4 - khadafy 's way

94 60 147
                                    

happy reading!





Sekarang ini, dua orang itu sedang berjalan menelusuri taman kota yang berjejer pedagang kaki lima didepannya. Konser kali ini benar benar akan ramai, Senja jadi semakin gugup, orang orang ini akan menontonnya nanti, semoga Senja bisa.

"Makanan manis kesukaan kamu apa, Senja?" Tanya Khadafy. Senja masih diam, cowok itu lamat-lamat menatap Senja yang terlihat sangat gugup. Ada keinginan di dalam hati Khadafy untuk memeluk gadis itu, lalu membisikkan banyak kata penenang pada gadis itu.

Namun hanya angan Khadafy saja.

"Hm?"

Senja tersentak saat Khadafy berdehem, gadis berkerudung itu menatap Khadafy bingung, ia tidak terlalu memperhatikan ucapan cowok itu tadi.

Khadafy terkekeh pelan melihat ekspresi kebingungan dari Senja. Lucu sekali.

"Kak Harsa bilangnya terserah sih, jadi aku bingung, sementara aku sendiri gak suka makanan manis," jelas Khadafy, dirinya harus bisa menyesuaikan langkahnya dengan Senja. Pasalnya gadis itu berjalan lirih sekali, berbeda dengan kaki jenjang Khadafy yang kalau berjalan bisa disetarakan dengan dua langkah Senja.

"Hm?"

"Aku masih mikir, Khadafy."

Khadafy terkekeh pelan, Senja kenapa lucu sekali. Gadis itu bahkan memperhatikan setiap pedagang kaki lima yang berada di sepanjang jalan mereka. Khadafy jadi lega, dirinya merasa begitu dekat dengan Senja pada saat ini, berterimakasih pada Harsa yang telah memberikan sebuah amanah.

"Dessert aja gimana?" Tanya Senja yang menatap Khadafy dengan binar diwajahnya.

"Kenapa dessert?"

Lama-lama Senja pukul juga pria disampingnya ini, kenapa pula ia bertanya kalau akhirnya juga tanya kenapa lagi.

"Gak tau, dessert tuh manis, apalagi yang rasa coklat, manis nya pas di lidah orang-orang," jelas Senja dengan tenang, Khadafy mengangguk pelan.

"Bikin semangat, gak?" Tanya Khadafy lagi, pria ini kenapa sih?

"Makanan manis tuh bisa menghilangkan 4% kesedihan dan kegelisahan, dan coklat yang manis itu bisa juga nambah mood." Jawab Senja dengan begitu sabar. Khadafy sama sabarnya, menatap lamat gadis itu sembari tersenyum. Inikah yang dinamakan kencan pertama?

"Kok tau?"

Senja menatap Khadafy yang lebih tinggi darinya, sementara oknum yang ditatap sibuk tersenyum entah itu harus disebut senyum ceria atau menahan tawa. Senja tidak tahu, kalau Khadafy mati-matian menahan agar tidak memeluk Senja dengan erat.

"Jadi, beli apa engga?" Tanya Senja setelah menghela nafas panjang, Khadafy lagi-lagi mengangguk semangat, mereka kembali berjalan ke kedai dessert yang juga berjualan di taman kota.

Membeli dua dessert rasa coklat, lalu membeli aqua untuk minum, padahal jelas-jelas sie konsumsi telah membelikan satu kardus aqua gelas untuk para personil yang akan tampil.

Khadafy dan Senja akhirnya kembali ke samping panggung, duduk di bangku khusus untuk band mereka. Disana Harsa sudah menatap mereka penasaran, apalagi Rava yang tak henti-hentinya menatap Khadafy dan Senja bergantian lalu bersiul menggoda dua insan tersebut. Memang benar sebelumnya Senja dan Khadafy tidak sedekat ini.

"Ekhem, diterima gak bro?" Tanya Rava blak-blakkan membuat Harsa tersedak saat meminum aqua nya. Dasar anak itu berterus-terang sekali, untungnya Senja tidak paham apa apa, kelihatannya.

Sementara Khadafy menghela nafasnya perlahan, membenarkan kerah kemeja.

"Gue jedor aja kagak, gitu mulu pikiran lo." Khadafy menempeleng pelan kepala Rava yang duduk didepannya. Harsa menggeleng pelan, sepertinya kating hukum itu sudah pasrah dengan kelakuan dua cowok seni itu.

Hai, Senja [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang