13

501 69 19
                                    

____________________

Teruntuk Diriku,

Labirin ini terlalu panjang untuk kita.

____________________

.

.

K O M O R E B I

.

Happy Reading

.

.

"Hinata--" Naruto tidak melanjutkan panggilan, karena Hinata segera melangkah pergi saat menyadari keberadaannya.

Ini membuat Naruto sangat bertanya-tanya dalam hati.

Padahal, tidak ada masalah apa pun di antara mereka, namun, Hinata seakan sengaja ingin menjauh darinya.

Hinata memang beberapa kali pernah terkesan menghindarinya tanpa alasan, namun, yang sekarang terasa lebih parah.

Sikap itu membuat Naruto sangat pening. Seharusnya, jika ia melakukan kesalahan, Hinata cukup berkata langsung, bukan malah seperti ini.

Dan ... ada satu hal yang mematik rasa janggal dalam diri Naruto.

Perubahan Hinata ini bermula sejak dia pingsan di malam mereka pergi ke karnaval.

Sejak saat itu, Hinata menjadi sangat tertutup dan selalu menolak ajakannya, meskipun itu hanya untuk pulang sekolah bersama.

Bahkan sekarang pun, dia melakukannya lagi. Naruto belum bicara apa-apa, namun Hinata seolah sudah memberi penolakan.

"Hinata!" Tetapi, kalau sebelumnya Naruto hanya pasrah, untuk sekarang, dia sengaja mengejarnya.

Gerakan Hinata terhenti. Naruto sudah tepat di belakangnya.

"Kau kenapa?" Naruto mencoba menipiskan jarak. "Kau marah--"

"Aku ingin sendiri, maaf." Hinata hendak menjauh, namun, Naruto menahan pergelangannya.

"Kau bersikap aneh."

Hinata menarik diri, tetapi tak bisa. "Aneh bagaimana? Aku biasa saja."

"Kau tidak menjelaskan alasanmu menghindariku."

"Aku tidak--" Hinata terdiam saat Naruto menatapnya begitu dalam.

Benar, Hinata memang sengaja agar mereka tidak lagi terlalu banyak berhubungan. Karena setiap kali melihat Naruto, ada rasa sakit lain yang Hinata rasakan.

"Lepaskan aku," Hinata menundukkan kepala. "Kau membuatku tidak nyaman."

Pegangan Naruto terlepas secara perlahan. Ucapan Hinata membuatnya sadar bila mungkin sudah berlaku lancang.

Setelah itu, Hinata langsung pergi meninggalnya. Tanpa menoleh sedikit pun.

.

.

"Ya, cederanya memang tidak parah, tapi ini membuatku kesulitan melakukan apa-apa."

"Kenapa bisa kau jatuh dari tangga seperti itu? Aku terkejut saat mendengar kau dibawa ke rumah sakit."

"Namanya celaka, tidak pernah ada yang tahu."

"Tapi syukurlah, kau baik-baik saja."

"Ya. Untung saja hanya kaki, aku tidak bisa membayangkan kalau yang patah adalah leher." Seorang wanita yang duduk di ranjang rumah sakit sedang menertawakan dirinya sendiri.

Komorebi [ NaruHina ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang