1 - dia senja

126 69 173
                                    

siapkan cemilan seperti biasa, jangan lupa absen hadir dan vote! happy rendang, reading maksudnya.








Khadafy masuk lebih awal pagi ini, ia menatap ponselnya yang menunjukkan banyak sekali tugas yang telah ia jadwalkan untuk mengerjakannya nanti malam. Hari harinya diisi oleh kegiatan yang sangat padat, Khadafy memutuskan untuk menaruh kepalanya diatas meja.

Awal semester dua yang begitu membosankan, kenapa pula ia menjadi ketua kelas? Ia juga menyesal mengikuti BEM.

"Ini dikelas bro, bukan di kost an." Kepala Khadafy di sentil pelan, pelakunya adalah seorang cowok yang menjadi teman pertamanya selama menjadi maba, mereka baru kenal saat masa ospek dan cowok itu berisik sekali. Rava Danendra, namanya.

"Nanti GELINTAR ada bagi-bagi makan malam buat pengemis di pinggir jalan, ikut kan?" Tanya cowok itu semangat, sembari membenarkan rambut klimis dengan bau pomade yang menguar di seluruh ruangan kelas mereka pagi itu.

"Iya, tapi kayaknya pas kegiatan seminar dan edukasi untuk siswa sekolah pinggiran, gue gak ikut dulu deh." Jelas Khadafy yang entah sejak kapan wajahnya tak lagi lempeng, duduk disamping Rava cukup membuat rasa kantuknya hilang.

"Kenapa woy?! Ntar Mas Dio marah lagi, kemarin kita udah gak ikut ngajar, padahal waktu kita yang ngajar." Tanya Rava sambil memutar kursi didepan Khadafy, membuat mereka kini saling berhadapan.

"Lo gak inget, kita ada latihan buat musical showcase juga!" Pekik Khadafy sambil menyangga dagu nya dengan satu tangan.

"Iya juga sih, kemarin Mas Dio udah marah gegara lu gak jaga kesehatan." Jelas Rava, suara nya berubah rendah, suasana kelas yang tadinya sunyi kini menjadi ramai saat para mahasiswa kelasnya mulai berhamburan masuk kedalam kelas.

Seorang gadis berkerudung membuat Khadafy melek seutuhnya, gadis yang satu UKM bahkan satu band juga dengannya, kini tengah berjalan menuju bangku pojok paling belakang. Ia membawa sebuah tote bag yang lumayan berat sepertinya, serta setumpuk buku novel ditangannya. Khadafy kenal gadis itu.

"Dia Senja kan? Vocalist band kita?"

Khadafy mengangguk, "Gue udah berusaha chat dia, tapi gak di respon sama sekali, kayaknya dia sibuk, makanya berhalangan hadir terus." Jelas Khadafy sambil menundukan wajahnya lesu, ia sedikit kecewa karena secara tidak langsung, Senja menolaknya.

Khadafy cinta. Iya, seorang Ahmad Gibran Khadafy jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Senja Dewi Rembulan.

"Nanti latihan!" Pinta Khadafy sambil menatap Rava dengan tajam, cowok itu terlihat menggerutu sambil menirukan gaya bicara Khadafy membuat Khadafy tidak segan menampolnya dengan buku.

"Harusnya lu bilang gitu ke Arseno," balas Rava telak membuat Khadafy berhenti menampolnya. Benar, Arseno Raden Bramantya, satu fakultas juga dengannya, bahkan satu kelas. Namun cowok itu jarang sekali terlihat, entah bagaimana kejadiannya cowok bernama Arseno itu bisa satu band dengannya.

"Mana Arseno?! Ada yang tahu Arseno, nggak?!" Pekik Khadafy membuat para mahasiswa di kelasnya menoleh, bahkan kini ikut mencari keberadaan Arseno.

"Aduh, Khadafy! Lu mau nyari Arseno ya harusnya ke apartemen nya dong! Dia mana mungkin masuk hari ini!" Pekik Diva, bendahara kelasnya yang sibuk melanjutkan tugas dari dosen yang belum dia selesaikan.

Khadafy mencebik pelan, Rava hanya menggeleng, dirinya juga heran dengan oknum bernama Arseno itu.

Berita nya, Arseno pernah membuat onar dengan kating hukum yang kini menjadi keyboard di band mereka, hidup memang penuh plot twist, buktinya sekarang kating hukum dan Arseno tergabung pada satu band. Rava jadi kepo, bagaimana jika Arseno masuk latihan, lalu dua orang itu bentrok di studio, bukankah itu seru.

Hai, Senja [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang