9 - manis pahit

88 60 89
                                    

triple update ngejar deadline + spesial for someone, hehe. jangan lupa cemilannya dimakan, persiapan konflik akan segera di mulai!

happy reading!












Khadafy memperhatikan bagaimana sibuknya Rava berkutik di dapur. Di sore yang cerah dan panas ini, cuaca sedang bersahabat hari ini, begitupula dengan Rava yang dengan baik hati memasak untuk Khadafy.

"Sumpah enak banget bau nya, gue baru tahu lu bisa masak," ucap Khadafy yang duduk manis di kursi yang ada didekat meja pantry, memperhatikan bagaimana lihai nya Rava memasak nasi goreng ala kadarnya.

"Gini gini gue udah sering bantuin Babeh," balas Rava dengan wajah angkuh yang dibuat buat.

"Bantuin?"

"Iya, bantuin ngebakar warung," balas Rava tanpa basa basi.

Ini kalau Khadafy yang memasak sudah pasti Khadafy pukul kepala Rava menggunakan wajan tersebut. Namun sudahlah, Rava ini sebenarnya anak yang baik, ia siap membantu Khadafy disaat Khadafy harus menjaga kesehatannya.

"Gue jarang ketemu Karel, dia gimana ya?" Tanya Khadafy pada Rava, namun arah mata cowok itu menuju pada kompor yang kini telah dimatikan oleh Rava, tanda bahwa nasi gorengnya sudah siap dihidangkan.

"Dia baik bro, dia sibuk banget tuh sama tunangan dia, selebihnya gue ngga tahu ya," balas Rava yang menyiapkan dua kotak piring untuk menghidangkan nasi goreng.

"Punya gue taruh wadah bekal aja, gue mau ketemuan sama Senja, ngerjain tugas akhir," ucap Khadafy sembari menegakkan tubuhnya, ia berjalan ke rak piring untuk mengambil wadah bekal bening miliknya, wadah itu sudah lama menganggur dikarenakan Khadafy tidak pernah membawa bekal.

"Cie cie, udah berhasil nih bau bau nya, kapan mau lu tembak?" Tanya Rava yang kemudian menuangkan nasu goreng ke wadah bekal Khadafy.

"Mati lah dia kalau gue tembak, ngga usah ngadi ngadi, gue ngga mau pacaran," balas Khadafy spontan tanpa hambatan membantu Rava menuang nasi goreng kedalam wadah bekalnya hingga terisi penuh.

"Mau hts an lu? Sama aja itu kayak pacaran ege, jangan ngasih harapan ke cewek kalau ujung ujungnya ngga lu kasih kepastian," ucap Rava seolah dirinya adalah panglima bagi para gadis gadis. Melupakan fakta kalau dia sendiri suka menyakiti hati para gadis yang pernah menjadi pacarnya.

Dasar buaya.

"Gue tahu," balas Khadafy dengan lirih, tangan nya menutup wadah bekal yang sudah terisi penuh oleh nasi goreng buatan Chef Rava Danendra. On the way nyaingin Chef Juna.

Rava memperhatikan sejenak Khadafy yang berjalan menjauh dari dapur menuju kamar kost nya, sementara Rava masih sibuk mengutak-atik wadah kerupuk untuk menemani nasi gorengnya. Makan nasi ngga afdol kalau ngga pakai kerupuk, begitu kata Rava.

"Gue bakal lama, lu mau disini terus atau pulang habis ini?" Tanya Khadafy yang sibuk memasukan barang barang keperluan untuk kerja kelompok.

Rava yang baru saja duduk manis di samping single bed Khadafy pun menaruh gelas berisikan air dan menyangga nasi gorengnya yang sudah siap ia santap, "Gue mau selesaiin tugas edit minggu kemarin disini, kayaknya bakal lama juga," balas Rava.

Memang tadi Rava membawa tas berisikan laptop untuk menyelesaikan tugas edit minggu lalu, niar nya ingin meminta bantuan Khadafy untuk tugas edit nya, namun si pemilik kamar kost itu justru ingin pergi untuk kerja kelompok.

Kencan berkedok kerja kelompok sebenarnya.

"Tumben, ngga ngapelin Flavio?" Tanya Khadafy yang kini sibuk memilih kemeja yang hendak ia kenakan untuk kerja kelompok, sepertinya memakai jaket kulit hitam dan celana kain coksu akan cocok untuk menemani kerja kelompok mereka.

Hai, Senja [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang