11

542 79 26
                                    

____________________

Teruntuk Diriku,

Siapa yang salah?

Takdir? Keadaan? Mereka? Atau malah dirimu sendiri?

Kau bahkan tidak mengerti siapa yang salah.

____________________

.

.

K O M O R E B I

.

Happy Reading

.

.

Sejak mereka keluar dari gedung sekolah, belum ada satu pun obrolan yang terjadi di antara keduanya.

Naruto dan Hinata hanya berjalan beriringan, melewati jalan sepi dengan nuansa langit sore dan hembusan angin tipis. Beberapa burung berkoar saling menyambung melintasi awan.

Dan pada detik ini, Naruto merasa kalut.

Sejak pernyataannya di ruang kesehatan beberapa saat lalu, Hinata belum memberi tanggapan apa-apa.

Terlebih lagi, Naruto mengingat kembali apa yang sudah terlalu berani ia lakukan pada Hinata.

"Hinata ..."

Melalui sudut matanya, Hinata melirik.

"Untuk yang di ruang medis tadi, aku minta maaf." Naruto merasa dirinya sudah sangat kurang ajar. Naruto jadi berpikir bila dia sama saja dengan Hidan. Meskipun sedang terbawa suasana, seharusnya, dia tak sampai tertindak sejauh itu.

"Maaf." Dengan langkah yang terhenti dan bibir bawah yang tergigit pelan, Naruto mengulangi permintaan maaf tulusnya.

Hinata menatap wajah sang pemuda beberapa saat, lalu setelahnya, ia bergumam.

"Um, aku baik-baik saja."

Naruto tidak merasa lega. Tapi setidaknya, respon Hinata membuat rasa khawatirnya agak berkurang.

Mendadak saja, suasana canggung itu datang. Bukan hanya dari Naruto, tetapi juga Hinata ikut merasakannya.

Masih dengan konteks yang sama, yaitu tentang apa yang terjadi di ruang kesehatan, tetapi, yang mereka rasakan sekarang bukan lagi pahit lidah yang membuat takut bicara, melainkan kegugupan yang mendebarkan.

"Err ..." Naruto menggaruk belakang telinganya. "... aku akan mengantarmu sampai di rumah."

Hinata mengangguk pelan. "Iya."

"Kau benar-benar sudah merasa baikan sekarang?"

"Ya."

Naruto mengulum bibir, mati tindakan. "Syukurlah."

"Terima kasih," Hinata berkata secara tiba-tiba. Senyuman tipis membingkai bibirnya. "Terima kasih untuk semuanya."

Lensa samudra Naruto sedikit bergetar. Setelahnya, senyuman yang lebih ringan ikut terbentang di wajahnya.

"Ya, aku senang bisa selalu melakukan sesuatu untukmu. Emm ..." Naruto bergumam kecil. "Kalau aku mengajakmu ke acara karnaval, apa kau mau?" ia sedikit salah tingkah saat Hinata belum menjawab dan hanya menatapnya. "A-Aku tidak memaksa. Kalau kau belum bisa, aku tidak apa-apa. Aku--"

Komorebi [ NaruHina ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang