17

462 80 13
                                    

____________________

Teruntuk Diriku,

Apa harapan itu memang benar-benar masih ada?

____________________

.

.

K O M O R E B I

.

Happy Reading

.

.

"Siapa mereka?" Saat berada di satu ruangan, Neji segera melayangkan pertanyaan.

Hiashi sedang duduk termenung di depannya, dan ini membuat rasa penasaran Neji menjadi semakin besar.

"Dia bahkan tidak ingin mengakuinya sebagai anak, mana mungkin akan bersedia memberi bantuan?!"

Dan kalimat itu, ... kalimat itu menambah semakin besar rasa ingin tahu pria tersebut.

"Ayah--"

"Tidak usah dipikirkan. Mereka hanya anak-anak yang mencoba mengganggu."

"Ini ada kaitannya dengan masalah itu?"

Hiashi tercekat. Apa yang Neji maksudkan memang bukan lagi rahasia umum di antara seluruh keluarga. Saat itu, Neji sudah cukup mampu memahami situasi. Tidak heran jika dia mencoba mengungkit hal ini untuk mencari jawaban.

"Sudah berapa kali kukatakan, kau tidak pantas ikut campur urusan orang tua."

"Aku bukan anak kecil lagi, Ayah. Aku merasa patut tahu jika itu berhubungan dengan nama baik keluarga kita."

Hiashi mendesis berat.

Nama baik.

Benar, itulah masalah utama dari semuanya.

"Aku sempat mendengar mereka bicara tentang bantuan. Apa yang sebenarnya mereka inginkan?"

"Cukup. Pergilah."

Hiashi sudah memberi mandat. Namun, Neji belum beranjak sama sekali. Dibanding ingin ketenangan, ayahnya lebih terlihat seperti orang yang tertekan secara pikiran.

"Mereka ingin Ayah melakukan sesuatu untuk seseorang?"

Garis kening Hiashi semakin tampak.

Saat itu, Neji ingat, ayahnya pernah membawa dia pergi ke satu daerah. Mereka berada di seberang jalan, di mana menunjukkan satu rumah. Kabarnya, terjadi insiden bunuh diri. Begitu yang Neji dengar dari mulut ke mulut yang berbicara.

Dan yang meninggal saat itu adalah ... selingkuhan ayahnya.

"Dia bahkan tidak ingin mengakuinya sebagai anak, ..."

Anak.

Jadi, dia memiliki seorang anak?

Dengan jelas, Neji mendengus. Dia terlihat sedang meremehkan sang ayah.

Neji memang pernah melihat seorang gadis kecil yang menangis. Dalam hal tertentu, dia menyadari jika mereka memiliki beberapa ciri fisik yang sama.

Namun, ayahnya tak pernah ingin membicarakan perkara tersebut lebih jauh, sehingga Neji tidak tahu banyak hal.

"Peringatan terakhir untukmu."

Melihat tatapan tajam itu, Neji tahu tak ada lagi toleransi. Dia memilih mengalah dan beranjak keluar.

Komorebi [ NaruHina ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang