____________________
Teruntuk Dirimu,
Kau membuatku merasakan sesuatu yang tidak pernah kurasakan.
Sekali lagi, kenapa sejauh ini?
____________________
.
.
K O M O R E B I
.
Happy Reading
.
.
"Kalian semua pembawa masalah! Orang sepertimu harus diberi pelajaran. Sudah diberi pekerjaan, tapi tidak tahu diri."
Hinata hanya dapat tertunduk resah. Ia berusaha menghindar, namun lengannya kembali ditarik, dan ia dihempas pada dinding di belakangnya.
Sakit sekali.
Hinata gemetar saat melihat bagaimana Hidan menatap tubuhnya dari atas hingga bawah. Kemudian, seringai itu hadir setelah Hidan menyentuh dagu Hinata dan berbisik pelan.
"Apa kau sehebat pelacur itu melayani pria? Bagaimana kalau kita coba?"
Mata Hinata terbelalak. Ia berusaha melepaskan diri, namun pergerakannya terkunci oleh lengan sang pemuda.
"Suigetsu, jaga di depan. Pastikan tidak ada yang datang. Setelah aku, kau juga boleh mencobanya."
Hinata kembali berusaha melepaskan diri, tapi genggaman Hidan pada tangannya menjadi semakin erat dan kini membuat ia merintih kesakitan.
Dengan mata ketakutan, Hinata menatap Suigetsu agar dia tidak meninggalkan mereka di sini, dan bila hatinya tergerak, pemuda itu bisa menolongnya untuk lepas dari Hidan.
"Kenapa masih di sini? Cepat jaga di sana!" Hidan mulai habis kesabaran, karena bukannya pergi, Suigetsu hanya berdiri diam di tempat.
"Hentikan, Hidan."
Saat itu, alis tebal Hidan sudah menekuk mendengar Suigetsu memintanya berhenti.
"Ini sudah keterlaluan. Dia ketakutan." Suigetsu membalas tatapan Hinata untuk sejenak.
"Sial. Bicara apa kau ini? Dia membuat kekacauan di rumahku. Dia pantas mendapat pelajaran."
"Tapi, tidak dengan cara begini."
Cukup kasar, Hidan melepas pegangannya pada Hinata dan menghempas gadis itu hingga terduduk di tanah kotor. Bersama mata keberatannya, Hidan menghadapkan diri pada Suigetsu. Ia mengabaikan Hinata yang merasa sakit karena telapak tangannya tertusuk kerikil tajam.
"Kau ini--"
"Lagi pula, akan jadi masalah kalau orang lain mendapati kita di sini."
Jari-jari Hidan terkepal erat. Emosinya terpancing karena Suigetsu menghalangi apa yang ingin dia lakukan untuk memberi pelajaran pada anak pelacur yang sudah berani membuat masalah.
"Keparat--" ucapan Hidan terhenti. Sekilas, dia menoleh pada Hinata yang terduduk resah di belakangnya, lalu pemuda itu mendengus dengan sinis.
"Aku tidak mau kena imbas karena masalahmu. Aku mau pergi," Suigetsu melanjutkan.
Hidan mendesis pelan. Suasana hatinya menjadi buruk sekali karena Suigetsu.
Setelahnya, dia melangkah begitu saja meninggalkan tempat -- setelah dengan sengaja menabrak pundak Suigetsu untuk menunjukkan rasat tidak suka yang ia miliki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Komorebi [ NaruHina ] ✔
FanfictionKau itu seperti cahaya, Hinata. Sinarmu hanya terjeda, karena malam sedang mengambil alih.