____________________
Teruntuk diriku,
Beginilah orang-orang menilaimu
____________________
.
.
K O M O R E B I
.
Happy Reading
.
.
"Apa kau pernah membenci seseorang? Siapa dan apa alasannya." Baru saja Naruto berbicara, langkahnya sudah terhenti.
Itu disebabkan oleh Hinata yang lebih dulu melakukannya.
"Hinata?"
Hinata terdiam.
"Ada ap--"
"Ya."
Naruto menatap wajah itu lebih dalam. Mata Hinata tampak kosong.
"Ada seseorang yang kubenci."
Kening Naruto menekuk. Ia menjadi semakin penasaran. "Siapa?"
"Nenekku."
Saat itu, angin sore berembus tenang. Begitu tenang untuk mengiringi berbagai gejolak yang mulai mengisi pikiran Naruto sedikit demi sedikit, hingga rasanya menjadi penuh.
Namun, bukannya mendapat pemahaman, Naruto malah semakin bingung.
Apa maksud ucapan Hinata? Kenapa dia berkata membenci neneknya?
Semua yang dia lakukan selama ini, yang selalu menjadikan sang nenek sebagai prioritas, itu terlalu berbanding jauh dengan ucapan yang dia katakan sekarang.
"Kenapa--"
"Seharusnya, dia tidak melahirkan perempuan itu," Hinata berbisik pelan. Sedetik kemudian, ia seperti baru terbangun dari sesuatu. Pundaknya sedikit tergoncang. Mata Hinata bergetar saat membalas tatapan Naruto.
"Apa maksudmu?"
Tangan Hinata terkepal di sisi tubuh. Kenapa dia malah terbawa suasana di saat seperti ini?
"Maaf, sepertinya kita berpisah di sini." Dengan sengaja, Hinata berpaling ke arah bangunan toko di jarak beberapa meter. Mereka sudah sampai. "Aku harus ke toko sekarang. Hati-hati di jalan."
Tanpa menunggu respon, gadis tersebut sudah berjalan pergi lebih dulu.
Mata Naruto masih terus mengikuti punggung kecil Hinata hingga hilang di balik pintu.
Sepertinya, Naruto keliru. Dia sempat mengira sudah mulai dekat dan memahami keadaan Hinata, tetapi ternyata, dia belum mengertinya begitu jauh.
.
.
Malam ini, listrik sedang paham. Hanya ada cahaya lilin yang menerangi seisi kamar dengan seadanya.
Kamar yang penampilannya begitu sederhana dan agak usang, kini terlihat menyeramkan ketika hanya dibalut cahaya kekuningan dari api di sudut ruangan.
Hinata tidak takut sama sekali, karena ia sudah terbiasa dengan keadaan begini.
Lensa bulan itu melirik ke arah jam kecil yang berdiri di atas meja. Ini sudah memasuki pukul sebelas malam, dan ia lagi-lagi tidak bisa tertidur.
Sesuatu yang tersimpan rapi di dekat buku pelajaran, ikut mengambil perhatian Hinata. Itu merupakan boneka yang Naruto berikan padanya. Hinata menyimpannya dengan baik, meskipun tak memeluknya saat tidur -- seperti apa yang Naruto katakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Komorebi [ NaruHina ] ✔
FanfictionKau itu seperti cahaya, Hinata. Sinarmu hanya terjeda, karena malam sedang mengambil alih.