuk selanjutnya membuka lipatannya. 

PART OF DARKWINXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang