Selamat membaca. Semoga sukaaaa!!!
U ´ᴥ' U
Lagi-lagi adek Jeno kecil mereka harus berakhir di rumah sakit, anak itu sudah diinfus dan dibalut dengan selimut tebal yang Abang bawa dari rumah. Papi Jaehyun menatap sedih ke arah Jeno, tangan Jeno yang terbebas dari jarum infus itu dia genggam dengan hangat. Tubuh Jeno masih agak dingin, namun tentu jauh lebih baik ketimbang saat Papi Jaehyun menemukan Jeno tadi.
"Jae, makan dulu sana. Ini udah makin malem," saudara Jaehyun yang satu itu masuk ruangan, menatap Jaehyun dengan tatapan peduli. Pasalnya duda anak dua itu belum makan makan malam padahal ini sudah hampir dini hari.
"Bang Jo, gue... merasa bersalah," Papi Jaehyun bangkit mendekati Johnny yang mendudukkan diri di sofa. Johnny bekerja di rumah sakit ini dan shiftnya sudah habis, jadi dia mampir. Dia marah dengan saudaranya itu, tapi juga iba. Biarlah rasa penyesalan menyiksa si Papi Jaehyun.
"Baguslah, udah sepatutnya," jawaban enteng Johnny buat Jaehyun menghela nafas, ingin kesal ke saudaranya itu, tapi Jaehyun memang patut merasa bersalah.
"Nyesel kan lo?"
"Iya,"
Johnny menepuk bahu Jaehyun, "Mark itu emosinya masih sering keguncang, ya awal dewasa-lah. Lo juga dulu gitu."
Jaehyun berdeham ketika Johnny mulai membicarakan masa lalunya.
Johnny tertawa kecil, "Dia meledak, Jae. Mark sendiri yang cerita ke gue kalo dia gak bisa mikir jernih pas tau Jeno hampir kejeblos hal kayak gituan. Rasa panik, takut sama kawannya buat Mark gak ngendaliin dirinya dan berakhirlah dia marah dan bentakin Jeno. Apa kabar dengan lo? Seharusnya lo kan bisa lebih dewasa, lo Papi mereka, Jae, ayolah, sadar umur, man."
Jaehyun melemaskan punggungnya dan bersandar di sofa, dia memijat pelipisnya. Kepalanya pusing dihantam fakta yang dibawakan Johnny. Harusnya Jaehyun bertanya dulu pada Jeno, tidak langsung memberi hukuman. Harusnya Jeno diadili dulu, bukan langsung dikurung lalu ditinggal pergi.
Seharusnya, Jaehyun lebih tenang. Maka keadaannya pasti tidak akan makin runyam.
"Jeno?"
Jaehyun menatap Johnny yang memanggil Jeno, dia ikut menatap Jeno yang menatapi langit-langit ruang rawatnya.
Jeno menoleh, tapi menghindari tatapan sang Papi.
"Uncle Jo.." bocah itu berujar lirih.
Maka Johnny segera bangkit dan mendekati si Bungsu itu, Johnny langsung duduk di kursi yang ada di dekat ranjang, dia lalu mengelus surai Jeno dengan lembut. Jeno itu kesayangannya juga, bukan sekadar pasien untuknya. Lihat Jeno sakit itu buat Johnny sedih juga.
"Uncle Jo, peluk.."
Johnny langsung mengabulkan permintaan Jeno, dia memeluk Jeno dengan hati-hati, "Kenapa, sayang?"
"Adek marah.."
"Hm?" Johnny melepaskan pelukannya, dia lalu menatap Jeno yang kini berkaca-kaca, pipi Jeno dielus lembut olehnya, "Kenapa marah?"
"Otak adek kotor, uncle.."
Johnny menoleh ke arah Jaehyun yang memperhatikan mereka, tatapannya penuh tanya karena jujur—tak dapat menangkap maksud Jeno.
"Kemarin adek bersihkan, supaya ngga kotor lagi. T-tapi ngga tau sudah bersih belum.."
Setetes air matanya Jeno malah turun, dia mematap Johnny dengan pandangan sedih.
"Adek ngapain, sayang? Kenapa bisa otaknya adek kotor? Siapa yang bilang? Cerita sama uncle ya, mau? Uncle dengerin," Johnny mengusap air matanya Jeno dengan lembut. Dia belum dengar cerita lengkap dari Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shorts: Lee Cute Jeno [Selesai]
FanfictionCerita pendek perihal kesayangan kita semua, Lee Jeno yang terlalu lucu dan menggemaskan. Makanya harus diabadikan. Kalau mau request, komen di bagian 'Lapak Request', nanti diusahakan untuk buat sesuai request kalian! Tolong requestnya di bagian La...