hello, selamat datang di project matchaniverse. untuk menikmati cerita ini lebih nikmat, siapkan cemilan juga yaa!
happy reading!
Senja Dewi Rembulan, gadis belia yang masih menjadi mahasiswa semester 2, kini tengah merapihkan sajadah dan mukena yang baru saja ia gunakan sholat Subuh.
Suara ricuh dari dapur mengarahkan Senja untuk berjalan kesana, sudah pasti ibu nya tengah bersiap menuju pasar di pagi-pagi buta ini. Entahlah, Senja jadi ingin ikut untuk mencari udara segar.
"Pagi, Senja." Sapa ibu yang sibuk mencatat bahan bahan yang hendak dirinya beli.
"Pagi, Bu. Senja mau ikut ke pasar, boleh nggak?" Tanya Senja terus terang. Hubungannya dengan ibu nya memang sangat dekat, keluarga itu support system Senja, jangan heran jika gadis itu tumbuh menjadi gadis yang berbakat dan penuh ambisi untuk membanggakan kedua orangtuanya.
"Boleh-boleh, tapi ibu jalan kaki, ayah mu lagi sakit kemarin pulang kerja kehujanan," ujar Ibu Senja yang kini menenteng tas belanja di lengannya, Senja yang memang sudah siap itu ikut menggandeng tangan Ibunya yang berjalan keluar dari rumah.
"Padahal kemarin Senja juga kehujanan, tapi Senja nggak sakit, hehe," ucap Senja sembari menutup gerbang rumah mereka, suasana lampu merah sangatlah sepi, dan udara dingin menusuk permukaan kulit kedua wanita berbeda usia itu.
"Biasalah, ayahmu itu udah berumur, gampang sakit, tapi kamu juga jangan sering hujan-hujanan, cuaca sekarang lagi gak bersahabat, jangan sampai sakit." Perintah Ibu Senja yang kini berjalan mesra dengan anak tunggalnya yang merangkul lengannya.
"Iya Ibuku sayang," ujar Senja dengan suara menggoda nya yang khas, kedua perempuan berbeda umur itu tertawa seolah jalanan adalah milik mereka.
"Oh iya, kamu kan punya cowok yang sering nganterin kamu itu, kapan-kapan kenalin ke Ibu dong," Ibu Senja mulai merubah topik pembicaraan mereka. Senja tidak perlu berfikir dua kali untuk mengetahui siapa yang Ibunya maksud, sudah tentu Ahmad Gibran Khadafy.
"Hm, jaketnya aku bawa, udah kering, niatnya mau aku kembaliin hari ini. Kasihan dia kehujanan waktu itu," ujar Senja yang kembali teringat kemarin Khadafy tidak masuk kelas, mungkin sedang sakit karena kehujanan setelah mengantarkan Senja.
Senja jadi merasa bersalah.
"Cowok itu baik banget loh, Senja. Kamu harusnya cari cowok yang kayak dia, atau dia aja sekalian juga gak papa," Ibu Senja mulai ngelantur membuat Senja memukul main-main lengan Ibu nya, mengundang tawa ringan dari wanita berusia kepala 4 itu.
"Nama dia Khadafy, Bu. Satu jurusan sama aku, dia baik banget, selalu nolong Senja," Senja mulai bercerita, sebenarnya aneh saja, padahal Senja dan Khadafy tidak pernah dekat sebelumnya, Senja baru mengenal Khadafy saat cowok itu mengajukan diri sebagai ketua kelas. Popularitas Khadafy dikelasnya cukup terkenal, dia anak BEM divisi advokasi, dan kabarnya dia adalah teman dekat Si Playboy dari jurusannya juga, Rava Danendra.
"Dia cowok yang sama kayak yang nungguin kamu di studio malem itu?" Tanya Ibu Senja.
"Kok Ibu tahu?" Tanya Senja balik, ini sudah pasti Ayahnya yang bercerita.
"Ayahmu cerita, bahkan malam itu Ayah kamu berniat mau jodohin kamu sama dia, kata nya dia ganteng, senyumnya manis banget," jelas Ibu Senja sambil tersenyum mengingat cerita suami nya malam itu. Ayah Senja sangat antusias kala bercerita tentang Khadafy malam itu, sampai sampai berniat menjodohkan Senja dengan Khadafy.
"Iya, itu pertama kali kita deket, Khadafy nggak berniat nganter aku pulang, dia nungguin aku sampai aku dijemput sama Ayah," kini Senja yang menjelaskan, Ibu Senja menatap Senja sejenak dengan senyum yang tidak pernah luntur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Senja [ END ]
Teen Fiction"Apa yang membuatmu merasa nyaman?" "Entahlah, mungkin ... sebuah kebebasan, dan kenyamanan yang menghangatkan," "Kalau begitu, bolehkah aku memberi sebuah kebebasan dan kenyamanan buat kamu?" Khadafy selalu terpesona oleh Senja, keindahan yang meng...