Adek Sayang Ayah!

2.8K 287 87
                                    

Selamat dataaaaang! Selamat baca chapter baru dari LCJ!!

Ada yang kangen?!!

Kasih aku vote dan komentar ya kalau kalian suka (biar aku semangat updatenya) HEHEHEHEHEHHEE

U ´ᴥ' U

Setiap kali Papa Jaehyun bicara, Jeno cuma bisa nunduk dengan telinga terbuka. Semua kalimatnya Papa dia cerna, sungguh. Dari bagaimana Papa membanggakan kak Jaemin—kakak beda dua tahunnya Jeno sampai ke Papa kecewa sama Jeno yang nyatanya ngga berguna. Jeno dengar semuanya, sungguh. Tapi dia tak mampu berbuat banyak selain menunduk dengan sedih yang menyelimuti hati.

"Dengar gak kamu?!"

Sentakan Papa Jaehyun bikin Jeno berjengit, dia mendongak dan mengangguk patah-patah, "D-dengar, Pa.."

Papa Jaehyun menghela nafas, dia memijat dahinya, "Papa gak tau harus gimana nanganin kamu, Jeno. Cobalah kayak kakakmu, Jaemin bisa ini itu, mandiri, nilainya A semua, Papa kan jadi bangga, ngga malu nganggap dia."

Jemari Jeno saling bertaut dan memilin di bawah meja makan, hatinya berdesir, matanya kering dan bergetar, mulutnya dibungkam sekuat tenaga.

"Pa, kita lagi makan," Jaemin menegur si Papa. Sebab makan malam ini seharusnya berlangsung tentram tanpa adanya segala macam perbandingan yang menjatuhkan.

"Jaem, Papa tau. Tapi kapan lagi bahas ini? Adikmu ngurung diri terus, gak tau ngapain, belajar aja ngga ya, Jeno? Nilai kamu banyak D-nya," kata si Papa lagi.

Jeno menunduk, nilai akademisnya memang tak pernah sebaik sang Kakak, "Maaf.."

"Belajar yang banyak, Papa les-in kamu ini itu tuh ada alasannya!"

Jeno mengangguk pelan, "Iya, Pa.."

"Berhenti ikutin olahraga gak jelas itu, fokus belajar supaya gak bodoh," kalimat penutup dari Papanya itu bikin mata Jeno membola.

"T-tapi Pa.. C-cuma itu yang J-Jeno bisa.." cicitannya terdengar pelanpelan, terbata-bata.

Keraguan di suara Jeno terdengar, Papa Jaehyun berdecih sinis, "Sadar dong kalo kamu bodoh?"

Kalimatnya berhasil menghancurkan Jeno lebih jauh lagi, dia menunduk, mencubit erat jemarinya dengan hati yang diremat. Jeno ingin teriak, ingin marah tapi semuanya padam dan pudar pada kenyataan kalau yang bicara adalah Papanya.

"Kalo sadar itu bagus, tapi bodohmu ngga ketolong karena kamu malah gak berubah," Papa Jaehyun menyesap minumannya, dia lalu menatap Jaemin.

Jaemin sedari tadi diam, tak banyak turut serta dalam narasi antara Papa dan adiknya, "Jaemin lapar, Pa."

Papa Jaehyun mengangguk, "Ya udah, sekarang makan," katanya, lalu pria tegap itu memimpin doa untuk makan malam bersama.

Jeno sedari tadi menunduk, dia hanya menatap makanannya tanpa selera lalu menyuapkan makanan dengan perlahan. Piring Jeno diisi sepotong ayam kecap manis masakan Bi Nursi—asisten rumah tangga di sana, sebab Papa tak lagi beristri.

"Makan itu yang bener, Jeno! Pantes kamu bodoh, makanannya begitu doang. Makan ikan sama sayurnya!"

Bibir Jeno murung ke bawah, dia menatap segala lauk yang ada, ada olahan ikan dan sayur di sana, tapi Jeno sama sekali tak suka.

Jaemin yang sejak tadi diam akhirnya menyendokkan sepotong ikan dan sesendok besar sayur mayur ke dalam piring Jeno, "Dimakan, gak mau dimarahin Papa terus kan?"

Jeno hanya bisa menunduk dan mengangguk, "Eum, makasih.. k-kakak.."

Seulas senyum kecil tercetak di bibirnya Jaemin, dia mengangguk pelan sebagai balasan. Jeno jarang sekali bicara padanya, apalagi memanggilnya dengan sebutan Kakak.

Shorts: Lee Cute Jeno [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang